Seorang pria berjalan di atas trotoar menggunakan sandal jepit, celana pendek dan kaos santai. Di bawah teriknya matahari pria itu berjalan dengan membawa bungkusan plastik kresek di tangannya. Kepalanya tertutup oleh topi yang membantunya menutupinya dari sengatan matahari.
Beberapa kali dia menarik napas dalam dan berat lalu menghembuskan dengan kasar.
Pria itu memasuki rumah sederhana yang kecil di area kompleks perumahan. Di kompleks itu banyak dihuni para pekerja yang status perekonomiannya menengah ke bawah.
Status hunian mereka merupakan penghuni kontrak bulanan atau pun tahunan.
Pria itu bernama Ken. Pria dengan bentuk tubuh atletis dan wajah yang ditumbuhi jambang hampir menutupi ketampanannya.
Ken mulai membuka bungkusan yang dia bawa dan memakannya. Ken memang baru membeli nasi bungkus di warung makan sederhana dekat tempat tinggalnya.
"Aku tidak bisa terus menganggur seperti ini, aku harus mencari pekerjaan. Lama-lama uangku bisa habis kalau aku selalu menjadi pengangguran."
Ken melahap nasinya hingga tak tersisa.
"Besok aku akan mencoba mencari kerja, tapi apa? Aku tidak punya ijazah sama sekali, modalku hanya KTP."
Ken mengambil KTP dari dalam dompetnya dan mengamatinya dengan cara membolak-balikkan kartu itu.
"Kennedy, nama yang bagus," ucap pria itu dengan senyum tipis.
"Apa aku minta bantuan pada Dedy untuk mencarikan pekerjaan? Tidak. Aku tidak boleh sering-sering berhubungan dengannya, itu akan membuat masalah baru."
Ken kembali menyimpan KTP dalam dompet.
"Aku harus terbiasa hidup sederhana. Aku pasti bisa, dalam hidupku tidak ada kata menyerah."
Kena beranjak dari duduknya dan membuang bungkusan bekas nasi. Saat Ken berjalan ke tempat sampah dan membuang sampah, matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang menyiram lantai semen di depan rumahnya.
Rumah gadis itu tepat di samping rumah kontrakan Ken.
"Hay," sapa Ken mendekati gadis itu dari pagar.
Gadis itu terkejut dan spontan selang air yang dia pegang menyembur ke arah Ken dan membasahi seluruh tubuh pria itu.
"Hey ...!! Kenapa kamu menyiramku?!" icap Ken sambil mencoba menghindari semburan air.
"Eh, maaf."
Gadis itu berlari mendekat kran air dan mematikannya lalu berjalan mendekati Ken.
"Aduh, maaf ya, aku ga sengaja," ucap gadis itu gugup merasa tidak enak hati.
Gadis itu mengeringkan wajah Ken dengan cara mengelap dengan lengan bajunya.
Mata Ken menatap wajaha gadis di depannya dan perlahan tangan Ken menyentuh tangan gadis itu.
Mata mereka saling beradu ketika tangan Ken menggenggam tangan sang gadis.
"Ah, maaf."
Gadis itu menarik tangannya dari tangan Ken.
"Bajumu jadi basah," ucap gadis itu malu.
"Aku yang salah, aku sudah membuatmu kaget jadi wajar kalau kamu menyirammu."
"Bukan, aku tidak sengaja menyirammu."
"O ya, namaku Ken," ucap Ken memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.
"Aku Kanaya," ucap gadis itu menyambut uluran tangan Ken.
"Rambutmu lucu," ucap Kanaya saat melihat rambut gondrong Ken basah.
Rambut Ken memang dibiarkan panjang sebahu sama dengan jambangnya, tumbuh subur seperti tidak pernah di rawat.
Ken mengusap rambutnya ke belakang hingga dahinya terlihat jelas.
"Sekarang bagaimana? Sudah terlihat tampan?" icap Ken sambil bergaya ala model dan tersenyum.
Sontak tawa mereka meledak bersama melihat tingkah lucu yang Ken lakukan.
"Kamu lucu, tidak sesuai dengan wajah sangarmu," ucap Kanaya dalam tawanya.
"O ya, ngomong-ngomong kamu tinggal sendiri?" Tanya Ken, matanya melihat ke dalam rumah memeriksa keberadaan orang lain.
"Iya. Aku tinggal sendiri. Kamu?"
"Aku juga sendiri. Itu rumahku." Ken menunjuk rumah tepat di samping rumah gadis itu.
"Wah kita bertetangga donk."
"Iya, ga nyangka punya tetangga cantik."
"Bisa aja kamu." Wajah Kanaya merubah merona karna malu.
"Aku ganti baju dulu ya, dingin."
"Ah iya, sekali lagi aku minta maaf ya sudah membuatmu basah seperti burung kehujanan."
"Santai saja. Kalau tidak seperti ini, aku tidak bisa mengenal tetangga cantik."
"Kamu lucu ya, suka ngegombal."
"Aku serius kok, suwer deh." Ken mengangkat tangan dengan dua jari membentuk huruf V.
"Udah sana ganti! Nanti masuk angin lho."
"Siap tetanggaku yang cantik," ucap Ken lalu.meninggalkan Kanaya.
Kanaya mengikuti arah Ken pergi hingga menghilang, senyum mengembang di bibir indahnya.
"Dasar laki-laki sukanya ngegombal. Sama saja dengan yang lain, tapi lucu juga cowok itu. Tampang brandal tapi hati hello Kitty." Kanaya tertawa sendiri dan melanjutkan kegiatannya menyiram halaman agar tidak terasa panas.
Tidak butuh waktu lama, Ken sudah berdiri lagi di depan rumah Kanaya.
"Hay," sapa Ken lagi, kali ini dia berdiri agak jauh dari Kanaya dan menggunakan payung untuk berjaga-jaga bila gadis itu menyiramnya lagi.
Kanaya menoleh ke arah Ken, sontak tawanya meledak saat melihat tingkah Ken berdiri di bawah payung bermotif bunga-bunga.
"Kenapa tertawa?"
"Kamu lucu banget sih, udah kayak Umbrella Girl."
"Gw cantik donk," ucap Ken sambil bergaya centil.
Kanaya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan dan tangan satunya memegangi perutnya yang terasa sakit.
Ken tersenyum melihat Kanaya, dia senang bisa membuat gadis itu tertawa.
"Eh, aku ga disuruh masuk nih?" ucap Ken menghentikan tawa Kanaya.
"Ah iya. Ayok masuk! Tapi maaf rumahnya kecil," ucap Kanaya sambil berjalan masuk.
"Sama, rumahku juga kecil."
"Ya iyalah sama, lha kita khan tinggal di kompleks yang sama."
"Iya juga ya."
"Mau minum apa?" tanya Kanaya setelah mereka duduk.
"Apa saja boleh, asal jangan racun."
"Aku ga punya sianida," canda Kanaya.
"Ha ... ha ... kamu lucu."
"Bentar ya."
Kanaya meninggalkan Ken dan menuju dapur untuk membuat minuman.
Ken mengedarkan matanya kesetiap sudut ruang. Mata Ken tertarik dengan figura foto keluarga yang terpajang di dinding. Foto keluarga dengan lima anggota keluarga. Foto dengan pose Ayah Bunda duduk di kursi dan ketiga putri berdiri di belakang mereka.
Ken mendekati foto tersebut. Dari foto itu dapat dilihat bahwa mereka adalah keluarga bahagia dengan senyum mengembang.
"Itu keluargaku," ucap Kanaya datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.
"Keluarga bahagia," ucap Ken berjalan untuk duduk kembali.
"Kami memang bahagia, tapi itu dulu," ucap Kanaya tiba+tiba raut wajahnya berubah sedih.
"Kamu kenapa?" tanya Ken saat melihat perubahan wajah Kanaya.
"Ah tidak. Silahkan diminum mumpung masih hangat," ucap Kanaya kembali tersenyum.
"Terimakasih."
Ken mengambil gelas teh dan menyeruputnya.
"Auw ...," teriak Ken kepanasan.
"Masih panas asal sosor sih," ledek Kanaya.
"Kamu bilang hangat."
"Maaf."
Ken kembali meletakkan gelasnya.
"Kenapa kamu tidak tinggal bersama mereka?"
"Tidak. Mereka tidak ingin aku ikut dengan mereka."
"Kenapa?"
"Tidak apa+apa. Ngomong-ngomong kamu juga tinggal sendiri, kenapa?"
"Oh, itu. Aku memang tidak punya keluarga lagi," jawab Ken asal.
"Oh."
Ken dan Kanaya berbincang hingga sore hari.
Ken merasa senang punya tetangga yang ramah dan cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
chonurv
semangat
2021-01-05
0
Fitri Damayanti
jangan2 keluarga kanaya yg di bunuh
2020-12-03
1
Tika
cepet banget akrab nya 😁
2020-09-29
2