Regina? Regina? Regina?
"Jangannnn... Please Reg jangan sakiti dia, dia gak tau apa-apa."
"Please... Lepasin dia Reg, kalo lo mau sakitin gue aja"
"No....!"
"No....!"
"No....!"
"KEPALA SUNA DI BUAT PUTUS OLEH REGINA DAN JATUH TEPAT DI BAWAH KAKI KU."
"HUUAAAAAAAAAAAAAA..."
Lalu aku terbangun, dengan nafas terengah-engah. Aku coba mengatur nafas dan mencoba untuk sadar, aku mencari ponsel ku dan melihat notifikasi.
Aku bangun dari tempat tidur perlahan dan mendatangi dapur dan meminum segelas air putih.
Gleegg... Gleegg... Gleegg...
•••
Sambil berfikir mimpi apa ya aku barusan, kenapa sangat menyeramkan, dan kenapa Regina melakukan itu?
Ada apa dengan regina? Apa dia terlibat semua ini? Huft... Semoga saja itu hanya mimpi dan bukan pertanda apa-apa.
Oke hari ini hari Sabtu, dan tumben jam segini aku sudah terbangun.
Saat ini tepat pukul 09:00 WIB pagi, aku duduk di balkon, dengan di temani secangkir kopi dan rokok, sambil menatap ke langit.
Pagi ini sangat cerah, apakah selama nya akan cerah seperti ini?
Entahlah...
Aku coba buka-buka instagram, check instastory orang-orang yang ku kenal, dan aku melihat Regina update instastory.
Aku langsung membuka nya, hanya layar hitam saj, biasa nya jika seperti ini pasti ada backsound lagu atau semacam nya.
Ku perbesar volume suara, tapi tidak terdengar apa pun. Aneh ada apa dengan regina, update 12 menit yang lalu, ini serius? Kenapa momen nya tepat sekali dengan mimpi ku barusan.
Ohh no... Ini gila, ini udah gila, pasti semua hanya kebetulan saja.
Pasti hanya kebetulan...
Pasti hanya kebetulan...
Pasti hanya kebetulan...
Pasti hanya kebetulan...
"Diriku mondar-mandir panik."
Kringgggg... Kringgggg...
Nomer tidak di kenal, siapa lagi nih yang pagi-pagi menelpon ku.
"Halooo..." Aku pun menjawab telpon nya.
"Davie, lo dimana?" Terdengar suara wanita yang menjawab.
"Riska?" Tanya ku.
"Iyaaa... Lo kenapa?" Riska pun bertanya balik pada ku.
"Ohh gak apa-apa Ris," Jawab ku singkat.
"Lo dimana Dav, gue udah sampe bandara nih," Ujar Riska.
"What? Bandara? Udah sampe?" Jawab ku dengan nada bingung dan sedikit panik.
"Jangan bilang lo masih di apart!" Seru Riska dengan nada yang sedikit tegas.
"Enggg... Iya gue masih di rumah Ris" Jawab ku jujur.
"Ishhh... Parah banget kan, gue kan udah bilang perjalanan 14 jam dan lo ga boleh telat!" Ucap Riska marah-marah.
"Soo so sorry Ris, baru bangun gue" Jawab ku dengan nada yang sedikit gagap.
"Yaudah jemput sekarang!" Seru Riska.
"Madi dulu..." Ucap ku
"GAK USAH... Cepet kesini, berapa jam perjalanan?" Tanya Riska tegas
"WHAT? Wah ini gak lucu Ris sumpah" Jawab ku, "ini hari sabtu, ke bandara paling lama 40 menit lewat jalan tol."
"Oke 40 menit gue tunggu, jangan sampe ngaret!" Ujar Riska yang kemudian mematikan telfon nya.
Tuuuutttt... Tuuuuttttt...
"Hallooo Riss... Halooo...."
"Wah ga waras nih cewek se enak nya aja, untung aja lo cantik Ris!" Ujar ku dalam hati.
***
"Haloo... Lo dimana? Gue udah sampai nih."
"Ohh yaudah lo keluar apa gue yang ke sana?"
"Ohh oke gue tunggu, jangan lama!" Aku mematikan telpon dan menunggu Riska.
Tak lama kemudian.
Itu Riska, tepat dugaan ku bahwa dia cantik.
Tapi dari Belanda ke sini cuma bawa koper kecil dan tas jinjing, orang cantik-cantik tapi tingkah nya aneh.
"Hai Dav, maaf ya ngerepotin," Ucap Riska yang baru saja menghampiri ku.
"Udah tau ngerepotin bukan nya naik taksi aja Ris," Jawab ku bercanda.
"Ihhh kok gitu?" Sahut Riska dengan nada manja.
"Bercanda kok," Balas ku.
"Yaudah gue naik taksi aja kalo lo ga ikhlas!" Ucap Riska yang terlihat memaling kan wajah nya.
"Dihh, ngapain gue kesini kalau lo mau naik taksi Ris," Jawab ku.
"Yaaa biar lo tau rasa aja!" Sahut Riska.
"Wahhh ga bagus tuh, punya sifat pendendam kaya gitu," Jawab ku sambil tersenyum.
"Biarin aja!" Jawab nya acuh.
"Bay the way, lo tinggi juga ya. Pegal ngobrol diri sama lo, gue nya dangak gini," Ucap ku yang mengalihkan perhatian nya.
"Yaudah besok-besok bawa tangga, kalau mao ngobrol sama gue," Ledek Riska sambil tertawa.
***
Di arah pulang dari bandara Riska minta mampir dulu ke tempat makan, dia bilang makan apa saja yang penting bisa membuat nya kenyang.
Akhirnya kita mampir ke tempat makan di suatu rest area.
Seorang petugas restoran menghampiri dan memberikan list menu, dan ya bisa di bilang harga nya di atas rata-rata, mungkin karena ini di rest area, jadi PPN nya mahal atau entah lah.
Dan jika di lihat menu nya pun biasa saja, hanya makanan-makanan biasa yang bisa di bilang makanan tradisional.
Riska mulai melihat ke menu dan nampak sekali wajah bingung nya.
Entah bingung dengan menu nya atau dengan harga nya, tapi kalau untuk harga seharus nya seorang Riska tidak ada masalah, Riska menatap ku lalu bertanya "Lo pesen apa Dav?"
"Hmmmm... Lo aja yang pesen duluan Ris!" Jawab ku.
"Mba menu favorit di sini apa?" Riska pun bertanya pada pelayan restoran.
"Yang favorit di kami ini ada Ayam goreng sambal dewa, kemudian yang paling laris itu bebek goreng khas madura," Jawab pelayan restoran sambil menunjuk ke gambar menu itu.
"Ini sambal ayam nya di pisah atau di jadikan satu mba?" Tanya Riska bingung.
"Bisa di pisah, bisa juga di gabung kok kak," Jawab pelayan restoran.
"Ohh kalau gitu boleh deh satu ayam nya, sambal nya di pisah aja ya mba!" Ujar Riska.
"Kenapa, lidah lo udah ga biasa makan makanan pedas ya Ris?" Sahut ku sambil tertawa.
"Iya udah jarang makan makanan pedas di sana Dav," Jawab Riska.
"Cupu banget deh lo," Ledek ku sambil tertawa.
"Mas nya mau pesan apa?" Tanya pelayan restoran itu.
"Hmmm samain aja mba, tapi sambal nya di gabungin aja ya, sambal ini ada level nya atau enggak mba?" Tanya ku.
"Tidak ada level nya mas, sudah ada takaran nya dan juga bumbu yang pas dari koki kami," Jawab pelayan restoran.
"Mas dan mba nya mau minum apa?" Tanya pelayan restoran itu.
"Saya es teh manis aja mba, tapi jangan manis-manis ya," Ucap ku.
"Kalau saya es jeruk ya mba, saya pesan dua" Sahut riska.
"Haus neng, memang di pesawat ga ada air?" Ledek ku sambil tertawa.
"Bisa berhenti ngeledek gue gak Dav" Jawab nya kesal.
"Oke oke." Sahut ku sambil tersenyum.
***
Sambil menunggu pesanan, kami berdua ngobrol panjang lebar dan aku penasaran tentang kehidupan dia di belanda, kemudian mahasiswa nya seperti apa? Apakah ada titip absen juga di sana?
Hahaha... Whatever!
Kami belum beerbicara tentang Suna sedikit pun dari awal kita bertemu.
Entah dia lupa atau bagaimana, yang pasti aku tidak ingin membahas topik itu dulu, biar dia saja nanti yang bertanya.
Setelah 15 menit menunggu akhirnya pesanan kami datang, dan aku baru saja menyalakan rokok, aku kira masih lama pesanan nya datang makanya aku bakar sebatang rokok.
Pelayan mulai merapihkan makanan nya, dan terlihat Riska sudah tidak sabar.
"Makan dulu Dav, matiin dulu rokok nya!" Ujar Riska tegas.
"Tunggu Ris tanggung, makan duluan aja gak apa-apa," Jawab ku sambil menghisap rokok.
"Ihh lagian kita kan kesini mau makan, bukan buat ngerokok, coba lihat itu di asbak sudah habis 3 batang dan di tangan lo masih menyala 1, total jadi 4 batang, hanya dalam waktu beberapa menit!" Riska pun mengomel tanpa rasa ragu.
"Kita kesini mau makan kan, bukan buat marah-marahin gue?" Jawab ku sambil mematikan rokok.
"Lo itu kalau di kasih tau ngeyel yaa!" Jawab Riska sewot.
Akhirnya kita makan, dan terlihat Riska hanya mencoba sedikit sambal nya kemudian minum nya banyak, lalu tidak menyentuh lagi sambal nya, mungkin menurut nya itu terlalu pedas.
"Ini sambal nya ga di makan Ris?" Tanyaku sambil mengunyah.
"Enggak Dav, gak suka!" Jawab nya yang sedang fokus makan.
"Yaudah buat gue ya" Tanyaku sambil mengambil sambal tersebut.
Riska menganggukan kepala nya sambil tetap fokus dengan makanan nya.
Riska nampak seperti manusia yang belum makan delapan hari, fokus dan selara makan nya luar biasa.
Aku tersenyum saja dia tidak melihat, saking fokus nya menikmati makanan nya, padahal masakan nya biasa saja tidak terlalu enak menurut ku.
Akhirnya Riska yang selesai pertama, makanan ku masih banyak, dan tampak dari wajah nya masih terlihat seperti ingin makan lagi.
"Mau lagi Ris?" Tanyaku sambil mengunyah.
"Engg enggak Dav, lo makan aja!" Jawab nya sambil mengambil gelas.
"Kalau gak mau nunggu pesanan nya lagi, makan ini punya ku aja nih Ris!" Ujar ku sambil berhenti makan.
"Enggak Davie, udah kenyang kok" Jawab Riska.
***
Akhirnya aku selesai makan, dan agak sedikit kepedasan, aku mulai menyalakan rokok lagi untuk menghilangkan sedikit rasa pedas di mulut, tapi Riska melihat ku dengan sinis.
"Kok ngerokok lagi!" Ucap nya dengan nada tinggi kali ini.
"Iya satu aja Ris" Jawab ku sambil mengatur nafas.
"Terus, gue nunggu lo selesai ngerokok gitu?" Tanya nya kesal.
"Iya Ris, please banget pedas banget nih," Jawab ku sambil berakting kepedesan.
Terlihat wajah Riska yang berubah menjadi BT sambil melihat handphone nya, entah apa yang dia buka tapi ekspresinya menunjukan bahwa dia sudah bosan dan ingin pergi dari sini.
Aku masih tetap melanjutkan dan semakin asyik dengan rokok ku, sementara itu Riska semakin terlihat bosan.
Kemudian aku pun memanggil pelayan restoran untuk meminta bill nya, lalu tidak lama kemudian pelayan datang membawa bill nya.
"Total berapa Dav?" Tanya Riska.
"Ini total jadi Rp.179.000,- Ris" Jawab ku sambil merogoh kantong untuk mengambil dompet.
"Ini mbak, ambil aja kembalian nya ya mbak," Tiba-tiba Riska membayar nya.
"Loh kok, yaudah nanti gue kasih ke lo aja ya bayaran yang tadi gue makan," Ucap ku yang kaget dan berhenti merogoh kantong.
"Apan sih, gak usah Dav, hitung-hitung upah karena udah jemput gue," Jawab nya sambil tersenyum.
"Lo kira gua supir taksi online apa?" Sahut ku bercanda, dan Riska pun tersenyum.
Kemudian kami mulai meninggalkan restoran dan melanjutkan perjalanan. Kemudian di dalam mobil Riska minta antar ke makam nya Suna, aku kira antar dia pulang dulu kemudian baru pergi ke makam nya Suna.
Akhirnya aku membawa nya ke tempat makam Suna, jalan nya agak sedikit macet setelah keluar dari tol, dan matahari juga sudah mulai terik, tak terbayang jika tadi ku jemput naik motor.
Di dalam mobil Riska jarang berbicara, sesekali dia hanya bernyanyi pelan mengikuti iringan lagu yang ku putar.
***
Akhirnya kita sampai ke TPU tempat Suna di makam kan, di sini aku teringat waktu aku mengantar Suna ke makam.
Waktu itu banyak yang mengantar nya ke sini, aku masih ingat sekali.
Aku jalan perlahan, melewati makam-makam disana, dan terlihat Riska sangat berhati-hati untuk melangkah dan matanya hanya memandang ke bawah.
Kadang aku berfikir, harus nya aku yang di makam kan bukan Suna, tapi semua itu sudah terjadi.
"Ini Ris, ini makan nya Suna" Ucap ku sambil menunjukan makam nya.
Kemudian Riska mulai menunduk, dan menghampiri ke makam nya.
Dia mengelus batu nisan nya kemudian aku melihat air mata nya mulai berjatuhan kemudian terdengar suara tersedak-sedak.
Tapi ada yang aneh, makam ini masih basah dan sudah banyak taburan bunga yang masih segar, apa barusan ada yang kesini sebelum ku? Tapi siapa? Apakah keluarga nya Suna? Atau kerabat nya?
Ini aneh...
Cliiiingggg...
Suara notif handphone ku.
Ahh ada satu SMS, aku mulai membuka pesan itu dan lagi-lagi pesan yang aneh itu masuk lagi.
"WANITA MU KINI MENUNGGU HARI KEBANGKITAN NYA!"
Kali ini cukup singkat pesan nya dan entah apa maksud dari pesan itu, aku pun mengabaikan nya.
Kemudian Riska terbangun dan meminta segera antar dia pulang, aku pun menurutinya dan bergegas kembali ke mobil untuk mengantar nya pulang.
Sepanjang perjalanan, air matanya tak berhenti menetes.
"Aku tau apa yang kau rasakan Ris, malah aku lebih dulu yang terpukul atas kejadian ini. Sampai sekarang aku masih merasakan sakitnya di tinggal"
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Flora
like mendarat penuh semangat
dikaryamu yang hebat
lanjut ya
salam dari yuppy
"Diikuti makhluk ghaib"
2020-12-17
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-13
0
Indraqilasyamil
saat kepalanya putus ku pikir betulan terjadi .. sempet serem sama regina
2020-09-27
0