Rasa sakit itu masih ada, tapi Ziya tetaplah Ziya yang mampu menahan sakit hatinya. Dia berlalu dengan tenang seakan dia baik-baik saja, ini sudah biasa baginya, dia tidak terkejut hanya saja sakit itu bertambah perih. Luka tak berdarah namun menyakitkan.
Ziya terus melangkah menuju kelas. Jam pelajaran pertama sudah di mulai, Ziya tampak fokus dengan apa yang di sampaikan guru. Meski pikirannya kacau, Ziya tidak ingin hal itu mengganggu konsentrasi belajarnya.
Jam pelajaran berakhir, waktunya istirahat. Semua murid tampak berhamburan keluar kelas.
Ziya tengah duduk di belakang kelas menghadap taman belakang sekolah, wajahnya menengadah ke langit dengan mata terpejam, dia menarik napas dalam-dalam berharap bebannya berkurang.
"Kau merokok?" suara itu terdengar jelas di pendengaran Ziya
"Diamlah,"
"Bukankah kau akan berhenti,"
"Aku tidak bisa,"
Ziya mendengar jelas suara yang begitu dia kenal, suara saling berbalas antara dua orang itu membawa langkah Ziya untuk mendekat ke asal suara.
Dengan langkah pelan dan hati-hati Ziya mendekat ke arah taman, bersembunyi di balik tanaman pinggir taman dia melihat jelas dua orang laki-laki tengah duduk berjongkok yang salah satunya tengah menghisap rokok.
Menajamkan penglihatannya Ziya menatap tak berkedip untuk memastikan apa yang tengah dia lihat.
Seketika matanya membelalak, terkejut! syok!. Benar-benar terkejut. memastikan sekali lagi, Ziya memicingkan mata menatap tak berkedip. Benar, yang dia lihat benar adanya. Laki-laki itu Reynan, Reynan merokok? Apa ini? Kenapa dia merokok?
Pertanyaan-pertanyaan muncul di benak Ziya, Reynan yang dia yakini laki-laki baik dan cerdas bisa melakukan hal yang tidak pantas seperti ini.
Ziya tertegun, sedetik kemudian dia sadar tidak ingin membuat masalah Ziya beranjak meninggalkan tempat itu.
Di langkah ketiga kakinya menginjak ranting sehingga menimbulkan suara, dia takut. Berniat melangkah setelah berhenti sesaat namun seseorang mencekal lengannya.
Tangannya di tarik seiring badannya ikut berbalik, Ziya menunduk tidak berani menatap orang yang kini ada di hadapannya.
"Mati aku," bisik hati Ziya, "Reynan akan semakin membenciku,"
"Apa yang kau lakukan di sin!" Ketus Reynan penuh penekanan
"Kau menguntit!" sambungnya dengan gigi gemeletuk, rahangnya mengeras geram dengan gadis yang ada di hadapannya saat ini.
Reynan yang mendengar suara ranting tadi segera berlari menuju suara, karena yakin ada seseorang yang mengetahui keberadaannya tengah merokok.
Ziya menunduk dalam diam, dia tidak mampu berkata. Tenggorokannya tercekat, jantungnya berdebar kencang, dia takut.
"Kau bisu!" Reynan kembali bersuara tidak mendapati Ziya buka suara
"Apa kau tuli!" Reynan geram dengan diamnya Ziya, setiap kata keluar penuh penekanan.
Ziya bergidik, mulai mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan suara.
"Aku tidak menguntit, hanya kebetulan duduk di sini," Ziya bersuara pelan dengan kepala menunduk tidak berani menatap Reynan
"Kau pikir aku bodoh!" bentak Reynan
"Aku benar hanya duduk di sana tadi," Elin menunjuk di mana tempat ia duduk sebelumnya
"Kau pikir aku percaya!" bentak Reynan
"Tidak bisakah kau hilang dari hadapanku!"
"Kau selalu membuat masalah denganku!"
"Kenapa kau harus muncul di hadapanku!"
"Tidak perlu mencuri perhatian, aku tidak akan tertarik denganmu!"
Reynan menghela napas berat, emosinya tidak terkontrol. Dia marah, dia kesal setiap kali berhadapan dengan gadis itu.
Ziya terkesiap mendapat bentakan dia mengangkat wajahnya dan menatap Reynan. Dia melihat jelas wajah mengeras. Sangat mengejutkan kata-kata yang keluar dari mulut Reynan benar-benar penuh amarah. Apa kesalahannya?
"Kau memuakkan," jeda sesaat "kau menjijikkan," Reyhan benar-benar marah dengan rahang mengeras dia ucapkan kata itu penuh penekanan
"Apa pun yang kau lihat tadi simpan baik-baik!" ancam Reyhan
"Jika ada yang tau hal ini, kau akan bertanggung jawab!" lanjut Reyhan, "ingat baik-baik!"
Setelah puas meluapkan amarah, Reyhan berbalik dan meninggalkan tempat itu.
Ziya terpaku! benar-benar terpaku! terdiam mencerna setiap perkataan yang dia dengar. Berdiri bak patung tak bergerak sedikitpun, matanya menatap nanar terlihat jelas syok dan kesedihan di wajah itu.
Tampak kilatan di mata itu, membentuk genangan matanya berkaca-kaca sedetik kemudian tetesan air mengalir di sudut mata itu, terus mengalir deras tak terbendung membuktikan betapa sakit dia rasakan.
Lukanya belum sembuh kini bertambah luka, hatinya perih, sakit. Kata-kata itu menusuk menghujam jantung membuat dia tak berdaya.
Apa salahku? pertanyaan itu terus berputar di benak Ziya, bisa di bayangkan sakitnya. Ziya mencintai dalam diam harus merasa sakit sebelum cinta itu terucap, bunga itu layu sebelum berkembang.
Kau memuakkan kau menjijikkan
Kata-kata itu terus terngiang, menambah sakit di hatinya, Air matanya terus mengalir. Dia tidak bisa menahan diri, tak peduli keadaan sekelilingnya, kesedihan mendalam membuat dia lupa akan keberadaannya kini.
Ziya merasa seseorang menepuk pundaknya, dia tak bergeming. Masih berdiri mematung berlinang air mata, tak ada isak, tak ada suara. Dia menangis dalam diam.
Khaira yang tak mendapat tanggapan setelah menepuk punda Ziya menengok ke depan wajah Ziya. Seketika Khaira terkejut matanya melihat jelas wajah Ziya dengan linangan air mata.
"Kau kenapa Ziy?" tanya Khaira panik
"Ziy, Kenapa kau menangis?" Khaira yang tak mendapat tanggapan kembali bertanya
Tangisan Ziya semakin menjadi, dia terisak menangis tersedu-sedu. Khaira memeluk Ziya, mengelus punggungnya memberi ketenangan. Khaira terdiam, membiarkan Ziya menangis melepaskan tangisan berharap dengan begitu Ziya akan lebih lega.
Cukup lama mereka di posisi itu, hingga saat tangisan mulai mereda Ziya melepas pelukannya.
"A-ku men-cin-*** Reynan," Ziya dengan terbata-bata menahan tangis berusaha mengatakan yang sebenarnya ke Khaira, bahwa dia mencintai Reynan
Khaira terperangah, "hah?"
"Aku mencintainya Ra," dengan tangis Ziya berkata, "Aku benar-benar mencintainya,"
"Astaga!" Khaira mengusap wajah kasar, dia terkejut, syok, kecewa. Perasaan itu berkecamuk.
"Jadi karena ini kau menangis?" dahi Khaira mengerut dalam menelisik wajah Ziya
"Dia membenciku, dia benar-benar membenciku kini," lirih Ziya
"Kau bodoh, benar-benar bodoh," Khaira gemas akan tingkah Ziya
"Aku bodoh, aku memang bodoh," jawab Ziya
"Aku salah mencintai dia, perasaanku salah," lirih Ziya kembali terisak
"Cintamu tidak salah, perasaanmu juga tidak salah. Tidak ada salahnya kita mencintai dan mempunyai perasaan terhadap orang lain. Cinta dan perasaanmu tidak salah, tapi orang yang kau cintai adalah orang yang salah." tutur Khaira menenangkan Ziya
"Aku tidak bisa memilih pada siapa aku jatuh cinta, aku tidak bisa memilih pada siapa hatiku berlabuh." Ziya berkata dengan menangis
"Kau tau dia membencimu, dia tidak pantas di cintai, dia tidak pantas kau tangisi, air matamu terlalu berharga untuknya," tutur Khaira lembut
"Kau bisa lihat dia laki-laki kasar, dia bukan orang baik Ziy," sambungnya
"Aku tau, dia memang kasar, dia memang membenciku, dia bukan orang baik. Tapi itu semua tidak bisa merubah perasaanku, aku terlalu mencintainya. Ini bukan cinta biasa Ra," lirih Ziya
"Jika mampu aku akan membencinya, jika mampu aku akan mengubur perasaan ini, tapi aku tidak bisa," lirih Ziya
Khaira menghela napas berat, "Sejak Kapan?" Khaira menanyakan mulai perasaan itu ada.
"Saat hari pertama masuk sekolah di SMA ini," jawab Ziya yang tau arah pertanyaan Khaira
"Selama itu?" Khaira terkejut menanggapi dengan nada sedikit tinggi
"Iya," jawa Ziya putus asa
"Ya Allah Ziya, selama itu kau memendamnya?" Khaira memeluk Ziya
"Sebegitu cintanya kau padanya," lirih Khaira merasakan kesedihan Ziya selama ini.
"Awalnya aku hanya merasa kagum atau mungkin rasa suka, aku tidak tau. Aku memperhatikan dia dari jauh, semakin hari rasa itu semakin dalam aku tidak sadar aku benar-benar jatuh sejatuh jatuhnya pada pesona dia." Ziya mengungkapkan perasaannya
"Aku bisa melihat itu semua," Khaira melepas pelukannya menatap ke dalam mata Ziya
"Kau boleh mencintai, tapi jangan sampai cinta itu membutakan mata dan hatimu," Khaira berkata dengan hati-hati
"Buka matamu, buka hatimu," tutur Khaira lembut "lihat dunia lain, jangan hanya dia," sambungnya
"Kau terlampau memperhatikan dia, kau terlalu fokus akan cintamu yang tak bertepi. Ingat Ziy, Kau harus bahagia."
"Cintamu ini menyakitimu, kau tidak akan bahagia. Lupakan dia!" Khaira menatap Ziya
"Jika aku bisa, sudah ku lakukan. Aku tidak bisa," jawab Ziya putus asa
"Apa yang membuatmu tidak bisa melupakan dia?" tanya Khaira serius
"Dia selalu ada, dia selalu terlihat, bagaimana aku bisa melupakan dia?" lirih Ziya
"Kau harus mencoba, aku akan membantumu," Khaira memegang lengan Ziya menatap Ziya serius.
"Apa kau mau?" tanya Khaira serius
Ziya mengangguk samar, "Bantu aku," Ziya kembali terisak
"Aku tidak menyangka, benar-benar tidak habis pikir kau termasuk wanita bodoh ikut-ikutan jadi fans Si kunyuk itu," kata Khaira tertawa hambar
"Aku memang bodoh," jawab Ziya.
"Sangat bodoh," kata Khaira sedikit tertawa mengalihkan pikiran Ziya
"Kau harus tetap waras, meski cintamu gila kau harus tetap berpikir jernih mungkinkah seorang pembeci akan membalas perasaan suka dari orang yang dia benci?" Khaira meyakinkan Ziya
"Berpikir dengan logika jangan bawa perasaan, Realistis saja." tutur Khaira
"Pakai logika dan akal sehatmu!" tegas Khaira.
Khaira bisa melihat Ziya sedikit tenang mulai memberi keyakinan untuk Ziya melupakan Reynan.
Ziya terus mendengar semua yang di katakan Ziya, dia sedikit tenang setelah meluapkan kesedihan lewat air mata di tambah masukan dari Khaira.
"Satu hal yang harus kau lakukan adalah lupakan dia!" Khaira kembali mengingatkan
"Pertama yang harus kau lakukan, jauhi dia. Sebisa mungkin hindari dia, jaga jarak kau dan dia. Jika dari jauh kau sudah tau keberadaannya kau hindari untuk mendekat," Khaira menatap Ziya serius
"Kedua benci dia, jika cinta itu terlalu dalam, biarkan. Kau hanya perlu memunculkanan rasa benci agar cinta itu tertutup kebencian. Benci dia dengan mengingat semua perlakuan buruk dan perkataan kasar dari dia, kau ingat semua yang jahat dan buruk tentang dia. Dengan begitu lambat laun rasa cintamu akan memudar, dan kau bisa mengontrol perasaanmu." Khaira menjelaskan panjang lebar
"Ingatlah satu hal, di dunia ini tak ada cinta abadi," tegas Khaira "cinta akan berubah sesuai keinginan kita," sambungnya
"Jika cinta memang abadi, tidak ada perceraian dalam pernikahan, tidak ada perselingkuhan di dalam sebuah hubungan, tidak ada pengkhianatan dalam kepercayaan."
"Cinta itu kita yang punya, kita yang harus mengendalikan cinta. Bukan cinta yang mempunyai raga kita, jangan biarkan cinta mengendalikan kita." lanjut Khaira
"Kau tau selalu ada cinta di dalam pernikahan, selalu ada cinta dalam hubungan asmara. Tapi di dalam hubungan itu tidak menutup kemungkinan adanya perpisahan walau awal mula adanya cinta." Terang Khaira
Ziya memahami setiap ucapan yang keluar dari mulut Ziya, mata hatinya mulai terbuka, ada sedikit harapan untuk keluar dari belenggu ini, belenggu cinta yang menyiksa.
Ziya tertegun akan penjelasan Khaira yang terdengar bijak dan sangat dewasa dalam berpikir. Dia berhasil membuka pikiran Ziya.
Ziya tersenyum samar, "Terima kasih," ucapnya memeluk Khaira
"Kau buktikan jika kau berterima kasih, aku perlu bukti," tegas Khaira
Ziya mengerutkan dahi melepas pelukan menatap Khaira "Bukti?" tanyanya
"Kau buktikan kau mau dan bisa melakukan dua hal yang aku katakan tadi, jika kau bisa itu ku anggap ucapan terima kasihmu padaku," ucap Khaira tersenyum licik
Ziya tersenyum, "Aku akan berusaha" katanya
"Aku akan membantu," timpal Khaira
Perasaan Ziya lega begitu pun Khaira, mereka tidak menyadari bel berbunyi sedari tadi. Ziya menyapu sisa air mata di wajahnya dan merapikan baju yang sedikit berantakan kemudian mereka berjalan meninggalkan tempat itu.
Beberapa langkah mereka berjalan Khaira kembali bersuara
"Sepertinya waktu istirahat sudah habis, lihatlah sepi," Khaira menatap sekeliling sekolah yang sepi.
Ziya tersadar, baru sadar setelah Khaira membuka suara, kejadian tadi benar-benar membuat dia lupa, lupa segalanya.
"Kau tunggu di sini, aku lihat dulu," Khaira mengintip di ujung jendela tidak lama kembali menyusul Ziya
"Kita tidak belajar, di dalam tidak ada guru. Ayo masuk!" Khaira menarik tangan Ziya berjalan dengan cepat menuju kelas.
--------
Waktu menunjukkan pukul 12.30 waktunya siswa siswi SMA Negeri 2 di tempat Ziya sekolah berhamburan keluar kelas karena waktunya pulang.
Ziya jalan beriringan dengan Khaira, meski kesedihan belum sepenuhnya hilang di hati Ziya namun dia sudah bisa tersenyum.
Tiba-tiba langkah Ziya terhenti, Khaira mengerutkan dahi menatap Ziya.
"Kenapa berhenti?" tanya Khaira yang tidak tau alasan Ziya menghentikan langkahnya
"Ada dia di depan," Kata Ziya sembari menunjuk dengan dagunya
"Kita lewat jalan lain, sebelah sana," Khaira menunjuk arah yang jauh dari tempat Reynan berada
Ziya mengangguk, seketika wajahnya berubah sendu, Khaira paham. Dia menepuk pelan bahu Ziya memberi semangat.
"Kau pasti bisa," tutur Khaira lembut, "ingat dua hal tadi," sambungnya
Ziya mengangguk pasti, mereka melanjutkan langkah memilih jalan lain.
Saat melewati gerbang sekolah, mereka mendengar teriakan seseorang memanggil Khaira, Khaira dan Ziya menoleh ke asal suara.
Orang itu melambaikan tangan ke arah Ziya dan Khaira. Ziya tidak begitu mengenal murid yang bername tag Anisa itu, dia yakin Khaira lah yang dia sapa.
Ziya tak membalas lambaian tangan itu, Khaira lah yang membalas. Khaira menarik tangan Ziya mendekat ke arah Anisa, namun Ziya menghentikan langkahnya sehingga langkan Khaira ikut terhenti.
Khaira menatap Ziya, seolah bertanya ada apa? Ziya melirikkan matanya ke arah Anisa memberi kode, Khaira mengikuti arah lirikan Ziya. Seketika Khaira terkejut, apa ini ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Khaira Della
kasar bgt km rey
2020-11-16
0
ARSY ALFAZZA
rey
2020-11-04
1
❤️YennyAzzahra🍒
Like againn.
jgn lupa feedback jg ya kak
2020-10-23
1