Waktu terus berjalan dan berputar, pria itu masih dalam dekapan hangat selimut tebal. Perlahan dia membuka mata dan menyingkirkan kain tebal dan menggeliatkan tubuhnya.
Diliriknya jam yang menggantung di dinding, waktu menunjukkan pukul sembilan tepat.
Boy masih malas untuk beranjak, tapi suara mahluk-mahluk di dalam perutnya terdengar sangat berisik. Perut pria itu keroncongan terasa melilit menahan lapar.
Boy beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati meja telepon. Pria itu menghubungi pihak hotel untuk memesan sarapan.
Sambil menunggu pesanannya datang, Boy berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Sial!! Aku khan ga punya baju ganti," ucap Boy kesal.
"Uh, mana nih baju sudah basah lagi. Aku harus cari akal tidak mungkin aku seharian telanjang begini."
Boy memutar otaknya mencari solusi untuk dirinya sendiri.
Boy keluar dari kamar mandi hanya menggunakan balutan handuk yang melingkar sempurna di daerah pinggang menutupi daerah sensitifnya.
Sekali lagi Boy menekan nomor petugas hotel dan meminta tolong untuk membelikan pakaian lengkap untuk dirinya.
Boy duduk di tepi tempat tidur menghidupkan layar TV. Mata Boy terbuka sempurna saat melihat berita tentang kejadian semalam. Nampak jelas kejadian itu merupakan pembunuhan yang diduga sudah direncanakan dengan sempurna.
Hal yang lebih mengejutkan lagi saat warna dan model mobil sport miliknya turut disebut bahkan penyiar televisi mengatakan bahwa dugaan sementara pemilik mobil itu adalah dalang dari pembunuhan satu keluarga yang terjadi semalam.
Pikiran pria itu semakin tidak karuan, dia mengelalkan tangan dan memukul kasur di sampingnya.
"Sialan!! Kenapa aku harus ikut terbawa dalam situasi ini?!"
Boy mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Sialan! Kenapa teleponnya sibuk sih? Siapa yang bisa aku percaya selain Dedy?"
Boy kembali memutar otaknya mencari seseorang yang bisa membantunya dan yang pasti bisa dia percaya. Boy menggelengkan kepalanya tidak menemukan nama yang cocok dalam otaknya.
"Aku tidak mungkin bisa pulang kalau situasinya seperti ini. Pasti para Polisi itu akan mendatangi rumahku dan mencari keberadaanku. Aku harus menghilangkan jejak terutama mobil yang aku pakai semalam."
Boy kembali menekan nomor yang sama, kali ini terhubung tapi tidak ada jawaban.
"Dedy kamu kemana?" ucapnya sendiri.
Tidak berselang lama ponselnya berbunyi.
"Halo, kamu di mana?" ucapnya cepat.
"Aku masih di jalan. Sabar! Kota Semarang itu tidak dekat butuh waktu untuk ke sana."
"Aku harus menghilangkan jejak terlebih mobilku."
"Nanti kita bicarakan! Aku lagi nyetir ini."
"Ya sudah aku tunggu di hotel."
Boy mematikan ponselnya.
Pintu kamar diketuk oleh seseorang. Jantung pria itu berdetak dua kali lipat lebih cepat. Boy berjalan berlahan mendekati pintu, diintipnya untuk mencari tau siapa yang datang.
Pria itu menarik napas lega saat melihat seorang pelayan hotel yang datang membawa sarapan pesanannya.
Boy membuka pintu dan mengambil pesanannya lalu menutup kembali pintu dengan cepat.
Boy dengan lahap menikmati sarapan karna memang perutnya sudah teramat lapar.
Pintu kembali diketuk oleh seseorang.
Boy kembali mengintip.
"Masuklah!" ucap nih membuka pintu dan berjalan masuk.
"Ini pakaian yang Anda pesan Tuan," ucap seorang wanita tanpa melihat Boy.
Wanita itu menunduk mengambil pakaian Boy yang tertumpuk di rak dorong miliknya.
"Auw ...."
Wanita itu berteriak menutup matanya dengan kedua tangan setelah melempar bungkusan yang dia pegang.
Boy terkejut dengan teriakan wanita tersebut dan spontan memandang pemilik suara itu.
"Kenapa kamu berteriak?!" ucap Boy dengan nada tinggi.
"Kenapa Anda menodai mataku?!" ucap wanita itu masih menutup matanya.
"Apa maksudmu?" ucap Boy tidak mengerti.
"Tubuhmu!"
Boy melihat tubuhnya sendiri yang masih berbalut handuk di pinggangnya, lalu tertawa.
"Oh ... pakaianku basah makanya aku minta tolong kamu untuk membelikanku pakaian lengkap."
"Kalau begitu saya permisi," ucap wanita itu membelokkan tubuhnya.
"Hey!! Mana pakaianku?"
Wanita itu berhenti, dia tersadar kalau pakaian pria itu tadi dia lempar sembarang karna terkejut melihat tubuh telanjang dada sang pria. Lalu dia berbalik dan mencari bungkusan yang tadi dia bawa tanpa memperhatikan pria yang berdiri memperhatikannya.
"Nih pakaianmu."
Mata wanita itu terpaku pada dada bidang lelaki di hadapannya tanpa berkedip.
Wow ... gagah sekali tubuh pria ini, ototnya sangat indah dan ... ah, kenapa otakku menjadi mesum begini sih, wanita itu memukul-mukul kepalanya mencoba menyadarkan otaknya.
"Kenapa dengan kepalamu? Apa perlu aku bantu untuk memukulnya?" ucap Boy heran melihat wanita itu terus memukul kepalanya.
Boy menarik bungkusan dari tangan wanita itu, tapi karna wanita itu tidak siap dan masih dalam pengaruh mesum maka tubuh wanita itu turut ketarik limbung ke arah Boy.
Dengan sigap pria itu menopang tubuh wanita itu.
"Auw ...."
Kepala wanita itu membentur dada bidang Boy.
"Kenapa kamu menarikku?!" ucap wanita itu marah.
"Hey!! Siapa yang menarikmu?! Aku hanya mengambil pakaianku dari tanganmu."
"Alasan!!"
Wanita itu menegakkan tubuhnya dan mendorong Boy hingga handuk yang melilit tubuh pria itu merosot sempurna.
"Ahk ...."
Wanita itu kembali menutup matanya dengan kedua tangan.
"Sialan!!" umpat Boy saat mengetahui tubuhnya terpampang tanpa sehelai benang pun yang menempel.
Boy mengambil handuk lalu kembali melilitkannya dipinggang. Kali ini dia mendekati wanita yang masih menutup matanya.
"Apa kamu tidak mau melihatnya?" goda Boy terus mendekati wanita itu.
Wanita itu melangkah mundur hingga tubuhnya membentur tembok di belakangnya.
"Apa maumu?"
"Aku pria normal Nona cantik dan aku bukan pria munafik. Teriakanmu sudah membuatnya bangun dan berdiri sempurna dan itu membutuhkan pelampiasan untuk bisa menidurkannya."
"Tolong jangan lakukan itu!" ucap wanita itu ketakutan.
"Jangan munafik cantik! Aku tau semua wanita yang bekerja sepertimu pasti melakukan itu untuk menggoda tamu hotel."
Boy semakin menghimpit tubuh wanita itu dan tangannya bermain di pipi merah wanita yang ketakutan.
"Aku mohon jangan lakukan itu," ucap wanita itu memejamkan matanya.
Sebagai lelaki normal, hasrat Boy kali ini benar - benar memuncak saat melihat bibir wanita itu. Awalnya Boy hanya ingin bermain-main untuk menghilangkan pikirannya tentang tragedi malam itu, tapi Boy terpancing oleh napsunya sendiri.
"Tolong Tuan lepaskan aku," mohon wanita yang ketakutan.
Boy memegang tengkuknya dan membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya untuk beberapa saat. Air mata jatuh di pipi putih wanita yang tidak mampu melawan kekuatan pria yang sedang dirasuki napsu setan.
Boy melepaskan bibirnya ketika mendengar suara pintu diketuk oleh seseorang.
"Sialan!!"
Boy meninju tembok dengan tangannya.
"Kali ini kamu selamat Nona," ucap boy meninggalkan wanita itu dan berjalan menuju pintu.
Boy kembali mengintip siapa yang datang sedangkan wanita itu telah bersiap-siap untuk kabur ketika pintu terbuka.
Benar saja, begitu Boy membuka pintu wanita itu langsung berlari keluar hingga menabrak pria yang berdiri di depan pintu. Tubuh pria itu menjadi limbung dan hampir jatuh untuk dia adalah pria yang kuat sehingga mampu menjaga keseimbangannya dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dhina ♑
Keadaan makin kacau
2021-08-29
0
KIA Qirana
Gawat Boy, kasihan juga kamu
eh, nih cewek petugas hotel, jadi lucu sih
hilih matanya ternoda
2021-08-16
0
Tika
good 👍
2020-09-29
0