Maylea Si Gadis Masa Depan
Ridho orang tua terletak pada ayah dan ibu. Ciumlah punggung tangan mereka untuk meminta Ridho dunia. Lalu ciumlah bagian dalam tangan mereka untuk meminta ridho akhirat.
✨Selamat Membaca✨
"Oh, ya ampun! Hampir kesiangan!" pekik seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Tak butuh waktu lama bagi gadis tersebut untuk bersolek di depan cermin. Riasan yang natural pun sudah cukup untuk dirinya. Gadis tersebut langsung bergegas membereskan barang-barang yang akan dibawa olehnya. Ia melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan perlahan. Tujuannya kali ini adalah pergi menuju dapur, tempat ibunya berada sekarang.
"Bu, May berangkat ke kantor dulu," pamit sang gadis seraya mencium punggung tangan ibunya.
"Hati-hati sayang. Jangan ngebut bawa mobilnya ya? Selalu utamkan keselamatan. Kamu anak ibu satu-satunya," ucap sang ibu sembari mengelus pipi anaknya.
"May tahu bu. May akan hati-hati nanti." Gadis itu balas mengelus tangan ibunya yang masih menepel di pipinya.
Merasa dirinya akan terlambat, gadis yang memanggil dirinya 'May' tadi menoleh kesana kemari, mencari seseorang.
"Ayah pergi olahraga..." ujar sang Ibu seolah tahu siapa yang dicari oleh anaknya itu.
May ber'oh ria seraya dibarengi dengan mengangguk pelan.
"Kalau begitu May berangkat bu, Assalamualaikum!" ucap si gadis yang kemudian menciup kembali tangan sang ibu yang kini ditambahi dengan ciuman di pipi juga.
"Hati-hati di jalan Nak!"
***
Maylea, 'sekuat bunga yang tertiup angin', itulah arti dari nama yang disandangnya. Kedua orang tuanya berharap, dengan memberikan nama tersebut, Maylea akan menjadi gadis yang kuat untuk menghadapi segalanya.
Gadis yang penuh kasih, penuh hormat, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, imut, dan juga anggun. Ya, itulah Maylea. Tidak ada yang dapat menyaingi keanggunan gadis yang satu ini.
Tidak hanya keanggunan yang dimiliki oleh gadis ini, kalian akan mengenalnya lebih dari 'anggun' ketika sudah mengenalnya lebih jauh.
🍃🥀🍃🥀
Di Kantor
Tok tok tok
"Masuk~" ujar Maylea mempersilakan sang pengetuk pintu.
Seorang gadis dengan rambut panjang muncul dari balik pintu. Wajahnya yang imut terkesan seolah masih menyandang status 'anak sekolah'. Padahal nyatanya, usianya tak berbeda jauh dengan Maylea.
"Permisi bu, ada berkas yang membutuhkan tanda tangan ibu segera," ujar Feyra dengan hati-hati.
"Semendesak itukah?" Maylea mengalihkan pandangan ke arah sekretarisnya berada.
"Iya bu, berkas untuk meeting sore ini dengan klien kita ternyata belum sempat ibu tanda tangani," jelas Feyra dengan hati-hati.
"Astaga!" Maylea memukul keningnya dengan pulpen yang sedang dipegangnya.
"Saya hampir lupa dengan itu," selorohnya sambil tertawa kecil.
"Baiklah! Saya akan menandatanganinya setelah mengeceknya ulang," ujar Maylea sembari memberikan isyarat dengan mengetuk bagian meja yang kosong.
Tanpa banyak bicara, Feyra mengikuti apa yang diperintahkan atasannya itu. Ia menaruh berkas yang di bawanya di atas meja milik sang bos.
Maylea kembali sibuk membolak-balikkan kertas yang masih berada di salah satu tangannya. Saat menaruh berkas ke tempat yang diperintahkan oleh Maylea, punggung tangan Feyra tak sengaja bersentuhan dengan punggung tangan Maylea. Menyadari apa yang terjadi, Feyra dengan sigap langsung menarik kembali tangannya. Perasaan cemas tiba-tiba saja datang menyelimuti dirinya.
"Sekretaris Fey~"
Deg!
Panggilan dengan nada penuh penekanan. Mendengar namanya disebut seperti itu cukup membuat Feyra langsung sedikit membungkukkan tubuhnya.
'Astaga...Bahaya bahaya bahaya!' batin Feyra gusar.
Keringat dingin perlahan mulai bermunculan di dahi Feyra. Entah apa yang ditakutkannya saat ini.
"Ma–maaf bu, saya tak sengaja!" ucap Feyra gugup.
Feyra memainkan jari jemarinya, kepalanya masih pada posisi menatap sepasang sepatu yang dikenakannya. Ia hanya bisa harap-harap cemas jika Maylea tidak akan mempermasalahkan kejadian tadi.
Maylea mengernyitkan keningnya, heran. Lea mengalihkan pandangannya pada Feyra saat mendengar permintaan maaf meluncur dari bibir gadis itu. Ada apa dengan sekretarisnya itu? Tiba-tiba minta maaf dan bersikap seperti orang yang ketahuan melakukan dosa besar saja.
Ah! Maylea baru menyadarinya, jika mereka berdua tadi telah bersentuhan secara tak sengaja. Mungkinkah ini penyebab Feyra bersikap demikian?
Pasalnya Maylea kerap kali mendengar desas-desus tentang dirinya dari para karyawan. Mereka mengatakan bahwa atasan mereka (Maylea) tak pernah mau bersentuhan (melakukan kontak fisik) dengan siapa pun. Jika tidak sengaja bersentuhan, segeralah minta maaf, atau tamatlah riwayatmu! Kira-kira seperti itulah yang didengarnya. Bukankah itu berlebihan?
'Sepertinya sekretaris Fey sudah salah paham,' batin Maylea. Ia menghela napas berat saat mengingat desas-desus tersebut. Entah siapa pencipta dari desas desus tak berdasar itu.
Maylea menatap Feyra cukup lama. Feyra sendiri masih menundukkan kepalanya. Bola matanya kadang bergerak kesana kemari. Sesekali ia juga mengigit kecil bibir bawahnya.
"Hey, apakah kau melakukan kesalahan sekretaris Fey??" tanya Maylea dengan senyum jahil terlukis di wajahnya.
"Sa–saya..."
Feyra bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan atasannya itu. Ia takut salah ucap, dan malah memperparah keadaan. Akhirnya, ia malah berakhir memilin-milin ujung bajunya.
"Posisi siap, sekretaris Fey!" perintah Maylea tiba-tiba.
Entah kenapa, mendengar hal tersebut langsung membuat Feyra menegapkan tubuhnya. Kepalanya masih menunduk seperti sebelumnya. Itu terlihat kaku, kalau tidak percaya coba praktikkan sendiri.
"Hey hey hey! Sejak kapan posisi siap, badan tegap, tapi kepala masih menunduk?" cibir Maylea.
"Apa kau tak pernah ikut pramuka sekretaris Fey? Ataukah ada sesuatu di wajahku? Sampai kau tak mau melihat ke arahku?" sindir Maylea terang-terangan.
Jelas-jelas Feyra tak akan mendapatkan apa-apa jika memandang lantai. Namun dia malah dengan senang hati memandanginya.
"Ti–tidak bu," jawab Feyra cepat tapi sedikit tergagap.
"Tidak apa? Hmm?" goda Maylea.
"I–itu..."
"Posisi siap!" kini Maylea mengulangi perintahnya, lebih tegas.
Feyra pun menegakkan kepalanya dan mencoba menatap Maylea dengan ragu-ragu. Saat tatapannya tertuju tepat pada wajah atasannya itu, Feyra terkejut. Bukan wajah kesal yang ia jumpai, ternyata Maylea malah tersenyum. Ini jelas tak sesuai dengan ekspetasi yang dibayangkan olehnya.
'Ooohhh! Bidadari yang turun dari surga!' batin Feyra dalam hati.
"Sekretaris Fey, saya ingin memberikan nasihat untukmu," ucapan Maylea pelan.
Deg!
'A–apa ini? Mu–mungkinkah perihal kontak fisik yang tak sengaja tadi? Oh Tuhan!!! Tamatlah riwayatku... Apakah senyuman itu hanya sebagai pengalihan? Dan, dan sekarang beliau akan memberikanku hukuman?'
Feyra mulai cemas kembali. Tak terasa, bulir-bulir keringat dingin mulai menyeruak keluar dari pori kulitnya yang putih mulus itu. Tangannya yang memang sudah mengepal secara tidak sadar bertambah lebih erat.
'Sekretaris Fey sepertinya salah paham lagi,' batin Maylea gemas saat melihat perilaku Feyra.
Maylea menghela napas berat. Ia berjalan ke arah Feyra dan berhenti tepat di belakang gadis itu.
"Sekretaris Fey, pakailah pakaian yang berwarna manis nanti malam, saya yakin dia akan menyukainya," bisik Maylea tepat di telinga Feyra.
Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan, Maylea kembali duduk di kursi kebesarannya. Sedangkan Feyra, ia merasa tidak menduga akan mendengar perkataan seperti itu dari Maylea. Feyra mengira dirinya akan mendapatkan omelan yang panjang dan tak mengenakkan, tapi nyatanya tidak.
Memang! Selama ini Feyra tak pernah melihat Maylea itu mempermasalahkan masalah karyawan yang secara tak sengaja melakukan kontak fisik dengannya. Hanya saja, acapkali atasannya sering mengingatkan agar tak melakukan kontak fisik dengannya, bagaimanapun.
"Baiklah, jika tak ada keperluan lagi kau boleh keluar. Aku akan menyelesaikan berkas-berkas ini," ucap Maylea yang kembali serius dengan berkasnya.
Feyra terkesiap, rupanya Feyra tadi sempat melamun sejenak. Mungkin saja Feyra tengah mencerna kejadian yang baru saja dialaminya itu.
"K—kalau begitu saya permisi bu."
Feyra berlalu pergi meninggalkan ruangan Maylea. Begitupun kegelisahannya yang ikut berlalu itu. Namun, kini Feyra malah dibingungkan dengan apa yang diucapkan oleh Maylea.
"Pakaian berwarna manis? Apa maksud Bu Maylea ya??" gumam Feyra bingung. Tanpa disadari, Feyra sudah menaruh jari telunjuk dan ibu jarinya ke dagu.
***
Ding...
Ding...
Ding...
"Sudah waktunya makan siang(?)" ujar Maylea sembari melirik jam kuno yang berada di sudut ruangannya.
Maylea merapihkan berkas yang sudah ditandatanganinya terlebih dahulu sebelum keluar. Saat di depan pintu ruangannya, Maylea sengaja melirik ke tempat sekretarisnya itu. Rupanya ia masih terpaku menatap layar komputer yang ada di depannya.
"Ekheemm!"
Feyra langsung berdiri begitu sadar mendengar suara dekheman.
"Iya bu, apa ibu butuh sesuatu?" tanya Feyra spontan.
"Tidak!" Maylea mengibas-ngibaskan tangannya.
"Ini sudah jam makan siang, istirahatlah," lanjut Maylea sembari melirik jam dinding.
"Ah, iya... baik bu!" Feyra sedikit menundukkan kepalanya.
Maylea melenggang pergi meninggalkan Feyra yang masih menunduk. Ia berjalan melewati koridor menuju lift umum.
"Huufftt...Aku sempat terkejut!" ujar Feyra lega setelah melihat sosok Maylea sudah tak nampak di mata.
*
*
*
✨Bersambung✨
Jangan lupa untuk dukung author terus ya 🤗
Terima kasih 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
MA¹²queen
hai kak aku ma¹² mampir kenovel, jangan lupa mampir juga kenovel ku ya kak,, sukses selalu🤗🤗🥰
2022-07-07
2
KIA Qirana
MAYLEA ⭐⭐⭐⭐⭐
2021-09-16
0
Dhina ♑
mengulang dukungan
2021-08-15
0