Mencari kerja sebagai orang biasa

Pagi ini Ken bangun lebih pagi dari biasanya, meski masih terbilang siang sih karna hari ini dia bangun jam tujuh. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan lagi-lagi butuh waktu lama untuk keluar.

Ken berpakaian rapi menggunakan kemeja dan celana dasar layaknya orang yang akan melamar pekerjaan. Ken sengaja tidak menggunakan baju kebesaran yang dulu pernah dia pakai karna Ken yang sekarang bukanlah Boy.

Ken berjalan menyusuri jalanan kota, sesekali dia menghampiri pertokoan dan Mini Market untuk melamar pekerjaan. Wajar saja tidak ada yang mau menerimanya, Ken hanya bermodalkan KTP saja.

"Mana ada orang yang mau menerimaku bekerja kalau aku hanya punya KTP, mereka mengira aku tidak berpendidikan bahkan mungkin mereka mengira bahwa aku tidak sekolah. Ijasah saja aku tidak punya."

Ken berhenti di sebuah kedai kopi di pinggir jalan dan memesan segelas kopi. Sambil menyeruput kopi, Ken memutar otaknya mencari jalan keluar. Lagi-lagi otaknya terasa buntu.

"Mang, apa di sini ada lowongan kerja?" tanya Ken pada penjual kedai kopi.

Penjual kedai kopi itu tertawa mendengar pertanyaan Ken.

"Mas, kedai kopi ini hanya kecil, aku bisa melayani semua pelangganku. Aku tidak perlu pegawai untuk saat ini."

"Begitu ya Mang. Kira-kira di mana ya ada lowongan pekerjaan?"

"Coba saja di perusahaan besar."

"Aku hanya punya KTP Mang."

"Wah mana bisa. Kerja kantoran harus punya Ijasah tinggi."

"Iya."

Setelah kopi dalam gelasnya habis, Ken kembali berjalan meneruskan niatnya mencari kerja.

Hari ini usaha Ken sia-sia, tidak satu pun yang mau menerimanya bekerja. Ken kembali dengan hasil kosong.

Ken membuka pintu pagar kecil di rumahnya.

"Hay Ken," sapa Kanaya baru pulang dari kerja.

"Hay juga," jawab Ken.

"Kamu dari mana Ken?"

"Cari kerja."

"Sudah dapat?"

"Belum. Tidak ada yang mau menerimaku."

"Bagaimana kalau kamu ikut bekerja denganku?"

"Boleh. Memangnya kamu bekerja dimana?"

"Aku bekerja di restauran, di tempatku kerja sepertinya sedang mencari karyawan tapi hanya sebagai pelayan."

"Apa saja aku mau asal mendapat pekerjaan dan bisa untuk biaya hidup, tapi apa mereka mau menerimaku?" Ken ragu.

"Kenapa?"

"Aku tidak punya Ijasah, aku hanya punya KTP."

"Apa kamu tidak sekolah?"

"Sekolah."

"Lalu kemana Ijasahmu?"

"Terbakar bersama rumahku dulu."

"Begini saja, besok pagi kamu ikut denganku siapa tau Bosku mau menerimamu."

"Boleh. Jam berapa kamu berangkat kerja?"

"Jam tujuh."

"Baiklah, besok aku akan ikut denganmu. Terimakasih ya."

"Kenapa berterimakasih?"

"Karna kamu sudah memberiku jalan keluar."

"Jangan senang dulu! Aku tidak bisa menjamin mereka akan menerimamu, karna kamu tidak punya Ijasah."

"Aku tau."

"Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu ya mau istirahat," pamit Kanaya.

"Selamat beristirahat."

Kanaya meninggalkan Ken yang masih berdiri memperhatikannya sampai masuk ke dalam rumah. Setelah itu dia masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya.

Ponselnya berdering.

"Halo."

"Bagaimana kabarmu?"

"Sangat sengsara, aku tidak bisa kemana - mana."

"Sabar! Aku sedang mengurus semua perkaramu. Mereka percaya kalau kamu sudah mati terbakar bersama mobilmu."

"Kenapa kamu tidak membuatkanku Ijasah juga? Sekarang aku susah mencari kerja."

"Apa uang di dalam ATMku kurang?"

"Tidak. Aku tidak mau terus menggunakan uang itu. Lagi pula aku bosan harus berdiam diri di rumah. Bisa gendut perutku."

"Apa aku harus membantumu mendapatkan pekerjaan?"

"Tidak. Aku akan mencarinya sendiri."

"Apa kamu yakin?"

"Kamu meremehkanku? Aku ini lelaki sejati, jadi kuli pun aku sanggup."

"Aku percaya."

"Kamu terus selidiki kasus itu! Aku ingin semua cepat berakhir dan harus tuntas."

"Sepertinya akan sulit, sekarang yang terpenting adalah menunggu kasus ini menghilang dengan sendirinya agar kamu bisa kembali."

"Sampai kapan?"

"Aku tidak tau. Aku akan berusaha secepatnya."

"Bagaimana kabar orang tuaku?"

"Kamu jangan khawatir, mereka sudah mulai mau menerima kepergianmu."

"Tolong jaga mereka untukku!"

"Pasti."

Setelah melakukan perbincangan yang cukup panjang, Ken menutup ponselnya.

Hari berganti malam, malam berganti pagi.

Ken sudah menunggu Kanaya di depan rumah gadis itu.

"Ken, kamu sudah di sini?" ucap Kanaya terkejut saat gadis itu keluar rumah dan melihat Ken.

"Aku tidak mau kamu yang menungguku," ucap Ken membukakan pintu pagar untuk Kanaya.

"Sepertinya kamu sudah siap untuk bekerja Ken?"

Kanaya melihat Ken dari atas rambut sampai kaki. Ken merasa sedikit gugup saat Kanaya memperhatikannya.

"Apa ada yang aneh dengan tubuhku?" tanya Ken.

"Ken, apa aku boleh memberikan saran untukmu?" tanya Kanaya ragu.

"Katakan!"

"Apa tidak seharusnya rambutmu dipotong dulu agar terlihat rapi? Begitu pula dengan jambangmu."

"Apa penampilanku berantakan?" Ken merentangkan tangan memeriksa penampilannya.

"Bukan itu maksudku. Hanya saja penampilanmu tidak meyakinkan untuk menjadi seorang pelayan."

"Kenapa?"

"Maaf Ken. Penampilanmu seperti berandalan Ken." Kanaya ragu saat mengatakan itu.

"Aku sudah nyaman dengan diriku yang seperti ini."

"Kalau begitu biar aku ikat rambutmu biar lebih rapi!" ucap Kanaya mengambil sisir dan ikat rambut dari dalam tasnya.

"Apa kamu akan mendandaniku seperti wanita?" Ken mundur satu langkah.

Kanaya tersenyum melihat wajah Ken.

"Aku hanya merapikan rambutmu, bagaimana kamu bisa menjadi wanita? Jambangmu saja selebat itu."

"He ... he ... bukankah lebih terlihat macho?"

"Terlihat garang. Sini!"

Kanaya menarik tangan Ken.

"Rendahkan tubuhmu! Aku tidak bisa mengikat rambutmu kalau kamu berdiri tegak."

Ken memang tinggi, tinggi tubuh Kanaya hanya sebatas ketiak Ken. Ken duduk berjongkok sehingga Kanaya bisa mengikat rambut Ken dengan mudah.

"Terlihat lebih rapi," ucap Kanaya melihat wajah Ken.

"Kanaya, terimakasih ya, kamu orang baik. Aku pasti akan membalas kebaikanmu."

"Santai saja. Aku senang kok bisa membantu orang lain. Yuk, nanti kita telat."

Kanaya dan Ken naik taksi menuju tempat Kanaya bekerja.

Setelah sampai di restauran tempat Kanaya bekerja, mereka langsung menuju ke ruang Bos Kanaya.

"Selamat pagi Pak," salam Kanaya.

Pria yang disapa Kanaya mengangkat kepalanya menatap Kanaya.

"Kanaya," ucapnya.

"Dia orang yang semalam kita bicarakan," ucap Kanaya menarik tangan Ken agar lebih mendekat lagi.

"Selamat pagi, nama saya Ken," Ken memperkenalkan diri.

"Apa kamu sudah pernah bekerja?"

"Belum."

"Apa kamu yakin mau menjadi pelayan disini?"

"Saya yakin."

"Baiklah. Kanaya sudah menceritakan tentang kamu. Mulai hari ini kamu bisa bekerja di sini."

"Terimakasih Pak."

"Kami boleh keluar! Kanaya aku mau bicara denganmu."

Suara pria itu berubah lembut saat berbicara dengan Kanaya. Sebelum keluar Ken memperhatikan pria yang kini menjadi Bosnya.

Ken menunggu Kanaya di depan pintu ruang Bosnya tadi. Cukup lama Ken menunggu hingga Kanaya keluar.

"Ken, kamu masih di sini?" ucap Kanaya terkejut saat melihat Ken berdiri di depan pintu.

"Aku menunggumu, aku tidak tau apa yang harus aku kerjakan. Kamu harus mengajariku!"

"Baiklah, ayo kita let's go!"

Kanaya menarik tangan Ken dan membawanya ke ruang ganti.

"Ini seragamku dan kamar ganti cowok sebelah sana." Kanaya menunjuk satu ruangan di sebelah kanan mereka.

Ken berjalan ke ruang yang Kanaya tunjukkan dan berganti pakaian. Begitu pula dengan Kanaya dia berganti di ruang ganti wanita.

Terpopuler

Comments

Serli Elisya

Serli Elisya

pake taksi bnyak duit donk

2020-10-25

0

Naoki Miki

Naoki Miki

haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss baacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘

2020-10-24

0

Tika

Tika

seru thor. aku lanjut baca

2020-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!