Hari berganti hari, batas waktu Yola untuk berpikir kini sudah hampir habis. Besok Yola pasti akan ditanyai lagi tentang jawabannya untuk dinikahkan dengan abangnya Hafiz. Yola semakin bingung. Tiap hari sejak saat itu dia lebih banyak melamun. Dia ingin menolak, tapi Yola tau Papa sangat bersikeras dengan keinginannya. Seumur hidup, Yola tak akan bisa membantah Papa. Papa otoriter walaupun juga sangat memanjakannya dalam hal memberikan semua apa yang diinginkannya.
"Yol, kita ke kantin, yuk!" Ajak Yuri.
"Kalian duluan aja, ya. Aku malas," tolak Yola masih meletakkan kepalanya di meja.
"Kamu kok akhir- akhir ini suka melamun? Kamu kenapa, Yol?" Tanya Friska.
Masih di posisi itu, Yola menggelengkan kepalanya.
"Nggak ada apa-apa. Aku cuma malas. Aku ngantuk," katanya.
"Emmm, ya udah. Kalau gitu aku dan Friska ke kantin dulu. Kamu mau nitip nggak?" Tanya Yuri.
Lagi- lagi Yola cuma menggeleng. Dia memejamkan matanya sepeninggal Yuri dan Friska. Ruangan kelas ini hanya ada dirinya seorang karena sekarang memang sedang jam istirahat. Semua anak- anak ada di luar kelas.
"Kamu sungguh nak berkahwin dengan Abang aku?"
Yola tersentak dan spontan membuka matanya. Hafiz kini berdiri di hadapannya.
"Aku nak tanya kau. Kau sungguh- sungguh mahu berkahwin dengan Abang aku?" tanya Hafiz mengulangi pertanyaannya.
Yola mengangkat kepalanya dan duduk dengan malas.
"Hafiz, kamu saja yang menikah denganku ya?" katanya tanpa beban.
Haaa? Hafiz terperanjat.
"A- ape yang kau kate? Aku, aku .... Aku tak nak ...."
Yola melihat wajah gembul yang bicara terbata- bata itu. Jelas saja Hafiz kaget. Itu pertama kalinya Yolanda memanggilnya dengan nama Hafiz tanpa nada olokan.
"Aku nggak mau menikah dengan abangmu. Aku nggak kenal dia. Masih lebih baik aku menikah dengan kamu saja, setidaknya aku sudah kenal. Kita juga bisa main dan belajar bareng nanti. Ya Hafiz? Kamu mau, ya? Ya? Ya?" Bujuk Yola.
Hafiz masih bengong terdiam dalam seribu bahasa.
"Hafiz ...."
Hafiz akhirnya tersadar dari lamunannya. Dalam hatinya dia merasa kalau Yola sebenarnya tidak benar- benar jahat. Hafiz sekarang kasihan melihat gadis itu merengek padanya.
"Yola ...." panggilnya.
"Hmmm ...." sahut Yola galau.
Yola sungguh merasa menikah dengan Hafiz jauh lebih baik daripada dengan Ilham. Dengan Hafiz dia bisa menjadikannya teman, tapi dengan Ilham? Orang dewasa itu .... Apa mungkin Ilham tak akan melakukan apa- apa padanya. Dia tak kenal lelaki itu. Kenapa Ilham langsung mau begitu saja menikah dengannya?
"Abang Ilham itu, adalah abangku yang paling best sedunia. Dia itu bukan orang jahat. Dia akan jaga dan lindungi engkau. Kau takkan menyesal berkahwin dengan Abang aku," kata Hafiz.
Eh, kok malah Hafiz mendukung Yola untuk menikah dengan Ilham ya? Bukannya tadi dia mendatangi Yola karena tak rela abang kesayangannya menikah dengan gadis tengil di depannya ini?
"Kau tak percaye pada apa yang aku kate?" tanya Hafiz lagi. "Kau hanya belum kenal lagi sama Abang aku. Kalau dah kenal, kau pasti suka dengan Abang Ilham."
Benarkah? Benarkah itu? Batin Yola bertanya- tanya.
***
Hingga akhirnya hari pernikahan itu datang juga. Yola menyetujuinya sejak Hafiz meyakinkannya. Baiklah, ini hanya ikatan saja.
Pernikahan itu hanya berupa akad saja. Tanpa pesta meriah dan tanpa terdaftar di catatan sipil. Usia Yola yang masih dibawah umur tentu yang menjadi sebab alasan dari semua hal yang tak bisa dilakukan itu.
"Yola, kau sungguh- sungguh mahu melangsungkan perkawinan ini?" tanya Ilham sesaat sebelum acara ijab qobul dimulai.
Yola menarik napas berat.
"Ya," jawabnya.
Ilham merapikan sedikit anak rambut Yola yang sedikit keluar dari tatanan rambut gadis itu.
"Baiklah, kalau begitu mulai sekarang kau akan jadi adik aku. Kau mesti panggil aku Abang persis seperti Hafiz memanggilku. Kau paham tak?"
Yola mengangguk. Adik? Sepertinya ini lebih dari harapan Yola. Dianggap adik tentu itu adalah hal yang baik.
Kemudian persis seperti apa yang telah dipersiapkan oleh keluarga mereka, akad nikah itu pun tanpa bisa terelakkan akhirnya terucap juga.
Tak ada yang membahagiakan bagi dua sejoli itu. Keduanya speechless akan pernikahan tak diharapkan ini. Tak seperti pernikahan pada umumnya, usai akad nikah Yola malah terlihat asyik berdua dengan Hafiz membahas pelajaran sekolah mereka. Sementara Ilham asyik berbincang dengan Abimanyu dan atoknya yang turut hadir di majlis perkawinan kecil- kecilan itu.
"Atok akan hadiahkan kau dan Yolanda rumah di daerah semenanjung sebagai hadiah perkahwinan kau dan Yolanda," kaya Atok Yahya
"Terima kasih Atok, tapi rumah itu takkan ada yang menduduki nanti. Atok tahu sendiri bahwasanya tak lama Ilham akan bertolak ke Berlin," kata Ilham. "Yolanda tak mungkin juga duduk di sana sendiri sahaja."
"Tak mengape. Bila- bila kau nak cuti dan balik dari Berlin atau Yolanda nak cuti jua dan nak ke Malaysia melancong, bisa pulang ke rumah tu. Dan bila mase Yolanda dah cukup usia boleh dah tu rumah untuk kalian duduki bersama anak cicit Atok."
Mendengar hal itu Ilham pun menjadi risih dan tak enak hati.
"Ah, hahaha .... Masih terlalu awal cakap pasal tu Atok. Masih lama sangat pasal tu pabila terjadi."
"Lama pun pasti akan terjadi jua, Ilham. Atok tahu Yolanda masih budak kecik. Tapi bukan berarti Atok tak menginginkan mase dimana kau dan Yolanda sungguh- sungguh membina bahtera rumah tangga seperti orang lain. Itu hanya problem waktu sahaja," kata Atok. "Jadi kau berbaik- baiklah dengan Yolanda. Jangan pernah kau sakiti hati dia."
Ilham menghela napas mendengar wejangan Atoknya.
"Baiklah, Atok," jawabnya pasrah.
"Cakap pasal rumah, boleh juga kita ajak Yolanda ke Malaysia barang seminggu sebelum Ilham berangkat ke Berlin. Kita semua boleh bermalam di sana," kata Mamah Zubaedah memberi ide.
"Wahh! Pemikiran Mamah memanglah best sangat kalau cakap pasal melancong!" sahut suaminya.
"Memanglah .... Siapa- siapa tak suka melancong? Semua orang pasti suka!" jawab Mama Zubaidah yang diiringi tawa kekeh orang- orang di sana.
***
"Sayang, kau harus minum obat ini tepat waktu setiap harinya di jam yang sama. Yola, minumlah di sore hari. Pokoknya jangan sampai terlupa. Dan ... Dan, Yola kalau Abang Ilham mengajak Yola untuk tinggal dalam kamar yang sama cuma berdua. Yola jangan mau, ya. Pokoknya Yola harus kasih alasan apa pun, Okey?"
Yola melongo melihat beberapa pil yang masih terbungkus ada di tangannya.
"Ini obat apa, Ma? Yola kan nggak sakit?" tanya Yola penasaran dan mengabaikan nasehat Mamanya yang lain.
Hmmm .... Bagaimana aku akan menjelaskannya? pikir Mama Ratih.
Wanita itu sangat mencemaskan putrinya yang akan dibawa berlibur ke Malaysia oleh suami dan mertuanya selama 3 hari. Terlebih-lebih dirinya tidak boleh ikut untuk mendampingi putri kecilnya itu. Alasan mereka agar Yola terbiasa dengan keluarga suaminya. Mereka khawatir kehadiran Mamanya akan membuat Yola tidak bisa beradaptasi maksimal dengan keluarga mereka.
"Itu hanya suplemen, Sayang. Agar kamu nggak sakit di negeri orang," jawab Mama Ratih beralasan.
"Suplemen? Memang harus tepat waktu ya minumnya, Ma? Kok kayak minum obat?" Protes Yola bingung.
"Udah deh nurut aja sama Mama. Pokoknya kamu dengar. Jangan terlalu dekat- dekat sama Abang Ilham! Apalagi berdua aja Yola paham?"
Yola mengangguk meski bingung. Dia tak mengerti kekhawatiran mamanya melepaskan putri semata wayangnya sendiri untuk dibawa beberapa hari. Mama Ratih tak bisa percaya begitu saja pada Ilham. Lelaki itu sudah dewasa, sementara putrinya di matanya masih sangat kecil meskipun memiliki tubuh tinggi semampai melebih tinggi badan teman- teman sebayanya. Ditambah Yolanda memiliki paras yang lumayan cantik, siapa yang tau apa yang akan dipikirkan dan yang akan dilakukan menantunya itu nanti? Oleh sebab itu ia membekali Yola dengan pil kontrasepsi.
Mengingat itu membuat Mama Ratih semakin memeluk putrinya erat- erat.
Yolaku yang malang!!! Ratapnya dalam hati.
Dan adegan dramatis itu pun berlanjut saat Mama Ratih mengantarnya ke bandara dan menyerahkannya pada Mama Zubaidah dan Hafiz yang juga ikut berlibur ke sana.
"Astaga Mama! Yola cuma 3 hari di sana," kata Yola merasa tak enak hati pada Hafiz dan mertuanya itu.
"Tiga hari juga lama, Sayang. Mama nggak pernah pisah selama itu dari Yola," rengek Mama Ratih.
"Aihh, Dik Ratih. Kami pasti jagakan Yola. Usah khawatir. Selang beberapa hari. Kami akan antar pulang Yola dengan selamat," kata Mama Zubaidah.
Mama Ratih mengangguk pasrah. Namun lagi- lagi dia berbisik mengingatkan putrinya itu.
"Ingat pesan Mama. Pilnya diminum, dan jangan dekat- dekat sama Abang Ilham," katanya.
"Iya, iya. Udah tau! Mamah bawel deh. Udah ngomong berapa kali juga," jawab Yola sebal.
Usai mengantar Yola, Ratih dan Abimanyu kembali ke mobil untuk pulang.
"Mama ini apa tidak terlalu berlebihan membekali Yola pil KB segala. Percaya pada Papa, Ilham nggak akan ngapa-ngapain Yola, Ma!"
"Siapa yang tau hati orang. Mama nggak percaya sama lelaki! Papa sudah mengawinkan Yola di usia yang sangat dini sekali. 12 tahun, Pa! 12 tahun! Dia sudah menikah diusia semuda itu, dan Mama tak akan membiarkan dia hamil dan punya anak di usia sekecil itu. Titik!!"
Abimanyu yang mendengar hal itu menjadi geleng- geleng kepala. Aihhh, ya sudahlah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Mimin Rosmini
waduh baru 12 th??? setahu saya hukum nya ga sah di mata negara..entahlah dlm hukum agama
2021-11-19
1
Dekat Indonesia umur 12 tahun dah boleh kahwin ke apa?
2021-10-24
1
Sekarang ni Yola cuma nampak Hafiz ja, 😂 ✋🏻
2021-10-24
1