Seseorang membuka pintu pagar, dan terdengar suara motor memasuki halaman. Pembicaraan Sally, Nishi dan Monic langsung terhenti. Ketiganya terdiam dan berusaha menajamkan pendengaran. Wah ada harapan, nih! Aku tidak perlu tidur di halaman, pikir Monic.
Ketiga cewek manis itu segera berjingkat menuju halaman depan. Di sana, mereka mendapati seorang cowok tinggi besar turun dari motor Kawasaki Ninja 250 cc di sisi rumpun bunga bunga bougenville. Mereka langsung bersembunyi di balik pohon mangga yang cukup besar.
"Ssst, apa dia salah seorang yang kos di sini? Kok aku belum pernah melihatnya?" bisik Sally kepada ke dua sahabatnya sambil menempelkan jari di bibirnya. Cowok itu mengunci motornya lalu merapikan rambut dan bersiul siul kecil sambil melangkah menuju pintu samping.
"Dia pasti lewat sini," bisik Sally lagi. "Ayo, kita tanya ke dia."
Ketika cowok itu hampir melewati pohon mangga, tiga buah kepala muncul bersamaan.
"Mas.....!"
Senandung kecil cowok itu langsung terhenti seketika dan berganti dengan pekik tertahan. Hihihihi, Sally, Nishi dan Monic tidak dapat menahan tawa geli mereka.
"Maaf ya, Mas, kalau kami mengagetkan," Sally menyapa sambil mendekat. Cowok itu mundur selangkah, sambil mulutnya bergumam tak jelas. Matanya dengan curiga langsung melihat tiga pasang kaki cewek cewek dihadapannya. Tentu saja Sally, Monic dan Nishi serentak ikut melihat ke bawah juga.
"Asli, nginjak tanah nih, Mas! seru Monic sewot.
"Waaah, Mas pikir kita ini rombongan peri, ya? Mana ada peri yang pakai jeans dan bawa ransel seperti kita ini, Mas? Oooo, mungkin karena kita cantik ya Mas?" Nishi ikut keki.
Cowok itu seperti baru tersadar. Dia cepat cepat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ah, tidak! Saya tidak menuduh begitu," sahutnya. "Cuma tadi saya kira rombongan kuntilanak....."
"Sembarangan!" semprot ke tiga cewek itu berbarengan. "Emangnya bukan?" lanjut Monic sambil mendelik.
"Lho?! Jadi kalian....." Wajah cowok itu memucat seketika.
"Hehehe enggak kok. Kita kita ini asli manusia. Aduuuh, masa cantik cantik gini dikira kuntilanak. Mana ada kuntilanak secantik aku? Kalau peri sih mungkin sama," kata Nishi sambil tertawa hahahihi.
Cowok itu tertawa kecil. "Kok kalian bisa berada di tempat ini, mau nyari siapa? Ini kan tempat kos cowok? Atau.... kalian mau ketemu pacar kalian yang kos di sini? Yang mana? Siapa namanya?"
"Saya mau ketemu kakek saya, Mas," jawab Sally.
"Heiiii yang kos di sini semuanya masih muda muda. Belum ada yang kawin. Mana ada kakek kakek?" potong cowok itu. Sally tentu saja keki sekali
"Ok ok, aku tahu!" jawab Sally dengan cemberut. "Kakekku justru pemilik rumah ini. Kakek Soemantri."
"Oalaaahh... Kalau begitu kamu ini cucunya pak Soemantri? Aduuhh maaf ya?" jawab cowok itu sambil menangkupkan ke dua tangannya di depan dada.
Sally nyengir melihat tingkah cowok ganteng dihadapannya. "Kok dari tadi aku ketok ketok tidak ada yang menjawab, Mas?"
"Pak Soemantri sedang ke Ambarawa. Diantar oleh Mas Soni. Yang lain mungkin pada keluar," jawab cowok itu.
"Oh ya? Pantesan...."
"Eh sampai lupa. Masuk aja yuuk?' ajak cowok itu dengan ramah dan simpatik. Monic dan Nishi menarik napas lega. Pundak mereka rasanya sudah nyaris lumpuh karena menyandang ransel terus dari tadi.
Cowok itu rupanya memiliki kunci pribadi.
"Kalian bertiga ini tadi dari mana?" tanya cowok itu seraya memasukkan anak kunci ke lubangnya.
"Ya dari rumah, Mas," sahut Monic polos.
"I.. iyaaa! Maksud saya tuh, rumah kalian di mana?"
"Di Surabaya!"
"Surabaya? Jauh amat? Kalian datang ke Yogya cuma bertiga? Berani?"
"Iya! Kenapa tidak?"
"Tadi naik apa dari Surabaya ke Yogya?"
"Naik kereta api."
"Wah... tentu capek ya?"
"Tentu"
"Ceritanya lagi berlibur, nih?"
"Iya! Eh, ngomong ngomong kapan pintunya dibuka Mas? Perasaan dari tadi Mas nanya melulu!"
"Hehehe, maaf! Habis susah sekali nih kunci! Emmph... ops! Nah... ayo masuk!"
Sally, Monic dan Nishi segera menghambur masuk. Cowok itu juga menyusul masuk setelah menutup pintu.
Monic dan Nishi menebar pandangan berkeliling, mengamati isi ruangan luas rumah kuno itu. Ternyata tidak seseram yang mereka bayangkan. Jelas saja! Karena seluruh perabotan di ruangan itu bukan perabot perabot kuno seperti dalam bayangan mereka. Bahkan hampir seluruh furniture di ruangan itu di dominasi oleh model model mutakhir. Kecuali seperangkat gamelan Jawa yang tergeletak rapi di sudut ruangan.
Berbeda dengan Monic dan Nishi yang tengah asyik mengamati isi ruangan, Sally justru sibuk mencuri curi pandang ke arah cowok simpatik tadi. Siapa sih dia? Kayaknya aku belum pernah melihat dia deh! Hmm, mungkin penghuni baru.
"Saya tinggal ke kamar dulu ya?" pamit cowok itu seraya melangkah.
"Eh, Mas....!" Sally buru buru mencegah. Tapi sesudah itu ia malah bingung sendiri mau berkata apa.
"Ya?" cowok itu berbalik dengan alis terangkat.
"Mmm... anu, Bi Asih kok tidak kelihatan ya?"
"Mungkin sudah tidur kali? Memangnya kenapa?"
"Ah, tidak apa apa kok!"
Ketika cowok itu sudah masuk ke kamar, Sally segera menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping Monic dan Nishi. Ketiganya tenggelam dalam kelelahan. Nishi bahkan sudah berkali kali menguap. Matanya yang sipit makin tampak kecil saat mengantuk.
"Cakep juga ya, tuh cowok," guman Sally perlahan. "Aduuhh kenapa aku tadi tidak sekalian tanya namanya ya?"
"Memangnya selama ini kamu belum pernah ketemu dia, Sal? Kamu sekeluarga kan sering berkunjung ke sini?" tanya Monic dengan heran.
"Terakhir kali aku dan keluargaku ke sini kira kira enam bulan lalu," sahut Sally. "Setahuku yang kos di rumah kakek ini cuma lima orang. Mas Wisnu yang sudah hampir lulus, Mas Rendy, Mas Santoso, serta Mas Joni dan Mas Beni yang sama sama kuliah di Teknik Sipil. Kalau yang barusan ketemu kita, sepertinya aku belum pernah lihat."
"Eh, kayaknya dia masih kecil ya? Mungkin masih baru semester satu ya?" timpal Monic.
"Ih, ngatain masih kecil lagi. Sendirinya juga baru kelas 12 juga....." Nishi nyeletuk.
Ke tiga cewek itu tertawa. Rasanya liburan kali ini bakal menyenangkan.
- - -
Mohon dukungannya dengan memberikan like dan komen ya teman teman.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments