"Enak juga tidur pakai sarung seperti ini, ya Sal..." kata Nishi sambil membetulkan letak sarung yang melilit tubuhnya.
"Iya, pakai jarik ini juga enak. Adem rasanya walaupun tidak pakai AC. Kamu tahu Sal, ini pertama kalinya aku mengenal istilah jarik," kata Monic menimpali ucapan Nishi.
"Sebenarnya sarung dan jarik itu dasarnya sama. Cuma sarung biasa dikenakan lelaki sementara kalau jarik dipakai oleh kaum wanita. Makanya sekali sekali belajar budaya dan pakaian tradisional, jangan cuma kenal jeans dan dress aja," sahut Sally sambil tersenyum.
"Yeee... ikut kamu ke Yogya ini kan juga belajar budaya setempat," kata Monic.
"Belajar budaya atau mau kenalan sama cowok cowok kece?" balas Sally. "Coba kalau aku tidak bilang banyak cowok keren yang kost di rumah kakekku, mana mau kalian ikut?"
Ketiganya tertawa bareng. Mereka memang tidak lama berada Malioboro. "Lain kali masih ada kesempatan balik ke sini. Bahkan bisa ngajak cowok cowok keren itu," kata Sally. Monic dan Nishi mengangguk menyetujui pendapat sahabatnya itu.
Sesampainya di rumah, Sally meminjam sarung kepada Bi Asih. Ke dua sahabatnya juga tidak mau kalah. Sayangnya sarung Om Soni nya yang baru dicuci cuma ada dua, sehingga Bi Asih terpaksa meminjamkan salah satu kain jarik miliknya.
"Jarik itu apa sih, Bi?" tanya Monic.
"Ya yang seperti Bibi pakai ini, Non! Cuma kalau untuk tidur aja tidak perlu pakai stagen," jelas Bi Asih.
"Stagen?"
"Iya, Non. Yang Bibi pakai ini namanya jarik. Nah yang mengikatnya ini namanya stagen," kata Bi Asih sambil menunjuk stagen yang dikenakannya. "Non bisa memakai jariknya dengan diikat atau digulung seperti sarung."
"O gitu ya Bi?" kata Monic sambil menerima jarik dari Bi Asih.
"Kan Bibi sudah sediakan selimut buat Non berdua? Kalau Non Sally sih selalu pakai sarung kalau bertandang ke sini, makanya Bibi cuma sediakan dua selimut."
"Kami mau seperti Sally aja, Bi. Katanya adem dan sejuk kalau pakai kain."
Jadilah ke tiga gadis itu mengenakan sarung dan jarik sebagai pengganti selimut. Sesuatu yang baru bagi mereka yang selama tujuh belas tahun hidup di kota besar seperti Surabaya. Kalaupun berlibur ke luar kota, mereka terbiasa dengan budaya hotel yang tentu saja cuma menyediakan selimut. Mana ada hotel yang dilengkapi dengan sarung dan jarik? Hotel bergaya tradisional sekalipun!
"Sudah ah ngobrolnya. Yuk kita tidur, biar besok tidak kesiangan," ajak Sally. Monic dan Nishi mengangguk, keduanya langsung memejamkan mata sambil memeluk guling. Tidak lama kemudian terdengar dengkur halus keduanya menandakan mereka sudah terbang ke alam mimpi.
Sedangkan Sally justru tidak segera terlelap. Dia jadi jengkel bukan main. Sudah sejak tadi dia berusaha tidur, tapi tidak bisa juga. Matanya sulit diajak kompromi. Bayangan Richard berseliweran di benaknya, bahkan orang yang cuma mirip posturnya saja sampai dikiranya Richard.
'Apa aku jatuh cinta kepadanya ya? Tapi masa baru pertama kali ketemu sudah jatuh cinta?' pikir Sally sambil tersenyum sendiri. Untung ke dua sahabatnya sudah tidur. Kalau tidak mereka pasti heboh, mengira sahabatnya itu kesurupan setan di Malioboro.
'Aku bahkan sampai salah mengenali orang tadi. Mas Richard sialaaan! Gara gara kamu aku sampai dipermalukan oleh Monic dan Nishi. Eh jangan jangan benar apa yang dikatakan oleh mereka? Jangan jangan Mas Richard memang sedang ngapelin pacarnya. Makanya tadi begitu rapi? Lalu untuk apa aku memikirkannya kalau dia sudah punya pacar? Tapi masa sudah punya pacar? Kata Monic dia menanyakan apakah aku sudah punya pacar atau belum? Apa Monic cuma menggodaku? Untuk apa dia menanyakan itu kalau memang sudah punya pacar?' Sally bermonolog dalam hatinya.
Sally memandang ke dua sahabatnya yang sedang pulas. 'Kalian memang sahabat sahabat yang terbaik. Aku beruntung bisa bersahabat dengan kalian' gumamnya.
"Kok kamu belum tidur Sal?" tiba tiba didengarnya suara Monic.
"Iya nih. Tidak tahu kok dari tadi sulit terlelap."
"Mikirin Mas Richard kenapa belum pulang ya?"
"Iya..... eh tidak," sahut Sally gelagapan. Monic yang tadinya mengantuk jadi membuka matanya lebar lebar.
"Nah..... kamu ketahuan," kata Monic sambil tertawa. Wajah Sally berubah merah karena malu. Sambil tertawa dia melemparkan gulingnya ke arah Monic.
"Sudah aku bilang, dia lagi ngapelin pacarnya. Buat apa kamu tunggu? Sudah tidur sana."
"Iya.... buat apa aku memikirkan dia?"
"Eh kamu benar benar melamunkan Mas Richard, Sal? Nanti biar aku bilang ke dia ya?"
"Monic sialaaan...." Sally berteriak tanpa sadar.
"Ada apa sih ribut ribut? Katanya tadi mau tidur?" Nishi terbangun dan menggerutu karena tidurnya terganggu.
"Ini si Sally, katanya mau menunggu Mas Richard pulang baru akan tidur," jawab Monic.
"Hah?! Benar ya Sal?" Nishi pura pura terkejut.
"Enggak.... ngaco aja Monic. Sudah aku mau tidur," sahut Sally sambil membalikkan badan memunggungi ke dua sahabatnya karena malu. Monic dan Nishi tertawa lalu kembali memejamkan mata mengarungi alam mimpi yang sempat terpotong tadi.
----------------------------------------------------------------
Masa masa jatuh cinta ketika SMA memang merupakan masa masa paling indah yang tak terlupakan.
Episode pendek dulu ya pembaca...... jangan lupa, author tunggu komentarnya. Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments