NovelToon NovelToon

Maylea Si Gadis Masa Depan

#01 MAYLEA

Ridho orang tua terletak pada ayah dan ibu. Ciumlah punggung tangan mereka untuk meminta Ridho dunia. Lalu ciumlah bagian dalam tangan mereka untuk meminta ridho akhirat.

✨Selamat Membaca✨

"Oh, ya ampun! Hampir kesiangan!" pekik seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Sang gadis segera berlari kecil menuju ruang ganti. Setelahnya, ia segera mendudukkan dirinya di hadapan meja rias. Tak butuh waktu lama bagi gadis tersebut untuk bersolek di depan cermin. Riasan tipis pun sudah cukup untuk dirinya.

Gadis tersebut bergegas membereskan barang-barang yang akan dibawa olehnya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan perlahan. Tujuannya adalah pergi menuju dapur, tempat ibunya berada sekarang.

"Bu, May berangkat ke kantor dulu," pamit sang gadis seraya mencium punggung tangan ibunya.

"Tidak sarapan dulu?" tanya sang ibu yang masih sibuk berkencan dengan spatula.

"Tidak bu, May sudah kesiangan..."

Sang ibu menghela napas seraya menggelengkan kepalanya.

'Kelakuan anak gadis satu-satunya... Jika tidak dibangunkan ya bangun kesiangan.'

"Ya sudah, hati-hati ya sayang. Bawa mobilnya pelan-pelan saja ya? " ucap sang ibu sembari mengelus pipi anaknya.

"May tahu bu. May akan hati-hati nanti."

Gadis itu balas mengelus tangan ibunya yang masih menepel di pipinya.

Merasa dirinya akan terlambat, gadis yang memanggil dirinya 'May' tadi menoleh kesana kemari, mencari seseorang.

"Ayah pergi olahraga..." ujar sang Ibu seolah tahu siapa yang dicari oleh anaknya itu.

May ber'oh ria sembri mengangguk-nganggukkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu May berangkat dulu bu," ucap si gadis yang kemudian menciup kembali tangan sang ibu yang kini ditambahi dengan ciuman di pipi juga.

"Hati-hati di jalan Nak!"

...*****...

Maylea, 'sekuat bunga yang tertiup angin', itulah arti dari nama yang disandangnya. Kedua orang tuanya berharap, dengan memberikan nama tersebut, Maylea akan menjadi gadis yang kuat untuk menghadapi segalanya.

Gadis yang penuh kasih, penuh hormat, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, imut, dan juga anggun. Ya, itulah Maylea. Tidak ada yang dapat menyaingi keanggunan gadis yang satu ini.

Tidak hanya keanggunan yang dimiliki oleh gadis ini, kalian akan mengenalnya lebih dari 'anggun' ketika sudah mengenalnya lebih jauh.

...🍃🥀🍃🥀...

Di Kantor

Tok tok tok

"Masuk~" ujar Maylea mempersilakan sang pengetuk pintu.

Seorang gadis dengan rambut panjang muncul dari balik pintu. Wajahnya yang imut terkesan seolah masih menyandang status 'anak sekolah'. Padahal nyatanya, usianya tak berbeda jauh dengan Maylea.

"Permisi bu, ada berkas yang membutuhkan tanda tangan ibu segera," ujar Feyra dengan hati-hati.

"Semendesak itukah?" Maylea mengalihkan pandangan ke arah sekretarisnya berada.

"Iya bu, berkas untuk meeting sore ini dengan klien kita ternyata belum sempat ibu tanda tangani," jelas Feyra dengan hati-hati.

"Astaga!" Maylea memukul keningnya dengan pena yang sedang dipegangnya.

"Saya hampir lupa dengan itu," selorohnya sambil tertawa kecil.

"Baiklah! Saya akan menandatanganinya setelah mengeceknya ulang," ujar Maylea sembari memberikan isyarat dengan mengetuk bagian meja yang kosong.

Tanpa banyak bicara, Feyra mengikuti apa yang diperintahkan atasannya itu. Ia menaruh berkas yang dibawanya ke atas meja milik sang atasan.

Maylea kembali sibuk membolak-balikkan kertas yang masih berada di salah satu tangannya.

Saat menaruh berkas ke tempat yang diperintahkan oleh Maylea, punggung tangan Feyra tak sengaja bersentuhan dengan punggung tangan Maylea.

Feyra dengan sigap langsung menarik kembali tangannya begitu menyadari apa yang terjadi. Ia langsung mundur beberapa langkah. Perasaan cemas tiba-tiba saja datang menyelimuti dirinya.

"Sekretaris Fey~"

Deg!

Mungkin itu hanya terkesan seperti panggilan biasa. Namun bagi Feyra, panggilan yang dilayangkan oleh atasannya saat ini cukup untuk dijadikan sinyal pertanda bahaya.

'Astaga...Bahaya bahaya bahaya!' batin Feyra gusar.

"Ma–maaf bu, saya tak sengaja!" ucap Feyra gugup.

Feyra memainkan jari jemarinya, kepalanya masih pada posisi menatap sepasang sepatu yang dikenakannya. Ia hanya bisa harap-harap cemas jika Maylea akan mempermasalahkan kejadian tadi.

Maylea mengernyitkan keningnya, heran. Ia mengalihkan pandangannya pada Feyra saat mendengar permintaan maaf meluncur dari bibir gadis itu.

Ada apa dengan sekretarisnya itu? Tiba-tiba minta maaf dan bersikap seperti orang yang ketahuan melakukan dosa besar saja.

Ah!

Maylea baru menyadarinya, jika mereka berdua tadi telah bersentuhan secara tak sengaja. Mungkinkah ini penyebab Feyra bersikap demikian?

Pasalnya Maylea kerap kali mendengar desas-desus tentang dirinya dari para karyawan. Mereka mengatakan bahwa atasan mereka (Maylea) tak pernah mau bersentuhan (melakukan kontak fisik) dengan siapa pun.

Jika tidak sengaja bersentuhan, segeralah minta maaf, atau tamatlah riwayatmu!

Kira-kira seperti itulah desas desus yang Maylea dengar di kalangan karyawannya mengenai dirinya. Bukankah itu berlebihan?

'Sepertinya sekretaris Fey sudah salah paham,' batin Maylea.

Maylea menghela napas berat saat mengingat desas-desus tersebut. Entah siapa pencipta dari desas desus tak berdasar itu.

Maylea menatap Feyra cukup lama. Feyra sendiri masih menundukkan kepalanya. Bola matanya kadang bergerak kesana kemari. Sesekali ia juga mengigit kecil bibir bawahnya.

"Hey, apakah kau melakukan suatu kesalahan sekretaris Fey??" tanya Maylea dengan senyum jahil terlukis di wajahnya.

"Sa–saya..."

Feyra bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan atasannya itu. Ia takut salah ucap dan malah memperparah keadaan. Akhirnya, ia malah berakhir memilin-milin ujung bajunya.

"Posisi siap, sekretaris Fey!" perintah Maylea tiba-tiba.

Refleks Feyra menegapkan tubuhnya, tapi epalanya masih menunduk seperti sebelumnya. Itu terlihat kaku, kalau tidak percaya coba praktikkan sendiri.

"Hey hey hey! Sejak kapan posisi siap, badan tegap, tapi kepala masih menunduk?" cibir Maylea.

"Apa kau tak pernah ikut pramuka sekretaris Fey? Ataukah ada sesuatu di wajahku? Sampai kau tak mau melihat ke arahku?" sindir Maylea terang-terangan.

Jelas-jelas Feyra tak akan mendapatkan apa-apa jika memandang lantai. Namun dia malah dengan senang hati memandanginya.

"Ti–tidak bu," jawab Feyra cepat tapi sedikit tergagap.

"Tidak apa? Hmm?" goda Maylea.

"I–itu..."

"Posisi siap!" kini Maylea mengulangi perintahnya, lebih tegas.

Feyra pun menegakkan kepalanya dan mencoba menatap Maylea dengan ragu-ragu. Saat tatapannya tertuju tepat pada wajah atasannya itu, Feyra terkejut. Bukan wajah kesal yang ia jumpai, ternyata Maylea malah tersenyum. Ini jelas tak sesuai dengan ekspetasi yang dibayangkan olehnya.

'Ooohhh! Bidadari yang turun dari surga!' batin Feyra dalam hati.

"Sekretaris Fey, saya ingin memberikan nasihat untukmu, dan saya harap kamu akan melakukannya!"

Deg!

'A–apa ini? Mu–mungkinkah... perihal kontak fisik yang tak sengaja tadi? Oh Tuhan!!! Tamatlah riwayatku... Apakah senyuman itu hanya sebagai pengalihan? Dan, dan sekarang beliau akan memberikanku hukuman?'

Feyra mulai cemas kembali. Tak terasa, bulir-bulir keringat dingin mulai menyeruak keluar dari pori kulitnya yang putih mulus itu. Tangannya yang memang sudah mengepal secara tidak sadar bertambah lebih erat.

'Sekretaris Fey sepertinya salah paham lagi,' batin Maylea gemas saat melihat perilaku Feyra.

Maylea menghela napas berat. Ia berjalan menghampiri sekretarisnya dan berhenti tepat di belakang gadis itu.

"Sekretaris Fey, pakailah pakaian yang berwarna manis nanti malam, saya yakin dia akan menyukainya," bisik Maylea tepat di telinga Feyra.

Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan, Maylea kembali duduk di kursi kebesarannya. Sedangkan Feyra, ia merasa tidak menduga akan mendengar perkataan seperti itu dari Maylea.

Feyra mengira dirinya akan mendapatkan omelan yang panjang dan tak mengenakkan, tapi nyatanya tidak.

Memang, selama ini Feyra tak pernah melihat Maylea mempermasalahkan masalah karyawan yang secara tak sengaja melakukan kontak fisik dengannya. Hanya saja, acapkali Maylea selalu mengingatkan agar selalu menjaga jarak aman dengannya.

"Baiklah, jika tidak ada keperluan lagi kau boleh keluar. Aku akan menyelesaikan berkas-berkas ini," ucap Maylea yang kembali serius dengan berkasnya.

Feyra terkesiap, rupanya Feyra tadi sempat melamun sejenak. Mungkin saja Feyra tengah mencerna kejadian yang baru saja dialaminya itu.

"K—kalau begitu saya permisi bu."

Feyra berlalu pergi meninggalkan ruangan Maylea. Begitupun kegelisahannya yang ikut berlalu itu. Namun, kini Feyra malah dibuat bingung dengan apa yang dibisikkan oleh atasannya tadi.

"Pakaian berwarna manis? Apa maksud Bu Maylea ya??" gumam Feyra bingung.

Tanpa disadari, Feyra sudah menaruh jari telunjuk dan ibu jarinya ke dagu.

...*****...

Ding...

Ding...

Ding...

"Sudah waktunya makan siang..." ujar Maylea sembari melirik jam kuno yang berada di sudut ruangannya.

Maylea merapihkan berkas yang sudah ditandatanganinya terlebih dahulu sebelum keluar. Saat di depan pintu ruangannya, Maylea sengaja melirik ke tempat sekretarisnya itu. Rupanya Feyra masih terpaku menatap layar komputer yang ada di hadapannya.

"Ekheemm!"

Feyra langsung berdiri begitu sadar mendengar suara dekheman.

"Iya bu, apa ibu butuh sesuatu?" tanya Feyra spontan.

"Tidak!" Maylea mengibas-ngibaskan tangannya.

"Ini sudah jam makan siang, istirahatlah," lanjut Maylea sembari melirik jam dinding.

"Ah, iya... baik bu!" Feyra sedikit menundukkan kepalanya.

Maylea melenggang pergi meninggalkan Feyra yang masih menunduk. Ia berjalan melewati koridor menuju lift umum.

"Huufftt...Aku sempat terkejut!" ujar Feyra lega setelah melihat sosok Maylea sudah tak nampak di mata.

*

*

*

✨Bersambung✨

Jangan lupa untuk dukung author terus ya 🤗

Terima kasih 🤗🤗

#02 Tak Semanis Senyummu

✨Selamat Membaca✨

Maylea keluar dari ruangannya. Ia berniat untuk pergi makan siang di luar karena lupa membawa bekal dari rumah. Atau lebih tepatnya, ibunya yang lupa memberikan bekal untuk Maylea.

Maylea menutup pintu ruangannya dengan pelan. Ia sengaja menoleh ke tempat sekretaris Fey. Tak disangka, rupanya sekretaris Fey masih berada di tempatnya.

"Ekhem!"

Sekretaris Fey yang mendengar deheman tersebut langsung bangkit dari duduknya.

"Apa ibu perlu sesuatu?" tanya sekretaris Fey begitu menyadari ada Maylea di sana.

"Tidak!" Maylea mengibas-ngibaskan tangannya.

Maylea melirik jam dinding yang berada di atas tempat kerja sekretarisnya.

"Ini sudah jam makan siang, istirahatlah!" p

"Aku akan makan di luar," lanjut Maylea sambil berlalu pergi.

"Baik bu, terima kasih."

...*****...

Maylea menggunakan lift pribadinya untuk turun ke lantai dasar. Ya, ini lift khusus untuknya seorang. Bukankah wajar? Tentu saja itu adalah hal yang wajar.

Bukankah ini perusahaan miliknya? Jadi, suka-suka bosnya sajalah!

Hahahahahaha 😄😄

Bukan seperti itu juga!

Namun Maylea menggunakan lift pribadi demi kenyamanan bersama. Mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa desas desus dirinya muncul di permukaan.

Ting...

Pintu lift pun terbuka, Maylea bergegas keluar dari lift dan menuju pintu keluar kantor. Para karyawan yang tengah berlalu lalang menyempatkan diri untuk menyapa Maylea, sang atasan, ketika berpapasan dengannya.

Maylea hanya mengangguk pelan dan tersenyum menanggapi sapaan mereka. Anggap saja sedang puasa bicara, biar lebih irit kata-kata. Padahal neng Maylea lagi lelah...

"Uuuhhh!! Aku ingin bersenang-senang sekali-kali..." batin Maylea dalam hati.

...🍃🥀🍃🥀...

>Di warung makan dekat kantor<

"Bi, saya pesan seperti biasa ya," ucap Maylea sopan pada wanita paruh baya yang menghampirinya.

"Siap neng!" jawab bi Narsih sambil menuju dapur setelah menerima pesanan Maylea.

Sembari menunggu makanan pesanannya datang, sesekali ia memainkan gawainya. Membuka sosial media yang jarang ditongkronginya. Setelah puas scroll atas bawah, ia memutuskan untuk menyimpan gawainya kembali.

Matanya kini sibuk memerhatikan warung yang kini sudah dipenuhi oleh pembeli.

"Hmmm...cukup ramai juga siang ini," gumam Maylea.

Setelah beberapa saat, bi Narsih pun kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi makanan yang dipesan Maylea. Ia menaruh pesanan gadis itu tepat di hadapannya.

"Terima kasih bi," ujar Maylea sembari tersenyum hangat.

"Sama-sama neng," balas bi Narsih.

Tak perlu waktu lama bagi Maylea untuk menghabiskan salah satu makanan favoritnya itu. Setelah membayar makanannya, Maylea pun kembali ke kantor.

Di depan ruangannya, Maylea melihat sekretaris Fey masih asik berkutat dengan komputernya.

"Apa dia belum beranjak sejengkal pun? Sungguh gila kerja!" Lea hanya bisa menggelengkan kepala.

Lea menghampiri sekretarisnya yang masih fokus itu. Rupanya Fey membawa bekal makan siang. Itulah sebabnya dia masih tetap menghadap layar komputernya.

"Sekretaris Fey, selesaikan makanmu terlebih dahulu, ini masih jam istirahat." jelas Lea.

Lea tiba-tiba tersenyum, mengingat apa yang dilihat dalam benaknya beberapa saat lalu. Nampak jelas, bahwa senyuman itu penuh dengan arti tersembunyi.

"Jangan lupa, nanti malam pakailah pakaian bewarna manis. Semanis senyummu(?)" goda Lea kemudian.

"Uhuk...uhuk..." sekretaris Fey tersedak mendengar godaan dari Maylea. Ia segera meraih air yang berada di hadapannya.

"Astaga...ternyata Bu Maylea bisa menggoda juga!" batin sekretaris Fey yang masih terkejut.

"Baik bu," angguk sekretaris Fey.

Maylea berlalu memasuki ruangannya sambil terkekeh dalam hati.

"Sungguh menyenangkan menggoda gadis polos!" ujar Maylea disela-sela tawanya.

...🍃🥀🍃🥀...

Meeting pun berjalan dengan lancar, kerja sama antar dua perusahaan akhirnya bisa terjalin. Ya, ini berkat kemauan dan usaha.

Sekembalinya dari mengantarkan klien, sekretaris Fey terkejut karena mendapati Maylea sedang duduk di kursi kerja miliknya.

"Sekretaris Fey, ini sudah waktunya pulang. Segeralah pulang setelah membereskan barangmu, kau tak perlu menungguku pulang!"

Setelah berkata seperti itu, Maylea pun beranjak pergi dan masuk kembali ke ruangannya.

Sekretaris Fey seharian ini dibuat bingung dengan prilaku atasannya itu. Selama sekretaris Fey bekerja untuk Maylea, dia tak pernah melihat perilaku yang seperti ini. Tapi sekarang?

"Sungguh penuh dengan misteri!"

Tak mau ambil pusing lagi, sekretaris Fey pun bersiap untuk pulang. Saat dia hendak memasukkan gawainya ke dalam tas...

Tuiiiiing....

Tuiiiiing....

Ada pesan masuk! Sekretaris Fey pun secepat kilat membuka pesan tersebut.

Fey, aku pulang~

Mari bertemu malam ini~

*Kekasihmu*

Sekretaris Fey tersenyum, ia tak menduga akan mendapat pesan seperti itu lagi. Sekretaris Fey pun bergegas melangkahkan kakinya menuju lift untuk pulang. Ia tak sabar agar malam cepat datang.

...🍃🥀🍃🥀...

"Waaahhh!! Harus pakai baju apa ya?!!" jerit Feyra kebingungan.

Pakaian bertebaran memenuhi ranjangnya. Inikah kebiasaan perempuan? Tidak! Ini hanya akan dilakukan oleh orang yang memiliki banyak pakaian.

Feyra dibuat bingung dengan pakaian-pakaiannya itu. Ada terlalu banyak pakaian yang ingin ia kenakan di hadapan kekasihnya. Sampai Feyra ingat ucapan Maylea tadi siang...

 'Pakailah pakaian berwarna manis'

"Oh benar...!!! Bu Maylea menyarankanku memakai pakaian berwarna manis," cletuk Fey sembari menatap tumpukan pakaian di atas ranjangnya.

Feyra mulai memilih dan memilah pakaian yang sekiranya cocok. Selain harus berwarna manis ia juga berharap pakaian itu akan nyaman dikenakan.

"Ah! Ketemu!!" ucap Feyra dengan girang.

Feyra pun bergegas melangkah ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Kemudian ia berdiri di depan cermin berukuran besar sambil sesekali berputar.

"Benar, warna pakaian ini sungguh manis..." ucap Feyra sumringah.

Setelah selesai sedikit merias diri, Feyra bergegas menuju cafe yang ditujukan untuk perjumpaannya. Perasaan berdebar selalu menemaninya sepanjang perjalanan.

Tepat di depan cafe, Feyra menarik napasnya perlahan, kemudian menghembuskannya secara perlahan pula.

"Huufftt...."

Begitu memasuki cafe, Feyra langsung berjalan menuju meja ujung. Rupanya disana sang pengirim pesan sudah menunggu kedatangannya.

Saat melihat sosok yang sangat dirindukannya itu, secara tidak sadar Feyra tersenyum penuh arti.

"Ekhem!" Feyra berdehem pelan.

"Ah, kau sudah datang Fey~" sahut sang pemuda berambut pirang.

Pemuda itu melihat Feyra penuh dengan keterpesonaan. Ia berdiri dan melangkah kursi lain.

"Ayo duduk..." ujar si pemuda setelah menarikkan kursi untuk Feyra.

"I–iya, maaf jika membuatmu menunggu lama Will~" balas Feyra sedikit gugup.

"Tidak, aku juga baru datang, tapi jika harus menunggu gadis semanis dirimu bukanlah hal yang sulit bagiku. Bahkan menunggu sampai berabad-abad pun aku bersedia..." ucap Willy dengan semangat.

"Berhentilah menggodaku Will~"

Feyra tersipu mendengar kata-kata Willy. Semburat merah muda kini menghiasi pipi putihnya itu. Bahkan warna blush on yang dipakainya pun kalah.

Tak mau Willy melihatnya yang merona, Feyra dengan segera memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Willy tersenyum melihat rona merah yang muncul di pipi putih Feyra. Itu terlihat menggemaskan di pipi gembulnya.

"Fey, penampilanmu hari ini begitu manis~, tapi tak bisa mengalahkan manis senyummu," puji Willy tulus.

Ia menangkup wajah Feyra, agar memandang wajahnya. Willy perlahan mengecup kening Feyra penuh kasih.

Feyra hanya memejamkan matanya. Ia tak sanggup berkata-kata lagi. Apalagi melihat wajah Willy yang jelas-jelas sangat dekat dengannya itu. Kali ini wajah Feyra benar-benar sudah penuh dengan warna merah, seperti cerry. Sungguh manis...

"Mungkin dia yang dimaksud bu Maylea adalah Willy. Terima kasih bu Maylea atas saran Anda," batin Feyra penuh syukur dalam hati.

*

*

*

✨*Bersambung**✨*

...Terima kasih yang sudah berkenan mampir 🤗🤗...

...Jangan lupa untuk memberi Like 👍🏻...

...Beri ⭐ dan vote-nya juga yah 😉...

...(Jika ada rezeki)...

...Biar author tambah semangat nulisnya......

...Terima kasih 🙏🏻...

#03 Tak Dapat Diprediksi

✨Selamat Membaca✨

Tak seperti hari-hari biasanya, pagi ini Maylea cukup lama mematut dirinya di depan cermin. Ia mengambil sepasang anting favoritnya untuk ia kenakan.

"Hmmm, oke! Sepertinya sudah cukup! Ternyata memang benar, aku itu cantik paripurna."

Hihihi...

Maylea terkekeh, merasa geli sendiri dengan sikap narsisnya itu.

"Aku sudah tidak sabar ingin melihat ekspresi Feyra pagi ini. Seharusnya hatinya sedang berbunga-bunga bukan???" ujar Maylea sambil senyam senyum sendiri.

...*****...

Sebelum berangkat ke kantor, Maylea selalu menyempatkan dirinya untuk mencium tangan Ayah dan Ibunya. Ia selalu merasa bahwa itulah salah satu cara ia bisa mencapai jalan sesukses ini di usia muda.

Maylea melajukan mobilnya menuju kantor dengan kecepatan sedang.

Jarak rumah dengan kantor tidaklah terlalu jauh, sehingga Maylea bisa sedikit lebih santai dalam berkendara.

Di basement parkiran, Maylea memarkirkan mobilnya di tempat yang disediakan khusus untuk dirinya. Itu adalah tempat terdekat dengan lift agar Maylea bisa langsung menuju ke ruangannya.

Maylea dengan santai berjalan menuju lift pribadinya sambil bersenandung. Tepat beberapa meter di depan lift, tanpa disangka dan diduga, bahu Maylea menyenggol seseorang.

Jelas-jelas tadi saat dirinya berjalan tidak ada siapa pun di sana. Lalu muncul dari mana ini orang?!

"Ah, maaf!" ujar sang lelaki yang tak sengaja menyenggol bahu Maylea.

Laki-laki tersebut dengan refleks menundukkan kepalanya.

"Iya, tak apa, permisi..." ujar Maylea berlalu meninggalkan laki-laki tersebut.

Baru beberapa langkah, Maylea menghentikan langkahnya. Ia baru sadar dengan apa yang diucapkannya barusan.

"Eh, seharusnya aku yang minta maaf kan? Kan aku yang menyenggolnya?! Tapi tunggu dulu..."

Maylea membalikkan tubuhnya, mencari sosok laki-laki tadi yang tak sengaja disenggol oleh dirinya. Raib, hilang tanpa jejak. Bagai hantu di siang bolong.

"Aneh! Masa depan laki-laki itu tak dapat aku lihat. Padahal tadi jelas-jelas tangan kami juga bersentuhan secara tak sengaja. Ini baru pertama kalinya seperti ini!" ujar Maylea dengan ekspresi bingung memenuhi wajahnya.

Sepanjang jalan kenangan...eh bukan!

Maylea masih terus memikirkan laki-laki yang tak sengaja disenggolnya tersebut. Apa jangan-jangan Maylea sudah jatuh cinta pada pandangan pertama? Bukan! Ada hal yang membuat Maylea lebih tertarik lebih dari sekedar jatuh cinta.

Ting

Lift berhenti di lantai teratas. Maylea berjalan keluar dengan senyum mengembang menghiasi wajahnya.

Di depan ruangan, Maylea melihat sekretaris kebanggaannya sudah stand by di tempat kerjanya.

"Selamat pagi bu," sapa sekretaris Fey yang menyadari kedatangan Maylea.

"Pagi juga sekretaris Fey..." balas Maylea dengan senyuman hangat.

Maylea mendorong pintu ruangannya dan langsung menuju kursi kebesarannya. Ia tak ingin langsung mengerjakan tugasnya dulu. Maylea memilih untuk bermain-main sejenak di atas kursinya untuk waktu yang ditentukan.

Tok tok tok

Pintu ruangannya diketuk, itu pasti sekretarisnya.

Maylea menghentikan permainan dokter-nya (dodok muter) itu. Ia merapihkan anak rambutnya yang sedikit berantakan akibat permainannya tadi.

"Iya, masuk!"

"Permisi bu, ada yang lupa saya sampaikan. Sebelum ibu datang, Pak Adhi datang kemari. Beliau meminta maaf karena tidak bisa menghadiri meeting siang nanti secara pribadi.

Jadi, asisten beserta sekretarisnya yang akan mewakilinya," jelas sekretaris Fey dengan panjang tapi tak pakai lebar dan tinggi.

"Pak Adhi??"

Maylea berpikir sejenak mengingat sang empunya nama.

"Aaahhh! Pak Adhi dari grup Zeefral itu?" tanya Maylea memastikan.

"Betul, bu!" jawab sekretaris Fey.

"Baiklah~ Terima kasih sekretaris Fey."

"Kalau begitu, saya undur diri," sekretaris Fey pun meninggalkan ruangan Maylea dan kembali ke tempat kerjanya.

Setelah kepergian sekretaris Fey, Maylea tanpa sadar sudah menaruh jari telunjuknya di dagu. Ia tersenyum smirk saat mendengar pemberitahuan dari sekretarisnya itu.

"Ternyata ada juga atasan yang seperti dia. Meminta maaf secara langsung dengan datang ke kantor? Sungguh menarik. Aku jadi penasaran!" gumam Maylea dalam hati.

Sepanjang waktu menuju makan siang, Maylea terus disibukkan dengan berkas dan dokumen yang harus ditandatangani. Merasa otaknya akan meledak, akhirnya Maylea meninggalkan tumpukan dokumen yang masih menggunung di mejanya itu. Ia berjalan keluar dari ruangan.

"Sekretaris Fey, saya ingin ke cafe seberang sebentar. Jika ada yang mencari saya, minta untuk menunggu saja," ujar Maylea.

Sekretaris Fey mengiyakan perkataan atasannya. Kemudian ia melanjutkan kesibukannya lagi.

...🍃🥀🍃🥀...

Di seberang jalan, Maylea samar-samar melihat seseorang yang dilihatnya tadi pagi di parkiran kantornya. Ia pun menyipitkan matanya guna mempertajam penglihatannya.

Ternyata benar, itu adalah sosok yang tadi pagi tak sengaja ia senggol. Salah satu sudut bibir Maylea terangkat. Maylea memiliki rencana untuk menyenggol kembali laki-laki tersebut, kali ini dengan sengaja. Maylea ingin memastikan, bahwa apa yang dialaminya tadi pagi itu benar atau tidak.

Lampu lalu lintas sudah berganti warna. Para penyebrang jalan pun mulai berhamburan memenuhi zebra cross.

Maylea dengan sengaja berjalan menuju laki-laki pagi tadi. Saat tangan Maylea sengaja menyentuh tangan laki-laki tersebut, bayangan abstrak pun muncul di pikiran Lea.

"Uuhhhh!"

Maylea menahan rasa pusing yang didapatnya akibat sentuhan tadi. Kali ini pun sama, Maylea tak bisa melihat bayang-bayang masa depan laki-laki tersebut.

"Benar-benar tak dapat diprediksi!" ujar Maylea sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menatap ke arah laki-laki tadi kemudian tersenyum.

"Menarik!"

Setelah memastikan hal yang membuatnya penasaran, Maylea melanjutkan langkahnya lagi untuk menuju ke cafe langganannnya.

Brugh

Seseorang sepertinya terjatuh, entah siapa.

Maylea yang sudah berada di bahu jalan langsung mengalihkan atensinya ke arah suara tersebut.

"Astaga!!" pekik Maylea agak kencang.

Maylea melihat sebuah kendaraan roda dua meninggalkan tempat kejadian. Seseorang terbaring di atas zebra cross yang sudah sepi pelalu lalang.

Tanpa disadari, Maylea langsung berlari menghampiri orang tersebut.

"Ah, laki-laki tadi!" ujar Maylea saat mengenali orang yang tergeletak tersebut.

"Tolong... Tolong!" jerit Maylea mencari pertolongan di sekitar lokasi.

Maylea mencoba untuk memapah laki-laki tersebut, tapi cukup sulit untuk tubuh kecil seukuran dirinya. Beberapa orang menghampiri, lalu bergegas membantu Maylea untuk mengangkat korban.

Maylea menunjuk sebuah kursi depan toko, meminta mereka untuk membaringkan laki-laki tersebut di sana.

Maylea memindahkan kepala laki-laki tersebut ke pangkuannya untuk berjaga-jaga, barangkali ada luka di kepala.

Sembari menunggu mobil ambulan datang, Lea mulai memijat-mijat sela jari telunjuk dan ibu jari laki-laki tersebut. Berharap ia lekas siuman.

Beberapa orang masih berkerumun. Mereka berbisik-bisik tentang kejadian tadi.

Rupanya mereka membicarakan perihal sepeda motor tetap lewat saat lampu lintas menunjukkan warna merah. Untung saja seseorang berhasil melapor ke kantor polisi tentang kejadian tersebut.

"Uurgh"

Laki-laki tersebut mulai siuman. Ia memegangi kepalanya, mungkin ia merasa sakit.

"Ah, kamu sudah siuman?? Apakah ada yang dirasa tidak nyaman?" tanya Maylea pada laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Syukurlah~" Maylea menghela napas lega.

Tak berselang lama, sebuah mobil ambulance pun datang. Para petugas memindahkan laki-laki yang semula di pangkuan Maylea ke brankar stretcher dan membawanya masuk ke mobil.

Salah satu petugas meminta kenalan laki-laki tersebut untuk ikut menemani ke rumah sakit. Orang-orang yang masih berkerumun itu saling pandang dan saling bertanya.

"Bukankah tadi ada perempuan yang menolongnya? Kemana dia?" tanya si petugas ambulance.

Tidak ada yang tahu dimana Maylea berada. Maylea mengendap-endap pergi saat laki-laki tadi dipindahkan ke brankar.

"Huh! Untunglah aku cepat melarikan diri..."

*

*

*

✨Bersambung✨

...Terima kasih yang sudah berkenan mampir 🤗🤗...

...Jangan lupa untuk tekan ikon like, isi rate dan vote-nya juga yah 😉...

Biar author tambah semangat nulisnya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!