5. Di luar job desk.

Olivia dan Baim sibuk memindahkan makanan dan cemilan yang akan mereka hidangkan ke ruangan Presiden Suit. Saat menyajikan pasta, tidak sengaja salah satu chef menumpahkan saus dan mengenai kemeja dan rok yang Olivia kenakan.

"Awww! Panas!" pekik Olivia, sambil mengibaskan tangannya untuk membersihkan saus pasta yang tumpah ke bagian depan tubuhnya.

"Sorry, Liv. Gue nggak sengaja. Gue bantu bersihin ya!" pinta Lukman, chef yang bertugas membuat aneka saus dan ia juga yang tidak sengaja menjatuhkan saus hingga mengenai Olivia.

Olivia memundurkan langkahnya ketika Lukman ingin membantu mengelap bagian depan tubuhnya.

"Gak usah, Bang. Gue bisa sendiri. Gak apa-apa kok. Santai aja," tolak Olivia dengan halus.

Olivia menuju ruang ganti karyawan yang bersebelahan dengan ruang khusus LC.

"Sombong banget sih temennya Pak Bas. Terlalu selektif milih pe cun! LC aja yang terpilih cuma satu. Itu pun tugasnya cuma ngelist lagu."

Salah satu wanita berpakaian mini melempar baju yang habis ia kenakan dengan asal sambil menggerutu kesal. Olivia yakin wanita itu bukan LC karena jika LC ia pasti mengenal wanita itu.

Olivia mencuri dengar obrolan para LC dan wanita yang tampak asing bagi Olivia malam ini.

"Ganteng sih, tapi seleranya kampungan! Masa, LC aja dia pilih yang baru masuk hari ini. Gue pikir perusahaan doang yang doyannya sama fresh graduate, ternyata bosnya juga suka sama. Suka sama yang fresh graduate tanpa pengalaman!" Tawa seorang LC yang Olivia kenal bernama Dina.

"Apanya yang fresh graduate. Orang dia udah turun mesin. Dia jadi LC buat beli susu anaknya," ucap perempuan di sebelah wanita yang habis menggerutu tadi.

"Serius lo, San?" tanya Dina tidak percaya. "Emang ke mana suaminya?"

Wanita sexy bernama Susan yang kini hanya memakai pakaian dalam menjawab, "Mana gue tau, lo pikir gue Bu RT." Susah tertawa terbahak-bahak. Sepertinya mabok, pikir Olivia.

"Hemm... Kak! Bajunya masih dipakai, gak?" tanya Olivia sambil menunjuk baju yang Susan lemparkan ke sudut ruangan.

"Enggak! Buat lo aja kalau lo mau. Gratis!" jawab Susan sambil memungutnya kembali dan memberikannya pada Olivia.

"Terima kasih Kak!"

"Buat apa, Liv?" tanya Dina menatap Olivia yang kini sudah melepas kemejanya dan menggantinya dengan baju crop top berbahan satin dengan hot pants yang memiliki renda di ujungnya dan sedikit kelonggaran di tubuh Olivia.

"Baju seragam gue ketumpahan saus di kitchen, Kak Din."

Dina hanya mengangguk dan melanjutkan mengobrol dengan teman-temannya.

"O-iya... lo mau ke ruangan Presiden Suit buat anter makanan, 'kan? Kasih ini buat si anak baru biar dia gak mab ok." Dina memberikan sebuah pil entah apa namanya. Tapi Olivia sering melihat rekan-rekan LC-nya sering meminum itu sebelum mereka kontes. Katanya biar gak hangover setelah minum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Suara dentuman elektro dance music menggema di ruangan yang mampu menampung 30 orang lebih.

Namun ruangan itu hanya diisi 3 lelaki durjana dan 1 LC yang sedari tadi menunduk sambil menekan remote memilih lagu yang dipinta para tamu.

"Lama banget skywi nya dikeluarin!" ucap Adam sedikit berteriak.

Pratama menatap layar televisi "Minum juso aja dulu!"

"Lo pikir gue bocah SMA minumnya juso! Gue udah mau jadi bapak-bapak, ya! Gak level minuman manis yang cuma bikin tenggorokan gue radang!"

"Gue nawarin lo juso bukan es teh cekek, jadi gak bakal bikin lo radang. Lagian kalau lo udah mau jadi bapak-bapak seharusnya lo di rumah kelonan sama bini lo!" ucap Pratama yang sudah masuk ke dalam mode setengah mabuk makanya mulutnya lancar bernyanyi.

Lain hal dengan Bastian, ia tampak acuh dengan obrolan absurd dari teman-temannya.

Dirinya lebih memilih menatap tajam LC yang sedari tadi menjauhkan tubuhnya dari Bastian dan teman-temannya.

"Jadi ini profesi lo?" tanya Bastian dengan nada yang cukup kencang agar wanita itu mendengarnya.

"...." Wanita itu diam saja, enggan menjawab.

Bastian kesal, marah, kecewa, dan rindu pada wanita yang berada di hadapannya ini.

Wanita yang menghilang begitu saja selama satu setengah tahun lamanya. Wanita yang membuat hidup Bastian di ambang kehancuran.

Bastian mendekatkan tubuhnya pada LC itu dan menarik dagu wanita itu. Meskipun dalam pencahayaan yang minim, Bastian dapat melihat wajahnya yang sudah di banjiri air mata.

"Gue belum pake elo, tapi lo udah nangis. Gimana kalau lo nangis di bawah pusar gue aja?" ucap Bastian dengan senyum sialannya.

"...." Lagi-lagi wanita itu hanya diam dan membalas dengan air mata yang jatuh di kedua matanya.

"Jangan nangis terus, jal ang! Say something to me. Why? Why? Why? KENAPA LO KEJAM SAMA GUE, JAL ANG!" teriak Bastian tepat di depan wajah perempuan berprofesi LC bernama Asti.

Mendengar teriakan Bastian yang sangat kencang, membuat Adam yang masih sadar 100% menghampiri temannya itu. Sedangkan Pratama, ia tampak tidak peduli dengan apa yang Bastian lakukan saat ini.

"Kalau nggak mau jangan dipaksa, kita adain kontes lagi aja. Lagi pula LC di sini cuma 1 yang lo pilih. Bubble gum aja gak ada yang lo pilih. Gimana? Gue panggil Mami Merry lagi, mau?" Adam membujuk Bastian yang ia lihat lelaki itu sedang menahan amarahnya.

"ENGGAK! Gue nggak akan ngadain kontes lagi. Gue juga gak perlu pec un lagi! Karena gue cuma mau dia malam ini, Dam. Gue bakal bikin dia gak bisa beranjak dari kasur kalau perlu gue bakal bikin dia mengandung anak gue!" ucap Bastian mengancam.

"Lo mabok ya, Bas? Inget Bas, dia LC bukan Bubble gum. Lo gak buta warna, kan?" ucap Adam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali duduk ke sofanya.

Tak lama, pintu Room terbuka. Sebuah tray yang berisi aneka minuman yang sudah di pesan ketiga lelaki durjana itu mendarat satu persatu dan disajikan oleh Rangga selaku Bartender yang bertugas di Rainbow KTV.

Saat Rangga menunjukan atraksi membuat cocktail, dari arah pintu muncul sepasang manusia membawa tray yang berisi makanan.

Sama seperti Rangga, Baim dan Olivia meletakan satu persatu snack dan makanan pokok di meja yang sudah di sediakan.

Baru saja Rangga, Baim dan Olivia ingin beranjak dari ruangan super mewah itu, Pratama mengintruksikan mereka untuk berhenti.

"Kalian yang cowok boleh keluar, lo... ladies! Temani kita malam ini! Lo bubble gum, kan?" perintah Pratama.

Olivia membalikan tubuhnya dan menatap laki-laki yang tadi meminta dirinya untuk berhenti.

Jika Bastian mampu melihat dalam kegelapan, berbeda dengan Olivia. Ia tidak bisa melihat dengan jelas laki-laki yang memanggilnya.

Rangga dan Baim mendekati Olivia dan menarik lengan gadis itu.

"Mohon maaf, Tuan. Rekan saya job desknya resepsionis. Bukan pemandu lagu apalagi--"

"Gue gak peduli. Kita bosnya di sini! Cepat bawa dia kemari. Atau lo mau gue tarik paksa?" Pratama gemas ingin menarik tubuh wanita berpakaian kurang bahan berwarna merah itu.

"Bukannya kalau KSP di sini berbaju merah? Tadi Mami Merry mengatakan itu," sambung Adam.

Rangga dan Baim saling melirik satu sama lain lalu tidak lama kemudian mereka melangkah mundur untuk keluar dari ruangan.

Sepeninggalan teman-temannya, Olivia mendadak mual dan pusing. Ia memilih berdiri di samping Pratama.

"Ngapain lo berdiri? Mau ngelamar jadi bodyguard gue lo?" bentak Pratama sambil menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya.

Adam merasa jika musik sudah tidak lagi menggema di ruangan itu, membuat dirinya kesal dengan sang LC.

"Woy! Bisa kerja gak sih lo? Kenapa musiknya abis. Lo mau gue angkut ke Room lain buat digoyang?" ucap Adam yang sudah setengah drunk sambil melempar beberapa potong kentang goreng ke arah Asti sang LC

Bastian menatap Adam dengan tatapan tajam. "Jaga bicara lo, Dam! Mau gue bu nuh lo?"

Bastian melemparkan remote berbentuk qwerty joy full ke arah Adam dan langsung mendapat tatapan kesal oleh Adam.

"Yang LC di sini itu dia, Bas. Kenapa jadi gue yang nge-list lagu?" bentak Adam.

"Biar saya yang bantu list lagunya, Pak!" usul Olivia meraih remote qwerty dari meja depan Adam.

Pratama segera menarik lengan Olivia dan mendaratkan gadis itu di sampingnya, menguncinya dengan lengan kekar yang membelit di pinggang Olivia.

Deru nafas mereka saling beradu, Olivia merasa BPM jantungnya berdetak lebih kencang dari pada BPM electro dance music yang saat ini sedang menggema di ruangan Presiden Suit itu.

Pratama sibuk menghirup aroma yang keluar dari tubuh Olivia lain hal dengan Olivia yang gelisah karena ini bukan job desk nya dan dia tidak pernah mau dengan job desk ini.

"Bella... Bella... I Miss you," gumam Pratama sambil menciumi ceruk leher Olivia.

'Bella? Siapa Bella? Apa dia menyangka, gue orang lain?' batin Olivia.

TOK!

TOK!

TOK!

Mami Merry masuk bersama dua bodyguardnya, di belakang wanita itu ada dua perempuan yang berpakaian kurang bahan mengikuti langkah Mami Merry.

Ternyata Bastian yang memesan satu LC dan satu bubble gum lagi untuk kedua temannya agar mereka tidak mengganggu dirinya.

BRAK!

Pintu terbuka dengan kencang. Berdiri seorang pria dengan wajah khas Timur Tengah menatap mereka semua dengan wajah marah.

...(⁠ノ⁠T⁠_⁠T⁠)⁠ノ⁠ ⁠^To be continue ⁠◡⁠ノ⁠(⁠°⁠ ⁠-⁠°⁠ノ⁠)...

...Apakah dia akan menyelamatkan Olivia? Atau orang itu akan ikut menyulitkan Olivia? Kita tunggu kejutan dari author 🤣🫰🏻 visual menyusul jika pembaca di sini ramai...

...Like, kembang kopinya. jangan lupa 🌟 5 supaya cerita ini gak ngambang tanpa kejelasan 🫰🏻...

Terpopuler

Comments

Katty miaw

Katty miaw

like di semua chapter untuk mengapresiasi mu thor

2025-02-23

0

Aksara_Dee

Aksara_Dee

es teh cekek gak tuh 🤣🤣

2025-03-28

0

Aksara_Dee

Aksara_Dee

hahahah ...

2025-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!