Masakan Erlangga

Keesokan harinya.

Erlangga bangun dari tidurnya. Semalam ia tidak bisa tidur karena posisi tidurnya yang tidak seperti biasanya. Ia baru bisa tidur jam 2 dini hari. Saat ini sudah jam 4.30. Erlangga bangun dan merenggangkan otot-ototnya. Terutama lehernya yang pegal. Setelah itu, ia pergi ke kamar musholla untuk shalat Shubuh.

Selesai shalat, Erlangga menikmati sejuknya udara pagi di parkiran. Ia berlari-lari kecil di halaman puskesmas. Dirinya tidak sadar sedang menjadi perhatian beberapa orang di ruang karyawan puskesmas. Mereka seperti melihat kesejukan saat melihat Erlangga.

"Ya ampun ganteng banget jodoh orang." Ujar salah satu perawat.

"Iya mbak, kalau tiap pagi lihat beginian kita pasti semangat kerjanya ya mbk."Sahut yang lainnya.

Pagi-pagi sudah ada yang menjajakan gorengan dan masuk ke area puskesmas. Penjual gorengan sudah berumur. Kalau dikira-kita usianya hampir sama dengan Nenek Erlangga. Erlangga tidak tega melihatnya.

"Gorengan leh... "

"Berapaan, Mbah?"

"Seribuan leh, murah."

"Coba sini Mbah, saya lihat dulu."

Erlangga membantu si mbah untuk menurunkan dagangannya dari kepala si mbah.

"Apa saja ini, Mbah?"

"Bala-bala sama pisang goreng."

"Mbah, kalau dibeli semua berapa?"

"Kamu ndak bercanda leh?"

"Ndak, Mbah. Salya mau beli semuanya."

"Ya Allah... alhamdulillah. Mbah hitung dulu ya."

Si mbah menghitung banyaknya dagangan yang dibawa.

"Semuanya 50 ribu, leh."

"Ya Allah hanya untuk uang 50 ribu si mbah harus berkeliling, itu pun kalau laku semua."

"Mbak kalau bikin gini untungnya berapa?"

"Ya paling 10 ribu leh. Tapi kalau pisangnya punya sendiri untungnya lebih banyak."

Erlangga membantu si mbah membungkus dagangannya. Tiba-tiba dia orang perawat datang ingin membeli.

"Habis, nduk. Diborong sama si toleh ini."

"Ini saya bagi untuk kalian. Saya tidak mungkin menghabiskan sendiri."

"Jangan, Mas." Tolaknya dengan malu-malu.

"Nggak pa-pa. Niatnya juga mau saya bagikan ke yang lain kok."

Erlangga memberikan dia kantong gorengan untuk mereka.

"Kalau begitu, Terima kasih mas."

"Iya, sama-sama."

Senyum Erlangga membuat mereka berdua lupa kalau sedang ada pasien yang baru saja masuk UGD. Mereka pun cepat-cepat masuk.

"Mbah, ini uangnya." Erlangga memberikan selembar yang ratusan ribu.

"Leh, mbah ndak bawa kembalian. "

"Untuk Mbah saja semua."

Lagi-lagi Mbah berterima kasih kepada Erlangga. Karena selain memborong dagangannya, si Mbah juga dapat uang kembalian.

Erlangga membawa masuk sisa gorengan. Ia memberikan dia kantong gorengan kepada keluarga pasien yang berada di kamar sebelah. Sisa satu kantong ia bawa ke dalam kamar. Lalu ia memakannya selagi masih hangat.

"Er, makan apa?"

"Nenek sudah bangun?"

"Iya, Er."

"Ini tadi Er beli gorengan. Enak, masih anget. Nenek mau?"

"Mau."

Erlangga membantu neneknya duduk. Dan menyuapi pisang goreng untuknya. Setelah selesai menyuapi Neneknya, kebetulan Aira datang. Aira memberikan kunci rumah nenek kepada Erlangga. Erlangga pun menitipkan Neneknya kepada Aira karena ia akan pulang sebentar.

Erlangga melakukan mobilnya ke rumah Nenek. Ia sangat senang bisa sampai di rumah itu kembali. Erlangga turun dari mobil. Ada seseorang yang memanggilnya.

"Erlangga.... "

Erlangga menoleh. Yang memanggilnya adalah seorang laki-laki menggendong anak kecil.

"Kak Iwan... "

"Tambah sip aja kamu, Er.... "

Mereka berjabat tangan ala anak muda.

"Kak Iwan ini anakmu?"

"Iya, ini anak yang kedua."

"Kak, Terima kasih sudah membawa Nenek ke puskesmas. Aku tidak tahu kalau sampai nenek telat dibawa."

"Jangan terlalu dipikirkan. Mbah Fatimah sudah aku anggap seperti mbahku sendiri."

"Kak, aku mau masuk dulu. Belum mandi soalnya. Nanti kita sambung lagi "

"Owalah iya, aku juga mau mandi ini. Mau berangkat kerja. Nanti kalau ada waktu ya."

"Iya kak. "

Iwan pun kembali ke rumahnya. Sedangkan Erlangga membuka pintu rumah lalu masuk ke dalam. Matanya langsung tertuju pada foto almarhumah Mamanya yang terpajang di ruang tamu. Erlangga tersenyum getir melihatnya.

"Er sudah memaafkan Mama. Er berharap Allah mengampuni segala dosa Mama. Walau bagaimana pun Mama tetap ada di hati Er." Lirihnya.

Erlangga masuk ke kamarnya. Ia mengambil handuk dari dalam tasnya lalu pergi ke kamar mandi. Selesai mandi, Erlangga menyempatkan diri untuk shalat Dhuha. Setelah itu ia memakai celana pendek dan kais oblong agar lebih nyaman dalam berkegiatan hari ini. Erlangga pergi ke dapur untuk melihat sisa bahan pokok di dapur. Beras masih banyak. Ada telur dan juga mie instan. Erlangga membuka kulkas. Di dalam kulkas masih ada tahu dan tempe.

Erlangga pun berinisiatif untuk masak nasi menggunakan magic com. Sambil menunggu nasib matang, Erlangga memotong tempe dan tahu dengan ukuran kotak kecil lalu di girangnya. Setelah itu ua mengiris bawang untuk bumbu oseng tempe dan tahu. Ia bukan hanya pintar dalam bekerja, tapi ia juga mahir memasak. Meskipun masakannya cukup sederhana.

30 menit kemudian, semuanya sudah selesai. Erlangga menyiapkan nasi dan lauk ke dalam rantang. Lalu ia masukkan ke mobil, dan segera kembali ke puskesmas.

Tidak sampai lima menit ia sudah sampai di puskesmas. Tanpa gengsi, Erlangga menenteng rantang ke dalam. Ia tak perduli meski menjadi bahan perhatian orang.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Maaf, Er aga lama. Tadi masih masak. Lihat ini Er masak untuk kita, Nek."

Erlangga dengan bangga menunjukkan rantang yang dibawanya. Bu Fatimah dan Aira tersenyum melihatnya.

"Memangnya kamu masak apa, Er?"

"Nih ada orek tahu tempe, ada telur mata sapi. Sama ini ada sayur bayam."

"Mas Er jago masak juga ya." Puji Aira.

"Iya dong. Ayo kita makan dulu."

"Nenek sudah bisa menggerakkan tangan. Nenek mau makan sendiri, Er."

"Oke Nenekku sayang. Wah pasien ku ternyata cepat sekali ya pulihnya." Canda Erlangga.

Erlangga kembali ke mobil untuk mengambil tikar yang ia bawa dari rumah Neneknya agar ia bisa duduk enak di bawah.Ia menggelar tikar tersebut di bawah samping brangkar.

"Aira, ayo makan. "

"Ndak usah, Mas. Nanti Aira makan di rumah saja."

"Ayo makan saja. Apa perlu aku yang ambilkan?"

"Eh tidak usah, Mas. Ia Aira ambil sendiri."

"Nah begitu dong."

"Jangan memberiku perhatian seperti itu, Mas. Itu hanya akan membuatku berharap lebih. Meski sebenarnya itu biasa buatmu." Batin Aira.

Erlangga tidak tahu bahwa alasan Aira tidak makan bersama dengannya agar ia tidak terlalu banyak berharap. Karena Aira takut semakin ia dekat dengan Erlangga akan semakin sulit untuk mengubur rasa yang terpendam.

"Gimana masakan Er, Nek?"

"Enak.. jago juga kamu."

"Bunda yang ngajari biar Er tidak jajan terus di Jerman. Hehe... "

"MasyaAllah Bundamu itu memang panutan."

"Aira, ayo tambah lagi. "

"Iya mas. "

Bu Fatimah tersenyum melihat Erlangga dan Aira.

"Kalian itu cocok. Seandainya jodohmu Aira, Nenek pasti senang. Kamu pasti bakal sering sama Nenek, Er. Tapi Nenek hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu, kalau pun itu bukan Aira." Batinnya.

Bersambung....

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur rochman

Nur rochman

Masyaalloh si ganteng bang Er nan sholeh, dah baik hati pintar masak pula, wah ini sih paket komplit 😁😁
Suka banget sama Aira meskipun suka sama bang Er, dia tidak mempermalukan dirinya sendiri, tetap santun dan memendam rasa.
Tidak ada yg tidak mungkin Aira, cobalah tiap sepertiga malam ,mohon pada pemilik hati yg sesungguhnya, semoga apa yg kamu panjatkan dikabulkan.
apalagi bang Er menginginkan jodoh wanita yg sholeh dan bersahaja seperti bunda winda 😊

2024-12-03

1

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

punya anak kaua er pasti seneng banget..tp lihat jg yg didik ibu kaya winda yg luar biasa..nek fatimah doain aja jodohy er tr di kasih yg trbaik..coba tanya ke othory😁😁

2024-12-08

1

Sri Rahayu

Sri Rahayu

Erlangga memang 👍👍👍...uda ganteng, saleh, baik hati, tajir, pinter masak pula...wah pasti happy nanti yg berjodoh dgn Er 🤩🤩🤩...ditunggu lanjutan nya Thorr 😘😘😘

2024-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 Kembalinya Erlangga
2 Hari pertama
3 Pulang kampung
4 Kebaikan Erlangga
5 Masakan Erlangga
6 Sepeda kayuh
7 Kembali ke Surabaya
8 Asisten pribadi
9 Anak Bunda
10 Rifka Zakiyah Abraham
11 Konspirasi
12 Masalah Hati
13 Jepit rambut
14 Pandangan Mata
15 Cinta dalam hati
16 Tidak dapat tidur
17 Pertemuan keluarga
18 Curhatan Mami Fatin
19 Pengakuan Erlangga
20 Opa Sakit
21 Tugas Erlangga
22 Kena prank
23 Mimpi apa semalam
24 Ujian kecil
25 Menggoda istri
26 Demam
27 Kunjungan istri
28 Obat dosis rendah
29 Pengajian
30 Negeri dongeng
31 Suite room
32 Pagi yang syahdu
33 Keluarga besar
34 Makan malam romantis
35 Pulang ke rumah
36 Suami idaman
37 Tamu tak diundang
38 Berbohong demi kebaikan
39 Buka puasa
40 Rumah Opa
41 Perkara lipstik
42 Menghadapi pebinor
43 Bulan madu yang tertunda
44 Pulang ke rumah nenek
45 Diratukan suami
46 Pulang dari rumah sakit
47 Membawa nenek ke Surabaya
48 Perkembangan
49 Kado spesial
50 Ngidam
51 Ingin timun Jepang
52 Ahmad
53 Pengakuan Rifki
54 Lamaran
55 Menggoda Rifki
56 Pernikahan trending topik
57 Menggoda istri
58 Resepsi pernikahan R&A
59 Maaf sudah menyakitimu
60 Ularnya gigit
61 Keluarga Aira
62 Pulang ke Jakarta
63 Menginap di rumah Mami
64 Suka dan duka
65 Dunia seakan runtuh
66 Lahirnya si kembar
67 Kabar bahagia
68 Aqiqah
69 Honeymoon yang tertunda
70 Kembali ke rumah
71 Satu tahun kemudian
72 Novel baru
73 Happy Ending
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Kembalinya Erlangga
2
Hari pertama
3
Pulang kampung
4
Kebaikan Erlangga
5
Masakan Erlangga
6
Sepeda kayuh
7
Kembali ke Surabaya
8
Asisten pribadi
9
Anak Bunda
10
Rifka Zakiyah Abraham
11
Konspirasi
12
Masalah Hati
13
Jepit rambut
14
Pandangan Mata
15
Cinta dalam hati
16
Tidak dapat tidur
17
Pertemuan keluarga
18
Curhatan Mami Fatin
19
Pengakuan Erlangga
20
Opa Sakit
21
Tugas Erlangga
22
Kena prank
23
Mimpi apa semalam
24
Ujian kecil
25
Menggoda istri
26
Demam
27
Kunjungan istri
28
Obat dosis rendah
29
Pengajian
30
Negeri dongeng
31
Suite room
32
Pagi yang syahdu
33
Keluarga besar
34
Makan malam romantis
35
Pulang ke rumah
36
Suami idaman
37
Tamu tak diundang
38
Berbohong demi kebaikan
39
Buka puasa
40
Rumah Opa
41
Perkara lipstik
42
Menghadapi pebinor
43
Bulan madu yang tertunda
44
Pulang ke rumah nenek
45
Diratukan suami
46
Pulang dari rumah sakit
47
Membawa nenek ke Surabaya
48
Perkembangan
49
Kado spesial
50
Ngidam
51
Ingin timun Jepang
52
Ahmad
53
Pengakuan Rifki
54
Lamaran
55
Menggoda Rifki
56
Pernikahan trending topik
57
Menggoda istri
58
Resepsi pernikahan R&A
59
Maaf sudah menyakitimu
60
Ularnya gigit
61
Keluarga Aira
62
Pulang ke Jakarta
63
Menginap di rumah Mami
64
Suka dan duka
65
Dunia seakan runtuh
66
Lahirnya si kembar
67
Kabar bahagia
68
Aqiqah
69
Honeymoon yang tertunda
70
Kembali ke rumah
71
Satu tahun kemudian
72
Novel baru
73
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!