Hari pertama

Keesokan harinya.

Erlangga sudah bersiap-siap pergi ke kantor. Ia mengenakan kemeja jas dan dasi yang sudah disiapkan oleh Bundanya.

"Pilihan Bunda memang keren."

Erlangga merapikan rambutnya. Ia pun segera keluar kamar. Dan meminta pendapat Omanya soal penampilannya.

"MasyaAllah cah bagus. Sudah rapi kok."

"Ini Bunda yang nyiapin, Oma."

"Bundamu itu memang the best ya. Ndak salah dulu kamu ngotot pingin ngelamar Bundamu untuk Padamu yang tipe robot Jepang itu."

"Ehem... siapa yang Mama bicarakan?" Bariton Pras terdengar agak berat.

Oma Widia dan Erlangga hanya bisa mengulum senyum. Karena sebenarnya mereka tahu kalau Pras mendengar ucapan mereka. Winda berjalan menyusul suaminya, membawakan tas kerjanya.

Lagi-lagi Erlangga meminta pendapat Bundanya soal penampilannya. Ia ingin melihat reaksi Papanya.

"Bunda, apa dasiku miring?"

"Coba Bunda lihat."

Bunda Winda mengeceknya.

"Sudah rapi, Bang." Ucapnya, seraya menepuk bahu putranya.

"Honey, coba lihat ini kerahku rapi tidak?"

Bunda Winda menoleh kepada suaminya tanpa menyentuhnya.

"Tidak kok, Pa. Sudah rapi ini."

"Hahaha.... Papa cuma pingin diperhatiin, Bun. Takut kalah sama Er."

"Dasar, awas kamu ya!"

Papa Pras menjawab telinga Erlangga.

"Aw aw... ampun Pa. Maafin Er."

"Pa... ya ampun, sama anak sendiri iri. Sudah sana berangkat. Sudah jam 9 ini."

"Ya sudah, Papa berangkat dulu."

Pras mengecup kening istrinya, Bunda Winda pun mencium punggung tangan suaminya. Erlangga pamit kepada Oma dan Bundanya. Kaki ini ia hanya mengecup kening Omanya, karena Bunda sedang ada pawangnya. Winda mengantarkan suami dan putranya ke depan.

"Do'ain lancar ya, Bun."

"Pasti, Bang."

Erlangga dan Papanya masuk ke dalam mobil. Kali ini Erlangga yang mengemudi mobil. Bunda, Winda melambaikan tangannya kepada mereka.

Di perjalanan, Erlangga banyak ngobrol dengan Papanya. Mereka membahas proyek dan saham perusahaan serta kendala yang dialami perusahaan mereka saat ini. Tidak terasa mereka sudah sampai di depan kantor.

Kabar kedatangan CEO baru yang merupakan putra dari pemilik perusahaan santer terdengar sejak beberapa hari yang lalu. Papa Pras sudah memerintahkan Pak Ruben untuk mengumpulkan mereka di aula. Karena hari ini ia akan memperkenalkan CEO yang baru. Sebelumnya CEO nya adalah Arjuna, adiknya. Sekarang Arjuna sudah memimpin perusahaan milik mertuanya.

Staf karyawan sudah berkumpul di aula. Mereka menunggu kedatangan pimpinannya.

"Harap tenang, Pak Pras akan memasuki ruangan." Ujar, Pak Ruben.

Desas desus pun terdengar saat Erlangga memasuki ruangan tersebut. Terutama dari para wanita. Tak sedikit dari mereka yang memuji ketampanan Erlangga serta senyumnya yang ramah.

"Tolong perhatiannya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. "

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

"Langsung saja. Perkenalkan ini Erlangga, putra saya. Dia yang akan menggantikan Pak Juna di perusahaan ini sebagai CEO. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengannya."

Erlangga menangkup kan kedua tangannya di depan dada kepada mereka.

"Baik Pak."

"Cukup sekian, kalian bisa kembali ke tempat masing-masing. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

Erlangga dan Papanya meninggalkan aula dan naik ke atas menuju ruangannya. Ruangan mereka bersebelahan. Erlangga mulai sibuk menata meja kerjanya. Ia tersenyum saat melihat foto kecilnya terpajang di dalam ruangan tersebut.

"Pasti Bunda yang naruh. Keren juga ya kecilku. " Monolognya.

Erlangga pun membaca berkas-berkas yang harus ia pelajari. Sebelumnya, di Jerman Erlangga tidak hanya kuliah tapi juga magang di perusahaan Aldi sebagai arsitek. Jadi, ia sudah punya tabungan sendiri. Uang yang dikirim orang tuanya pun ia simpan.

Saat sedang mencocokkan data, Tiba-tiba telpon kantor berdering.

"Hallo... "

"Er, setelah shalat Dhuhur ikut Papa ke luar."

"Ke mana, Pa?"

"Bertemu klien. Kamu harus mulai action dan kenal banyak orang."

"Iya, Pa."

Erlangga membuka jam tangan dan jasnya, lalu menekuk kemejanya sampai siku. Kemudian ia keluar dari ruangannya dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu'.

Banyak mata yang diam-diam memperhatikannya. Terutama para staf perempuan. Ada tiga karyawan perempuan yang sedang membicarakannya.

"Ya Allah... Pak Erlangga ganteng banget ya."

"Hus, jangan keras-keras!"

"Lihat itu, sepertinya dia mau shalat. Udah ganteng, sholeh, kaya.... "

"Jangan berharap mendapatkannya!"

"Haha... bermimpi kan boleh, siapa tahu jadi nyata."

Erlangga pun pergi ke Musholla kantor. Ia shalat Dhuhur. Ternyata Papanya juga baru saja akan shalat dan menjadi imam. Selesai shalat, Erlangga dan Papa Pras berjalan bersama kembali ke ruangannya.

"10 menit lagi kita berangkat, Er. Sekalian makan siang."

"Oke, Pa."

Erlangga memakai jam tangannya kembali lalu merapikan pakaiannya dan memakai jasnya.

Akhirnya mereka pun berangkat ke salah satu restoran ternama di Surabaya. Perjalanan agak sedikit macet, sehingga mereka agak telat sampai di restoran.

Sesampainya di restoran, Erlangga memarkirkan mobil. Kemudian, mereka turun dan masuk ke dalam. Mereka langsung menuju ruang VIP. Di sana sudah ada beberapa orang. Dan yang Erlangga kaget, salah satu dari mereka adalah perempuan yang kemarin berpapasan dengannya di toko kue. Erlangga membuka kacamata hitamnya.

"Maaf Pak Dion dan yang lain, kami telat. Tadi sedikit macet."

"Tidak masalah Pak Pras. Cuma telat 10 menit."

Pras memperkenalkan Erlangga kepada mereka. Erlangga menjabat tangan merea. Kecuali kepada perempuan tadi ia hanya tersenyum dan menangkup kan kedua tangannya.

"MasyaAllah, Er tersenyum kepadaku." Batinnya.

Mereka mulai membahas rencana kerja sama. Mereka akan membangun sebuah pabrik bahan tekstil. Erlangga mendengarkan pembahasan mereka dan sekali-kali nimbrung.Qonita pun demikian. Erlangga tidak sadar jika dari tadi ada yang memperhatikannya.

Setelah beberapa menit kemudian, pembahasan mereka pun selesai. Makanan yang mereka pesan datang. Mereka makan sambil ngobrol santai.

"Erlangga ini punya banyak potensi lho, Pak Pras." Puji Pak Dion.

"Ya, dia memang selalu mau belajar hal baru."

Perlu diketahui bahwa Pak Dion merupakan Paman Qonita. Papa Qonita sudah meninggal sejak ia lulus SMA. Pak Dion sudah menganggap Qonita seperti anaknya sendiri, karena ia tidak memiliki anak perempuan. Dulu Papa Qonita yang bekerja sama dengan Pras.

"Qonita, kamu harus banyak belajar kepada Erlangga."

"Iya, Om."

"Erlangga, Qonita ini masih mau menyelesaikan S1 nya. Sekarang dia sedang melakukan penelitian untuk skripsinya. Boleh lah kamu bantu dia."

"Dengan senang hati, Om." Jawab Erlangga, enteng. Karena memang sebaik itu Erlangga.

Tentu saja hal tersebut membuat Qonita senang dan menaruh harapan yang selama ini ia pendam.

"Pak Pras selain tampan, putramu ini sangat humble rupanya."

"Jangan dipuji terus, Pak Dion. Dia ini gampang terlena haha... "

Erlangga hanya menyunggingkan senyum menanggapi ucapan sang Papa.

Pov Qonita:

Aku akan semakin dekat dengannya. Apa ini jawaban dari do'aku? Bahkan selama ini aku selalu menjaga hati untuknya. Belajar agama untuk bisa menyeimbanginya.

Bersambung...

...****************...

Maaf belum bisa maksimal kak, karena author ada tugas negara 😂

Terpopuler

Comments

Nur rochman

Nur rochman

Selamat abang Erlangga dah jadi CEO, Semoga jadi pemimpin yg amanah dan perusahaan yg dipimpinnya makin berkembang.
Qonita kalau mau berubah yg baik niatnya juga harus baik, jangan sampai nanti apa yg diimpikan tdk sesuai harapan, maka belajar agamanya karena bang Er nanti akan disalahkan /Hunger//Drowsy/

2024-12-01

1

betriz mom

betriz mom

mudah mudahan cerita ini walau tokoh utama cerita nya dari keluarga Pras bkn dari sebelah garus keturunan opa Harris mudah mudahan akan berjodoh juga dengan keturunan opa Harris dan Oma Raisya 🙏🏻😍😘

2024-12-01

1

Jenong Nong

Jenong Nong

lah Qonita sayang belajar agama itu bukan semata2 utk mengimbangi manusia lain tpi utk diri pribadi supaya mnjadi lebih baik bgtu sayang...... 😁😁❤❤🙏🙏

2024-12-01

1

lihat semua
Episodes
1 Kembalinya Erlangga
2 Hari pertama
3 Pulang kampung
4 Kebaikan Erlangga
5 Masakan Erlangga
6 Sepeda kayuh
7 Kembali ke Surabaya
8 Asisten pribadi
9 Anak Bunda
10 Rifka Zakiyah Abraham
11 Konspirasi
12 Masalah Hati
13 Jepit rambut
14 Pandangan Mata
15 Cinta dalam hati
16 Tidak dapat tidur
17 Pertemuan keluarga
18 Curhatan Mami Fatin
19 Pengakuan Erlangga
20 Opa Sakit
21 Tugas Erlangga
22 Kena prank
23 Mimpi apa semalam
24 Ujian kecil
25 Menggoda istri
26 Demam
27 Kunjungan istri
28 Obat dosis rendah
29 Pengajian
30 Negeri dongeng
31 Suite room
32 Pagi yang syahdu
33 Keluarga besar
34 Makan malam romantis
35 Pulang ke rumah
36 Suami idaman
37 Tamu tak diundang
38 Berbohong demi kebaikan
39 Buka puasa
40 Rumah Opa
41 Perkara lipstik
42 Menghadapi pebinor
43 Bulan madu yang tertunda
44 Pulang ke rumah nenek
45 Diratukan suami
46 Pulang dari rumah sakit
47 Membawa nenek ke Surabaya
48 Perkembangan
49 Kado spesial
50 Ngidam
51 Ingin timun Jepang
52 Ahmad
53 Pengakuan Rifki
54 Lamaran
55 Menggoda Rifki
56 Pernikahan trending topik
57 Menggoda istri
58 Resepsi pernikahan R&A
59 Maaf sudah menyakitimu
60 Ularnya gigit
61 Keluarga Aira
62 Pulang ke Jakarta
63 Menginap di rumah Mami
64 Suka dan duka
65 Dunia seakan runtuh
66 Lahirnya si kembar
67 Kabar bahagia
68 Aqiqah
69 Honeymoon yang tertunda
70 Kembali ke rumah
71 Satu tahun kemudian
72 Novel baru
73 Happy Ending
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Kembalinya Erlangga
2
Hari pertama
3
Pulang kampung
4
Kebaikan Erlangga
5
Masakan Erlangga
6
Sepeda kayuh
7
Kembali ke Surabaya
8
Asisten pribadi
9
Anak Bunda
10
Rifka Zakiyah Abraham
11
Konspirasi
12
Masalah Hati
13
Jepit rambut
14
Pandangan Mata
15
Cinta dalam hati
16
Tidak dapat tidur
17
Pertemuan keluarga
18
Curhatan Mami Fatin
19
Pengakuan Erlangga
20
Opa Sakit
21
Tugas Erlangga
22
Kena prank
23
Mimpi apa semalam
24
Ujian kecil
25
Menggoda istri
26
Demam
27
Kunjungan istri
28
Obat dosis rendah
29
Pengajian
30
Negeri dongeng
31
Suite room
32
Pagi yang syahdu
33
Keluarga besar
34
Makan malam romantis
35
Pulang ke rumah
36
Suami idaman
37
Tamu tak diundang
38
Berbohong demi kebaikan
39
Buka puasa
40
Rumah Opa
41
Perkara lipstik
42
Menghadapi pebinor
43
Bulan madu yang tertunda
44
Pulang ke rumah nenek
45
Diratukan suami
46
Pulang dari rumah sakit
47
Membawa nenek ke Surabaya
48
Perkembangan
49
Kado spesial
50
Ngidam
51
Ingin timun Jepang
52
Ahmad
53
Pengakuan Rifki
54
Lamaran
55
Menggoda Rifki
56
Pernikahan trending topik
57
Menggoda istri
58
Resepsi pernikahan R&A
59
Maaf sudah menyakitimu
60
Ularnya gigit
61
Keluarga Aira
62
Pulang ke Jakarta
63
Menginap di rumah Mami
64
Suka dan duka
65
Dunia seakan runtuh
66
Lahirnya si kembar
67
Kabar bahagia
68
Aqiqah
69
Honeymoon yang tertunda
70
Kembali ke rumah
71
Satu tahun kemudian
72
Novel baru
73
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!