Part 5. Crazy Things

"Ayah... Memangnya benar ya, kalau perjodohan yang sudah disiapkan untuk Kirana akan dilakukan lebih cepat? Memangnya kenapa kok perjodohannya seakan-akan bergerak tergesa-gesa? Apa karena ada suatu masalah?" tanya Panji kepada ayah dan juga ibunya yang kini sedang duduk bersama di ruang tamu.

Sebenarnya Panji sama sekali tidak merasa keberatan jika Kirana menikah terlebih dahulu atau istilah familiar nya adalah dilangkahi dalam pernikahan. Lagipula, Panji juga belum siap untuk menikah cepat-cepat. Dia masih berusia dua puluh sembilan tahun, dan menurutnya karir pekerjaan yang saat ini dia miliki, sangat penting untuk terus dikembangkan lagi. Dan untuk masalah jodoh, dia juga tidak masalah jika akan dijodohkan, sama seperti Kirana. Jika itu memang harus dilakukan.

"Iya... Dan sepertinya kita semua sudah mendapatkan lampu hijau dari calon menantu... Ini termasuk tidak terburu-buru juga, Panji. Kita semua tahu benar, fakta bahwa Kirana sudah di jodohkan sejak usianya dua puluh lima tahun, meski... Dia sama sekali tidak mengetahui akan hal itu," jawab ayahnya menjelaskan.

Ibunya menganggukkan kepala. "Tentu kita akan segera memberitahukan semua ini kepada Kirana. Saat setelah selesai makan malam, kita akan menjelaskan semuanya. Calon besan sudah menghubungi pagi tadi, dan ya, ini adalah waktu yang tepat," ucap ibunya mendukung jawaban dari ayah.

Panji hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan perlahan, sebagai tanda jika dia mengerti. Dia juga berperan penting untuk memberikan penjelasan akan semua hal perjodohan ini kepada Kirana nanti. Dan juga, dia sudah tahu seperti apa calon adik iparnya itu. Dia sama sekali tidak sabar untuk memberitahukan semuanya kepada Kirana. Ini momen langka, dimana dia selalu berharap bahwa suatu hari Kirana bisa mendapatkan cinta yang dia pantas dapatkan.

**

Kirana sedikit mengerutkan dahinya merasa sangat curiga, saat merasakan suasana pada acara makan malam keluarganya terasa sangatlah berbeda. Maksudnya adalah biasanya, ayah, ibu, dan kakaknya, Panji, saat makan bersama pasti akan disertai dengan candaan, bertukar cerita hari itu, atau bahkan bergosip tentang suatu hal yang terjadi. Tapi ini, tidak ada sama sekali. Begitu senyap dan hanya di dampingi oleh dentingan sendok dan piring.

"Ada apa semua ini? Kenapa kita seperti menjadi sangat canggung?" tanya Kirana saat dirinya mulai merasa jengah akan kecanggungan yang terjadi sekarang ini.

Ayah, ibu dan bahkan Panji dengan cepat mengangkat kepala mereka dan menatap ke arah Kirana yang sudah menyelesaikan makan malamnya terlebih dahulu. Kirana menatap mereka satu per satu dengan tatapan yang penuh dengan tanda tanya. Aneh, tidak seperti biasanya. Pikir Kirana seketika.

"Ehem..." Ayahnya berdehem dan meletakkan sendok yang ada di telapak tangan kanannya ke atas piring. Beliau bahkan belum menyelesaikan makanannya hingga habis dan memutuskan untuk melakukan semuanya sekarang.

"Kirana... Kamu sudah kami jodohkan dengan seseorang," ucap ayahnya yang seketika saja membuat Kirana menahan napasnya dengan kedua matanya yang juga langsung terbuka secara lebar. Merasa tidak percaya atas apa yang baru saja ayahnya ucapkan.

"A-apa?" Detak jantung Kirana semakin berdetak dengan cepat karena hal itu. Sama sekali tidak bisa masuk ke dalam akalnya.

Ayah Kirana menganggukkan kepalanya secara perlahan, mencoba untuk menampilkan ekspresi wajah yang serius disertai dengan senyuman kecil disana. "Iya... Kamu sudah kami jodohkan. Dia orang yang sangat baik, dan juga sangat berkarakter. Calon keluarga besan juga sudah menghubungi bahwa kita mendapatkan lampu hijau untuk melanjutkannya ke jenjang pernikahan. Jadi... Kamu akan menikah dalam waktu dekat ini... Mungkin bisa satu atau bahkan dua bulan lagi. Menyesuaikan dengan persiapan apa saja yang akan kita lakukan nantinya," jelas ayah Kirana sekali lagi.

Tanpa sadar Kirana tertawa kecil, merasa konyol dan masih tidak percaya akan hal gila yang baru saja dia dengarkan dari ayahnya itu. "Tunggu-tunggu sebentar ayah... Jadi maksudnya, aku akan menikah, begitu?! Dalam waktu dekat dan juga dijodohkan... Lalu bagaimana dengan kak Panji, kenapa harus melangkahinya dulu dalam pernikahan? Lagipula aku tidak masalah untuk melajang lebih lama, aku sama sekali tidak keberatan akan hal itu... Kenapa harus menjodohkan aku?" Kirana mengeluarkan semua pertanyaan yang langsung masuk ke dalam pikirannya.

"Dek, aku sama sekali tidak masalah jika harus dilangkahi dulu sama kamu. Lagipula, ini juga yang terbaik buat kamu kok. Kakak tahu, jika kamu akan bereaksi seperti ini saat mengetahui semua hal tentang perjodohan itu... Tapi percaya deh, ini yang terbaik," ucap Panji dengan penuh perhatian kepada Kirana. Panji tersenyum kecil ke arah Kirana berusaha untuk meyakinkan diri Kirana yang merasa linglung saat ini.

Ibu Kirana juga ikut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya secara perlahan. "Sayang..." pinggulnya kepada Kirana.

Kirana langsung saja menatap ke arah ibunya yang duduk tepat di hadapannya itu, dengan pandangan kedua matanya yang terlihat sangatlah linglung. Dan itu terlihat sangat memprihatinkan. "Kami yakin, dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan kehidupan yang bahagia. Pernikahan yang pernah kamu impikan, akan terjadi, dan kisah cinta yang indah akan di mulai dari sana," lanjutnya lagi.

Dan Kirana masih tetap diam. Mencoba untuk mencerna semua perkataan demi perkataan yang di ucapkan oleh ayah, ibu, dan Panji kepadanya barusan. Kirana menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan, sambil menutup kedua kelopak matanya sejenak dan membukanya secara perlahan.

"Baiklah... Tapi siapa dia? Nama? Atau identitasnya? Pekerjaannya? Atau apapun? Apakah dia berbeda?" tanya Kirana dengan kedua matanya yang memperlihatkan ketakutan, kekhawatiran yang bercampur aduk.

"Dia baik... Sangat baik, Ayah merasa sangat yakin akan hal itu. Dan, kamu akan bertemu dengan dia besok. Besok kamu mengajar tidak Sampai siang, bukan? Hari Jumat.." ucap ayahnya dengan senyuman yang cukup lebar di wajahnya.

Kirana menganggukkan kepalanya perlahan. Kini ekspresi wajahnya terlihat semakin tegang dan penuh akan kekakuan. "Iya, besok hanya mengajar kelas pagi saja kok," jawab Kirana yang membuat ayah, ibu dan juga Panji tersenyum lega.

"Baguslah kalau begitu. Besok setelah kamu selesai mengajar, kita semua bisa langsung pergi bersama-sama untuk bisa bertemu dengan calon kamu, Kirana. Ayah sangat yakin, bahwa kamu akan sangat menyukai dia..." ucap ayahnya dengan nada suaranya yang penuh dengan kegembiraan.

Mereka semua tersenyum lebar dan juga tertawa kecil. Tapi tidak dengan Kirana, dia sama sekali tidak memberikan respon yang cukup baik akan hal itu. Dia hanya termenung diam, kedua matanya menatap kosong, dengan telapak tangan kanannya yang menggenggam pegangan gelas berukuran sedang yang berisi es jeruk, dan mulai meminumnya sedikit demi sedikit.

"Iya..." gumam Kirana mengiyakan ajakan yang diajukan oleh ayahnya itu.

Kalau begitu, mari kita lihat seperti apa lelaki itu, sehingga membuat ayah, ibu dan bahkan juga Kak Panji begitu menyanjungnya. Batin Kirana dengan menguatkan dirinya untuk bertemu mereka semua besok hari.

**

"Abi... Hari ini kamu kelas pagi saja kan ya?" tanya ayahnya sesaat Abinaya selesai memakai sepatu di teras depan rumahnya.

Abinaya mendongakkan kepalanya menatap ke arah ayahnya yang berdiri di samping kanannya. Dia menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Iya... Hanya sampai jam sembilan saja kok. Kenapa Yah?" jawab Abinaya sambil bangkit berdiri dan membetulkan bagian belakang hoodie nya.

Ayahnya tersenyum lebar. "Hehe... Nanti kalau sudah selesai kelas, langsung pulang ya... Ayah sama ibu mau ajak kamu ke suatu tempat soalnya," ucap ayahnya dengan senyuman yang menurut Abinaya sangat mencurigakan.

Dengan mengesampingkan perasaan aneh itu, Abinaya segera menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Terus Hana? Dia nggak di ajak Yah?" tanya Abinaya dengan kerutan samar yang terlihat di dahinya.

Ayahnya menggelengkan kepalanya perlahan. "Nggak, dia kan ada pertemuan organisasi sampai sore... Jadi nggak di ajak dulu saja."

Abinaya menganggukkan kepalanya. "Oke... Kalau begitu, aku berangkat dulu ya Yah...." ucap Abinaya sambil segera menggenggam telapak tangan kanan ayahnya dan menciumnya.

"Iya sudah, hati-hati lho ya. Awas jangan mengebut," jawab ayahnya mengingatkan.

"Iya ayah.." gumam Abinaya yang langsung saja berjalan mendekat ke arah sepeda motornya. Sebenarnya dia merasa sangat penasaran kemana mereka akan pergi bersama nanti.

**

Kirana berjalan berdampingan dengan kakaknya, Panji. Sedangkan ayah dan juga ibunya berjalan beriringan di depan mereka. Menghampiri meja yang sudah mereka pesan di sebuah restoran. Kirana menghela napasnya berulang kali sejak mereka semua berangkat bersama untuk menemui 'calon suami' nya itu. Dia sama sekali tidak bisa mengatasi rasa kegugupan yang menyerang di seluruh tubuhnya saat ini.

"Kirana... Ayo duduk..." ucap ibunya yang membuat Kirana tersentak dari dalam lamunannya. Dia bahkan tidak sadar jika ayah, ibu dan Panji sudah duduk di bangku meja yang mereka pesan.

Kirana segera saja mendudukkan tubuhnya tepat di samping Panji. Mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan mulai berjelajah di sosial media yang dia miliki. Tak cukup lama mereka menunggu, Kirana mendengar ayah dan juga ibunya menyambut kedatangan orang lain. "Kalian sudah datang, ayo duduk-duduk dulu..." ucap ayahnya yang segera saja membuat Kirana mengangkat kepalanya dari layar ponselnya.

Kirana mematikan ponselnya dan segera memasukkannya ke dalam tas. Tersenyum kecil dan sopan ke arah mereka. Dan seketika kedua kelopak matanya terbuka lebar melihat sosok yang tidak lagi asing di pandangannya. "Abinaya?" ucap Kirana refleks sambil menunjuk ke arah Abinaya yang berdiri paling belakang, lebih tepatnya di belakang ibunya.

Sedangkan Abinaya juga ikut terkejut dengan kedua kelopak matanya yang terbuka lebar serta mulutnya yang menganga. "Bu Kirana?"

Astaga, apa yang sebenarnya terjadi disini sekarang? Batin Kirana dan juga Abinaya kompak berpikir.

Seluruh keluarga mereka tersenyum lebar. Sama sekali tidak bisa menutupi kebahagiaan mereka, tentu saja. "Kirana, ini adalah Abinaya, calon suami kamu," ucap ayah Kirana yang membuat Kirana semakin terkejut sehingga sama sekali tidak membalas ucapan ayahnya itu.

Sedangkan Abinaya semakin merasakan kedua lututnya menjadi sangat lemas sekarang. "Dan Abinaya, dia adalah Kirana, calon istri kamu," ucap ayah Abinaya yang melemahkan pertahanan detak jantung Abinaya seketika.

"Dan kalian akan menikah dalam waktu dua bulan lagi," ucap ayah Kirana dan juga ayah Abinaya secara bersamaan.

"APA?!" teriak Kirana dan Abinaya bersamaan dengan mengalihkan pandangan mereka ke arah seluruh keluarga mereka. Dan mencoba untuk mencari tahu bahwa kebenaran yang baru saja mereka dengar, adalah kebohongan. Atau bahkan mungkin, suatu hal yang akan sangat mustahil untuk dilakukan.

Kenapa harus mahasiswa ku sendiri, ayah? Apakah menurut ayah, aku tidak selaku itu? Sehingga harus dijodohkan dengan mahasiswa ku? Batin Kirana bertanya-tanya dan merutuki keputusan ayah serta keluarganya.

Astaga... Aku tidak tahu harus merespon apa untuk hal ini. Ayah dan ibu benar-benar bisa membuatku sakit jantung karena ini. Bodoh, bagaimana aku harus bersikap sekarang? Batin Abinaya yang seakan-akan tersiksa, tapi sama sekali tidak bisa dipungkiri lagi jika ada rasa bahagia di dalam hatinya saat ini.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SYUKURLAH, TERNYATA KIRANA DI JODIHKN SAMA ABI

2024-02-21

0

🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀

🏠⃟ᴬʸᵃⁿᵏરuyzⷦzⷩ𝐀⃝🥀

😍😍😍

2022-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!