"Eh, eh, coba lihat si gendut sana! Kasihan sekali. Kenapa Yola tega sekali padanya?"
Bisik- bisik siswa di sekolah Yolanda terdengar saat jam istirahat berlangsung.
Hafiz terlihat sedang dihukum berdiri di tengah lapangan sedang menghormat pada bendera. Keringat bercucuran membasahi wajah dan seragam sekolahnya. Hafiz dihukum oleh guru olahraga karena tidak mengerjakan PR. Pak Mulyadi terkenal killer menghukum siswa yang tidak patuh dan tidak disiplin. Dia juga benci pada murid yang tidak mengerjakan tugas. Karena tau hal itulah maka Yola dan teman-temannya sengaja merobek tugas yang telah susah payah dikerjakan Hafiz dari rumah.
"Yola, kamu kok benci sekali sih sama Hafiz? Kasihan tau! Udah hampir sejam dia berdiri di lapangan. Mana panas, udah gitu dia juga nggak bilang ke Pak Mulyadi kalau PR-nya kita robek. Aku jadi nyesal tadi ikutan bantuin kamu gangguin Hafiz," kata Friska dengan iba.
"Hallah, kamu suka sama si Ehsan? Sono, sono! Bantuin aja tuh pacar kamu! Ikut berdiri sana di tiang bendera!" jawab Yola jengkel.
"Pacar apaan, Gila?! Aku jelas- jelas cuma kasihan padanya. Dan kalau kupikir- pikir dia juga baik. Buktinya dia nggak bilang ke Pak Mulyadi kalau kamu yang merobek PR-nya. Tuh kamu lihat! Dia bercucuran keringat sampai segitunya, Yol! Bentar lagi bakal pingsan tuh anak karena kepanasan," bela Friska.
"Biarin! Harusnya tuh si Ndut terima kasih ke aku. Berkat aku dia bisa mengurangi kalorinya sekian persen. Kan lumayan kalau dia kurus. Hitung- hitung bisa jadi pacarnya Friska nanti, ya kan, Yur?" tanya Yola minta dukungan Yuri.
Yuri langsung menyahuti dengan anggukan sambil mereka tertawa cekikikan. Tak lama perhatian mereka lalu tertuju pada Pak Mulyadi yang berteriak dari ruang guru pada Hafiz.
"Hafiz!! Sudah, kamu istirahat sekarang!" seru Pak Mulyadi.
"Terima kasih, Pak!" sahut Hafiz seraya membungkuk dan mencoba merenggangkan kakinya yang mulai terasa keram. Kakinya benar- benar lemas. Dengan tertatih Hafiz langsung berjalan menuju ruangan kelasnya.
"Duhhh kasihaaan ...." ledek Yola dengan tawa jahatnya.
Hafiz mendengus kesal namun tak bisa berbuat apa- apa. Dia segera beranjak meninggalkan trio pengacau itu. Tetapi ketika ia hendak berbalik arah, Hafiz tak sengaja melihat ke arah rok Yola yang terlihat bernoda. Itu kan ....
Hafiz urung meninggalkan tempat itu. Dia malah mendekati Yola, hingga jaraknya sangat dekat dengan Yola.
"Eh, kamu mau ngapain?" tanya Yola kaget saat sadar Hafiz berada sangat dekat berada di belakangnya.
"Ade sesuatu di skirt-mu, Yola. Kau ikutlah aku ke tandas sekejap. Aku akan bantu tutupkan kau punya skirt," bisik Hafiz.
"Kamu ngomong apa sih, Ndut? Aku tak mengerti apa yang kau kate," jawab Yola masih dengan olokannya.
Hafiz menghela napas dan menunjuk pada bagian belakang roknya. Yola menoleh, dan ya Tuhaaan ... kenapa bisa tembus? Bagaimana ini? Bagaimana ini?
"Dah kau tengok? Kau ikutlah aku!"
Dan dengan terpaksa Yolanda berjalan mundur dengan ditutupi tubuh gendut Hafiz di belakangnya.
"Eh, Yola sama si Hafiz ngapain sih?" bisik teman- temannya.
"Yola! Kamu ngapain jalan mundur begitu ngikutin si Ndut?" tanya Yuri sembari ingin mengejar Yola.
"Nggak, nggak! Kamu di sana aja, Yur! Jangan ikuti aku!" teriak Yola panik.
Yola sangat panik. Dia merasa masalah datang bulannya saat ini adalah salah satu moment yang memalukan setelah mamanya tadi menjelaskan bahwa ia bukan lagi anak kecil. Bahwa dengan datang bulan seorang perempuan berarti telah menjadi wanita dewasa seperti Mama dan tidak boleh sembarangan dekat lagi dengan laki- laki. Yola malu karena di antara mereka bertiga, dia, Yuri dan Friska, dia lebih dulu mengalami moment ini. Ini memalukan! Apa lagi si Hafiz sekarang juga melihatnya.
"Kau tunggukan aku sekejab di sini! Aku akan ambilkan jaket untuk tutupkan kau punya skirt," kata Hafiz setelah mereka sampai di depan toilet.
"Nggak perlu. Kamu ambilkan jaketku saja di laci dan tasku bawa ke sini!" kata Yola.
Tadi sebelum berangkat sekolah, Mamah membawakannya pembalut untuk disimpan di dalam tas untuk jaga- jaga.
"Oke. Tunggu sekejab. Aku akan dapatkan kamu punya bag. Dalam sekejap aku akan balik kat sini," kata Hafiz.
Yola mengangguk. Dalam hatinya dia agak menyesal memperlakukan Hafiz dengan usil. Sebenarnya anak itu anak yang baik. Dan Yola juga bukan anak yang usil sebenarnya. Tapi kalau ingat beberapa bulan yang lalu Yola sempat menguping pembicaraan Mamanya dan Mamahnya Hafiz, Yola jadi benci dan ingin membuat Hafiz membencinya. Bagaimana tidak, waktu itu ...
*Flashback on*
"Kau Yolanda?" Wanita itu tertegun memandang Yola.
Tangan lembutnya langsung menyentuh dagu Yola, dan kemudian menyentuh halus kulit wajahnya.
Yola mengangguk.
"Elok sangat! Kau cantik sekali!"
Yola memandang Mamanya bingung.
"Yola, dia Makcik Zubaedah dari Malaysia. Makcik ini dengan keluarganya baru pindah ke Jakarta."
Orang yang disebut Makcik Zubaedah itu kemudian mengangguk membenarkan.
"Anaknya Makcik ini sebaya sama kamu. Dan rencananya bakal satu sekolah dengan kamu. Kalian pasti bisa berteman baik," kata Mama menjelaskan.
Yola hanya mengangguk.
"Iya, Ma. Tapi Yola balik ke kamar dulu ya, Ma? Tante, Yola ke kamar dulu, ya! Yola masih ada PR yang harus Yola dikerjakan," kata Yola.
Yola pun meninggalkan Mama dan tante- tante yang disebut Makcik itu. Terus terang saja, Yola agak risih dengan pandangan Makcik Zubaedah yang terlihat intens menatapnya. Bahkan tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh rambut dan kulitnya. Padahal ini kan pertama kalinya mereka bertemu? Kenapa orang itu terlihat sok akrab padanya?
Pertanyaan Yola pun akhirnya terjawab. Mana kala Yola yang ingin mengambil minuman ke dapur, Yola tak sengaja mendengar percakapan Mamanya dan Makcik itu.
"Wah, Dik Ratih, saye tak menyangka kalau Yolanda telah bertumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, elok parasnya padahal dulu mase dia masih baby, kecil sangat, tapi comel. Sekarang dah pun besar. Saye jadi tak sabar nak kahwinkan Yola dengan putra saye. Dia mesti jadi menantu saye," kata Makcik Zubaedah.
Mama Ratih sepertinya tak begitu senang mendengar hal itu.
"Yola ... dia masih sangat kecil. Hanya tubuhnya saja yang besar. Dia juga manja dan kekanakan," kata Mamah berusaha menolak pernyataan dari Makcik Zubaedah dengan halus.
"Tak ape. Macam mana pun sikap dari calon menantu saye, kami boleh terima. Sesuai dengan ape- ape yang kita sepakati di masa lampau, Yolanda mesti jadi menantu saye begitu dia aqil baligh. Kami akan memperlakukan die dengan baik dan semestinye. Jadi tolong, jangan cuba ingkar janji pade kami," kata Makcik.
Sementara Yola yang mengintip dari balik pintu bingung dengan hal itu. Apa maksudnya? Apa artinya dia telah dijodohkan?
"Kami tidak akan ingkar janji," kata Mama meski terdengar tidak ikhlas. "Tapi Yola belum aqil baligh. Dia bahkan belum pernah haid. Jadi masih terlalu dini jika Puan Zubaedah membahas tentang pernikahan."
"Jangan panggil saye Puan. Panggil saya Kakak. Tak lama pun kita akan jadi besan. Kamu akan jadi mertua dari anak saye. Soal Yolanda, tak akan lama lagi dia akan aqil baligh juga. Saat dia telah mendapatkan haid pertamanya, jangan pernah sembunyikan dari kami, hmmm?"
Yola yang mendengar percakapan itu pun menjadi panas dingin tak menentu. Segera dia kembali ke kamarnya. Menikah? Apa dia akan dinikahkan di usianya yang masih sangat kecil? Tidak, tidak! Itu pasti tidak benar. Ya itu pasti salah.
*Flashback Off*
Yola ingin menanyakan hal itu pada Mama sebenarnya. Tapi melihat Mama sangat terintimidasi saat membicarakan hal itu dengan Makcik Zubaedah, membuat Yola mengurungkan niatnya untuk menanyakan langsung pada Mama apa maksud pembicaraan mereka dengan Makcik Zubaedah.
Di pertemuan mereka berikutnya, Yola diperkenalkan dengan putra Makcik Zubaedah. Dia Hafiz, si gendut yang Yola pikir itulah yang bakal menikah dengannya. Membuat Yola jadi benci dan selalu menjahili Hafiz agar anak itu mempunyai kesan buruk dan tak mau dijodohkan dengannya.
Dan hari ini pun sejak Yola tau apa yang dialaminya tadi pagi adalah menstruasi yang dimaksud oleh Makcik Zubaedah, membuat Yola jadi semakin ingin menekan Hafiz agar semakin tak menyukainya. Agar nantinya saat mereka benar- benar membicarakannya, Hafiz menolak. Sebab dari sikap Mama saat membicarakan hal itu dengan Makcik Zubaedah, Mama seperti tak punya daya untuk menolak. Jadi Yola pikir, mungkin kalau yang menolak Hafiz, pernikahan dini ini tidak akan pernah terjadi.
Tapi hari ini Hafiz menolongnya. Bagaimana ini? Apa Yola akan tega tetap menjahili si gendut itu?
***
"Akhirnya kau datang juga, Ilham. Bahkan datang lebih awal dari yang Mamah perkirakan. Kau tak sabar ke berjumpa dengan calon isteri kau?" goda Mamah Zubaedah pada Ilham.
"Ape maksud Mama? Ilham bertolak kemari nak bagi tahu Mamah kalau Ilham tak nak dikahwinkan dengan budak tu," jawab Ilham sesaat setelah dia sampai ke kediaman kelurganya di Jakarta.
"Mamah tak terima alasan ape pun Ilham. Kau mesti kahwinkan Yola. Mamah dah suka padanya semenjak Yola masih baby. Mama nak dia jadi menantu Mamah," kata Zubaedah.
"Haaah!? Mamah yang suke tapi nak paksa Ilham nak kahwinkan die? Kenapa tak Mamah saje yang berkahwin dengan budak tu?"
"Ilhaaam!! Mamah dah kate, tak de penolakan. Kau tak boleh lawankan Mamah!"
"Ilham tak nak lawankan Mamah, tapi Ilham tak nak kahwin. Ilham tak mahu orang nak cakap kalau Ilham ni pedofil. Ilham masih nak belajar. Ilham belum siap berkahwin, Mamah! apalagi dengan budak kecil tu," bantah Ilham.
"Takkan ade yang bercakap pasal tu pada kau. Kau dan Yola masih boleh sama- sama belajar. Korang berkahwin mase ni hanye untuk ikatan semata. Beberapa tahun lagi di mase kau kembali dari Berlin Yola dah dewasa dah tu. Mase itulah itulah kau dan dia mengarungi bahtera rumah tangga yang sebenarnya," kata Zubaedah lagi berusaha meyakinkan putranya.
"Kalau begitu maksud Mamah dan Papah, kenape tak kahwinkan Ilham dan dia di mase Ilham balik dari Berlin? Kenape mesti sekarang?"
"Kerana Mamah tak percaya pada waktu. Kalau kau tak berkahwin dengan Yola saat ni, di mase- mase yang akan datang, kau akan temukan gadis lain, Yola pun akan temukan lelaki lain. Mama tak nak punya menantu gadis lain untuk kau Ilham. Yola adalah yang terbaik!"
"Kalau begitu, kenape tak kahwinkan budak tu dengan Hafiz sahaja? Mereka akan tumbuh bersama- sama. Dia pun tetap akan jadi menantu Mamah," bantah Ilham.
Ilham semakin tak mengerti akan jalan pikiran keluarganya itu. Kenapa harus ada hal semacam ini dalam hidupnya?
"Kerana Atok juga mahu kau berkahwin dengan Yola. Hafiz belum cukup usia, Sayang! Dia belum aqil baligh. Dan kau Ilham, dengan Yola sudah sampai di mase tu. Jadi, kau dan dialah yang paling sesuai!"
Arggghhh!!! Ilham garuk- garuk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana cara meyakinkan Mamah? Dia benar- benar tak ingin menikah. Tapi kalau Atok juga berkeinginan dia harus menikah dengan anak itu, berarti itu memang sudah tak bisa diganggu gugat. Apa yang dikatakan Atok adalah absolute dan tak bisa diganggu gugat. Apabila Atok sudah berkeinginan A, maka apa yang terjadi harus A, tidak boleh yang lainnya.
"Dahlah tu, kau dah tak boleh mengelak lagi. Di masa depan kau berbaik hatilah pada Yolanda. Dia bakal jadi pendampingmu mengurus usaha kite. Kau dah tengok ke gambar calon isteri kau? Coba tengok kat sini! Cantik, kan?"
Mamah membuka galeri ponselnya dan menunjukkan foto- foto Yolanda. Ilham hanya meliriknya sekilas saja.
Helleeh, begitu pun dikate cantik. Sonia jauh lagi cantik. Lebih matang dan dewasa pula. Bukan macam budak tuh! gerutu Ilham dalam hati.
***
Pada sebuah malam yang telah ditentukan, kedua keluarga itu, keluarga Nirwan dan Gunawan pun dipertemukan.
"Yola, kemarilah!" panggil Papa Abimanyu.
Yola, gadis itu pun mendekat dengan malas. Sungguh dia sangat berat hati ikut bergabung di pertemuan ini. Dilihat dari perintah papa yang menyuruh para ART-nya untuk mendandaninya, Yola sudah mengerti maksud dari pertemuan ini. Dia sungguh ingin mengacaukannya saat ini, tapi Yolanda tidak berani pada Papa. Sekarang dia hanya berharap si gendut Hafiz itu yang akan menolaknya. Ya, si Ehsan gembul itu pasti akan menolaknya. Kecuali dia mau ditindas oleh Yola selama seumur hidupnya.
Yola mendekat ke meja makan yang kini dipenuhi oleh banyak orang di meja itu. Ada Hafiz dan kedua orang tuanya. Tapi eh, ada seorang lagi. Siapa dia? Lelaki itu terlihat tampan. Apa ini Abang yang dimaksud Hafiz?
Cih, si gendut ini! Dia benar- benar memanggil abangnya! umpat Yola dalam hati
Perlahan Yola menarik tempat duduk di samping Papanya.
"Semua anggota keluarga sudah lengkap, mari kita makan dulu!" kata Abimanyu mempersilahkan.
Makan malam itu diselingi obrolan- obrolan ringan antara keluarga Nirwan dan keluarga Gunawan.
"Ayah tak dapat datang. Tapi beliau berkate ape- ape yang menjadi perbincangan kite malam ini sayalah yang mewakilkan," kata Ismail ayah dari Hafiz begitu mereka selesai makan dan kini berbincang di ruang tamu.
"Tidak masalah. Saya bisa mengerti kesibukan beliau," kata Abimanyu berbasa basi. "Yang lebih penting, orang yang kita maksudkan untuk pertemuan malam ini keduanya ada di sini."
Matilah aku, pikir Yola. Hari ini sungguh- sungguh datang. Papa benar- benar ingin mengawinkan aku dengan si gendut ini, ratap Yola dalam hati, namun matanya melotot tajam pada Hafiz yang terlihat manja bergelayut pada abangnya.
"Ilham, bagaimana kabarmu?" tanya Abimanyu membuat Yola juga ikut memandang lelaki itu.
Pandangan mata mereka bertemu membuat Yolanda jadi salah tingkah.
"Alhamdulillah, saye sihat, Pakcik! Pak Cik dan Mak Cik, ape kabar?" jawab lelaki itu sopan.
"Kami juga sehat, Ilham. Alhamdulillah! Bagaimana dengan persiapan keberangkatanmu bulan depan ke Berlin?"
"Alhamdulillah, semua telah siap, Pak Cik. Atok telah mengatur segalanya," jawab Ilham lagi.
"Atokmu memang teliti dan siaga dalam segala hal," puji Abimanyu. "Tapi Ilham, di lain waktu kamu tak perlu panggil saya Pak Cik. Panggil saya Papa. Toh kamu bakal jadi menantu saya. Kamu sudah berkenalan dengan Yolanda? Ini anak saya. Bakal calon istri kamu. Kamu pasti telah mendengarnya dari Mamah dan Papah kamu."
Jeng!Jeng!Jeng!!
Yolanda sampai menganga mendengarnya, begitu pun Hafiz!
Ape? Dia nak jadi kakak Ipar aku? jerit Hafiz dalam hati.
Apa? Jadi bukan Hafiz yang mau dinikahkan denganku? jerit Yolanda juga dalam hati.
"Papa ...." gumam Yolanda agak sedikit keberatan namun Papanya tak menghiraukan.
"Bagaimana Ilham? Kamu menyetujuinya? Katakan sekarang agar hubungan keluarga kita jelas di masa depan! Jadi tak akan ada kesalahpahaman," kata Abimanyu.
Ilham menatap sejenak Yola, sebelum akhirnya dia berkata.
"Saya bersedia," jawabnya.
Abimanyu tersenyum lega dan kini berpaling pada putrinya.
"Yola, kamu tau kan Papa selalu menginginkan yang terbaik untukmu?" tanyanya pada Yola.
Yola mengangguk. Dia tau Papa akan menggiringnya dengan pertanyaan yang memojokkan sehingga ia akan berkata "iya".
"Kalau Papa bilang Papa ingin menikahkan kamu dengan Abang Ilham, kamu percaya kalau Papa hanya ingin yang terbaik untukmu?"
"Nggggg ... tapi ...." gumam Yola.
"Tapi apa?"
"Tapi Yola masih mau sekolah. Yola nggak mau punya anak," katanya polos.
Itu membuat kedua pasang orang tua itu senyum- senyum mendengar celoteh Yolanda.
"Papa mengerti apa yang kamu pikirkan. Ini tidak serumit yang ada di pikiranmu. Hanya menikah dengan Abang Ilham. Yola tetap bersekolah seperti biasa, dan Abang Ilham juga tak lama lagi akan ke Jerman untuk kuliah. Kalian akan sama- sama belajar. Jadi ini bukanlah seperti pernikahan Mama dan Papa, lebih tepatnya belum," kata Abimanyu berusaha meyakinkan.
Yola masih ragu menjawabnya dan dengan takut- takut menatap Ilham. Lelaki itu menatapnya tanpa eksperesi khusus. Ya, Ilham tau ini pernikahan bisnis atau sejenisnya, tapi yang jelas ini bukan pernikahan normal layaknya orang dewasa saling mengasihi. Dia tak marah pada gadis itu. Dia mengerti Yola pun pasti bingung. Karena itu wajahnya juga tak memperlihatkan ekspresi apa pun saat Yola menatapnya.
"Yola!" panggil papa lagi.
Yola tersentak dari pikiran- pikirannya.
"Kamu bersedia tidak, kalau Papa menikahkan kamu dengan Ilham sekarang?"
"Sekarang?"
Yola tambah galau.
"Maksud Papa bukan malam ini. Tapi dalam beberapa minggu ini."
"Nggg ...."
"Tak perlu dipaksa sekarang. Yola pasti masih bimbang, ye?" tanya Mak Cik Zubaedah.
Yola mengangguk. Sebenarnya dia tidak bimbang. Dia sangat yakin untuk menolak. Tapi papa ...
"Kami akan tunggu beberapa hari lagi. Tak mengapa. Jangan cemas, Anak Cantik! Abang Ilham ni adalah anak Mamah Zubaedah yang paling baik dan handsome pula, betul tak?" tanya Zubaedah pada Yola.
Yola mengangguk pelan.
"Dia akan perlakukan kau seperti adik. Kau tak punya abang, kan? Dia akan melindungi kau sama seperti melindungi Hafiz. Iya, kan?" tanya Zubaedah lagi pada Ilham.
Ilham mengangguk pasrah.
Ya benar, aku tak mestilah perlakukan ini budak macem isteri. Tapi dia bisa aku perlakukan macam adik sahaja. Tak apelah, berkahwin dengan budak ni. Apebile kelak masanya budak ni sedikit lebih dewasa dan paham pasal perkahwinan tak boleh dipaksa apabile tak cinte, aku nak ceraikan dia, begitu pikir Ilham.
"Seminggu cukup ke berpikir?" tanya Zubaedah pada Yola.
Yola mengangguk.
***
Jangan lupa suport berupa, like, komentar dan votenya ya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Oh, jadi kahwin sebab business. Masalah betul jadi anak orang kaya berbusiness ni…
2021-10-24
1
Ijah Sopiah
Duh ilham segala tak cinte tar ujung ujungnya buciin
2021-07-26
0
Nyenk Fateem
ilham dah niat mau ceraiin, menyesal nanti kau..
2021-04-14
0