Abinaya sama sekali tidak bisa berhenti untuk tersenyum sejak dia mengirimkan pesan kepada ibu dosen yang membuatnya pertama kali merasakan perasaan yang aneh. Tentu saja, Kirana. Abinaya terus menatap ke arah layar ponselnya, tepat di bagian ruang chat aplikasi WhatsApp di nomor milik Kirana.
"ABI!! AYO MAKAN!!" teriak ibunya dari arah meja makan, membuat Abinaya terkejut, hingga membuat ponsel yang dia pegang jatuh menimpa wajahnya.
"Aduh... Ssshhh..." gumam Abinaya sambil mengusap-usap bagian wajahnya yang terasa nyeri saat itu juga.
Abinaya bangkit dari posisi tidurnya yang terlentang. Mulai mematikan ponselnya, dan meletakkannya tepat ke atas meja kecil di dekat ranjangnya. Sedikit mengerutkan dahinya, karena merasa pusing seketika. Berjalan perlahan mendekat ke arah kaca berukuran sedang yang tergantung di dinding kamarnya.
"Huff..." helaan napas Abinaya saat melihat bayangan wajahnya yang menampilkan bagian dahi dan juga ujung hidungnya yang memerah, akibat tertimpa ponsel tadi.
Abinaya pun segera keluar dari dalam kamarnya, dan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Masih dengan wajahnya yang tertekuk, menahan rasa sakit. Saat sampai, dia melihat ibu, ayah, dan adik perempuannya, yang bernama Hana berusia delapan belas tahun, sudah duduk dan bersiap untuk makan malam.
Abinaya pun segera duduk tepat di samping Hana, dan mengambil nasi serta lauk pauk yang sudah disiapkan oleh ibunya itu. "Muka kamu kenapa Kak?" tanya Hana sambil mengamati wajah Abinaya dengan seksama. Sebenarnya, Hana juga sedang menahan tawa sejak sadar ada yang berbeda terlihat di wajah Abinaya.
Tangan kanan Abinaya yang akan menyendok makanan ke dalam mulutnya, seketika terhenti dan langsung saja turun, wajahnya kembali terlihat merengut. "Tertimpa ponsel..." jawab Abinaya dengan nada suaranya yang perlahan, dan tangan kanannya kembali mulai terangkat untuk menyendok makanan, sebelum kembali terhenti dengan penuh perasaan yang kesal.
"AHAHAHAH..."
Ibu, ayah, dan Hana seketika saja tertawa mendengar jawaban Abinaya. Membuat Abinaya semakin kesal adanya. "Bagaimana bisa? Dia masih saja sama seperti waktu smp dulu. Kamu juga sering sekali tertimpa ponsel di wajah... Astaga!" ucap ayahnya yang selalu saja bisa mendapatkan kesempatan untuk mengejek dan juga menggodanya. Tentu saja, hal itu membuat seluruh keluarganya tertawa semakin kencang.
"Uh... Bisakah kita makan saja, dan tidak membahas itu? Aku senang kesakitan di wajah dan kalian selalu saja bisa mentertawakan aku," ucap Abinaya yang membuat ibunya merasa gemas, dengan langsung mencubit kedua pipi Abinaya cukup keras hingga menyisakan jejak-jejak kemerahan disana.
Hana dan juga ayah mereka masih tertawa kecil, dan mulai makan makanan mereka masing-masing. "Lain kali, kalau mainan ponsel itu jangan sambil tiduran," gumam ibunya yang langsung saja dijawab dengan anggukan kepala Abinaya yang bergerak cepat. Tanda jika dia mengerti.
Mereka semua pun segera melanjutkan acara makan malam mereka yang sempat tertunda tadi. Masih dengan senyuman dan saling bertukar candaan, mereka tahu, Ada kalanya suasana makan atau bahkan berkumpul bersama dengan seluruh anggota keluarga, perlu diberikan candaan-candaan, agar suasana bisa semakin hidup, dan lebih berkesan tentu saja.
**
Abinaya mengunci pintu kamarnya. Berjalan mendekat ke arah meja kecil yang ada disisi ranjangnya. Mengambil ponsel dan langsung membuka aplikasi WhatsApp miliknya. Dia membuka bagian ruang chat dengan Kirana, dia terakhir dilihat sekitar satu jam yang lalu. Mengingat lagi bahwa sekarang sudah hampir jam sepuluh malam, membuat Abinaya semakin yakin, jika Kirana saat ini sudah tidur.
"Huff..." helaan napas Abinaya terdengar cukup jelas. Abinaya pun mengalihkan tubuhnya untuk duduk di tepi ranjangnya. Membuka bagian status, dan melihat semua status yang dibuat oleh teman dan juga keluarganya.
Dan seketika saja kedua matanya terbuka lebar, terkejut, saat melihat status yang berisi foto Kirana menopang dagu dengan salah satu telapak tangannya, dan tersenyum. Meski Abinaya tahu, bahwa senyuman itu terlihat sangatlah kaku, tapi Abinaya bisa langsung merasakan bahwa detakan jantungnya lagi-lagi menggila tidak bisa di kontrol lagi.
"Cantik sekali..." gumam Abinaya sambil meng-screenshots foto Kirana itu. "Tapi... Itu artinya..." Abinaya seketika bangkit berdiri dari duduknya dan senyuman lebar langsung muncul di bibirnya. "Itu artinya dia menyimpan nomor WhatsApp ku!!! Yes!! Yes!! Yes!!" teriak Abinaya yang tanpa sadar sambil melompat-lompat kecil.
Kedua pipinya memerah, senyuman semakin terlihat lebar di bibirnya. Dia terlihat sangat tampan, manis dan juga imut secara bersamaan. Abinaya sama sekali tidak sadar apa yang mempengaruhinya hingga menjadi sedemikian rupa. Terlebih, bisa-bisanya dia terpesona dengan kecantikan dosennya sendiri. Itu bisa menjadi lebih gila lagi. Tentu saja.
Dan untungnya lagi, kamar Abinaya kedap suara, sehingga saat Abinaya berteriak sambil melompat-lompat seperti anak kecil saat ini, ibu, ayah dan juga Hana tidak akan mendengarkan atau bahkan bertanya-tanya apa yang membuatnya menjadi sedemikian berubah.
"Oke... Tenang, Abinaya... Tenang... Astaga," gumam Abinaya sambil berusaha untuk meredam perasaan euphoria di dalam seluruh aliran darah di dalam tubuhnya saat ini.
Abinaya menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan dan juga berulang kali. Senyuman lebar masih tercetak di wajah tampannya itu. Abinaya pun segera mendudukkan dirinya kembali ke atas ranjang, dan berbaring disana. Membuka galerinya dan melihat screenshots foto Kirana yang tersenyum kaku tadi.
"Dia terlihat sangat kaku... Tapi, tersenyum kaku saja cantik dan juga manis, apalagi jika bisa melihatnya atau bahkan membuatnya tersenyum setiap harinya?" gumam Abinaya bertanya kepada dirinya sendiri. "Itu pasti akan terlihat sangatlah indah jika terjadi... Astaga, apa yang sedang aku pikirkan?" lanjutnya sambil tertawa kecil.
Ibu jari tangan kanan Abinaya, menyentuh layar ponselnya, seakan-akan benar-benar menyentuh wajah Kirana disana. "Aku harap... Aku bisa melakukannya. Tidak peduli status apa yang aku miliki, setidaknya aku ingin mengubah senyuman kaku itu menjadi senyuman yang tulus," gumam Abinaya sambil tersenyum kecil.
Tiba-tiba saja, Abinaya mendudukkan tubuhnya dan menutup ponselnya. Menyandarkan tubuhnya ke arah kepala ranjang. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali. Kedua telapak tangannya mulai terangkat tepat ke arah kedua pipinya dan menepuk keduanya beberapa kali. "Astaga, apa yang aku pikirkan? Bodoh... Aku bahkan tidak bisa memahami perasaanku sendiri. Perasaan ini seakan membunuhku dari dalam saja. Ini terasa tidak benar... Tapi juga, membuatku senang, bahagia dan... Perasaan asing yang bahkan tidak bisa ku jelaskan. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya," gumam Abinaya terus bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
"Apa aku harus mencarinya melalui Google?" Abinaya melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di sisi kanan tubuhnya. "Mungkin itu bisa saja membantuku, untuk menjelaskan semua yang baru saja, untuk pertama kalinya aku rasakan," lanjut Abinaya sambil mengambil kembali ponselnya.
Membuka cepat Google di ponselnya, dengan kedua telapak tangannya yang terasa gemetar. Membaca setiap website yang muncul disana, dengan seksama dan dengan penuh ketelitian. Memastikan bahwa ada kebenaran yang sesuai dengan yang dia alami saat ini. Dan tentu saja, Abinaya merasa sangat aneh terhadap dirinya sendiri, dengan mencari informasi yang bisa dibilang sangatlah sederhana untuk dipahami oleh semua orang yang pernah merasakannya.
Tentu saja. Tapi perlu untuk di ingat lagi, bahwa ini adalah perasaan yang untuk pertama kalinya di rasakan oleh Abinaya. Dan dia mulai merasa takut dan juga cemas saat merasakan perasaan atau bahkan suatu hal yang baru di dalam hidupnya. Dan setelah beberapa saat berada di dalam pencarian Google untuk bisa menentukan semua hal yang dia butuhkan, pada akhirnya Abinaya menemukan satu website yang berisi cukup lengkap penjelasan. Dan juga ada kuis pemastian dibagian paling akhir di dalam website tersebut. Bisa dibilang seperti itu.
"Baiklah... Mari kita coba..." gumam Abinaya yang mulai membaca isi website itu dengan teliti.
Perasaan asing yang membuat beberapa orang atau bahkan sebagian besar orang merasa bahagia, senang, dan euphoria, muncul diakibatkan oleh adanya hormon kimia yang terjadi di dalam tubuh. Yang mana bisa menghasilkan perasaan bahagia yang sulit untuk bisa dipastikan secara langsung. Tentunya, perasaan bahagia yang muncul bisa datang dari sesuatu yang memang membuat hormon kimia yang ada di dalam diri kita itu bereaksi. Contohnya bisa jadi, perasaan asing membahagiakan itu terjadi, saat melihat seseorang, tiba-tiba saja kota merasa senang. Itu bisa dikatakan sebagai jatuh cinta.
Abinaya seketika terhenti di bagian paling akhir kalimat itu. "Jatuh cinta? Apakah mungkin... Itu artinya juga... Aku sudah jatuh cinta pada Bu Kirana? Ini... Terasa sangat canggung, dan tetap membuat jantungku berdetak dengan semakin kencang..." ucap Abinaya dengan telapak tangan kanannya langsung menyentuh bagian dada, tepat di jantungnya. Dan dia bisa merasakan bagaimana jantungnya bereaksi hanya karena menyebut atau bahkan teringat kepada Kirana. Ini benar-benar terasa sangat gila.
Abinaya tertawa kecil, menjadi salah tingkah lagi. "Dan jika memang benar-benar perasaan asing yang sejak pagi tadi ku rasakan hingga sekarang... Adalah jatuh cinta. Maka bisa dipastikan jika, aku benar-benar sudah jatuh cinta kepada Bu Kirana... Dan itu membuatku merasa bahagia, dan euphoria. Aku bahkan tidak bisa mengetahuinya lebih cepat, jika jatuh cinta bisa membuat seseorang menjadi menggila seperti yang kini aku rasakan," lanjut Abinaya lagi.
Abinaya menutup aplikasi Google-nya, dan juga tidak lagi merasa perlu untuk mencoba kuis yang sudah disediakan oleh website itu. Hanya untuk memastikan apakah dia benar-benar jatuh cinta atau tidak. Tentu saja. Abinaya segera men-charger ponselnya, di atas meja kecil itu. Mematikan lampu kamar, dan membiarkan tirai jendela kamarnya terbuka, memperlihatkan langit malam hari yang cerah.
Terlihat oleh bulan dan juga banyaknya bintang yang bertebaran disana. Kedua mata berwarna cokelat muda itu terlihat melembut, masih dengan senyuman kecil di bibirnya. "Dan sepertinya, aku tahu kemana hatiku tetap akan berlabuh sekarang. Meski aku tidak yakin seratus persen, bagaimana perasaan Bu Kirana, jika saja sampai mengetahui bahwa ada salah satu dari mahasiswa yang dia ajar, sudah jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dan terlebih lagi... Itu adalah cinta pada pandangan pertama," gumam Abinaya yang semakin merasakan euphoria di dalam hatinya.
Perasaan asing yang menyenangkan itu, benar-benar bisa membuat Abinaya tidak berhenti untuk memikirkan Kirana. "Dan juga... Aku yakin, Bu Kirana akan senang, jika mengetahui fakta yang lainnya... Bahwa dia, adalah cinta pertama yang aku miliki selama dua puluh dua tahun ini. Dan itu membuatku gila..."
Abinaya tertawa kecil sambil menutup wajahnya dengan menggunakan salah satu bantal yang ada di atas ranjangnya. Tak lama membukanya dan memperlihatkan wajah manis yang semakin terlihat memerah. "Abinaya... Kamu sudah gila sekarang. Benar kata Bayu, jatuh cinta bisa membuat orang pintar menjadi hilang akal seketika. Bodoh sekali..."
Abinaya mulai memperbaiki posisi tidurnya dan memeluk bantal dengan erat. Menutup kedua matanya dan mencoba untuk tidur. Menunggu hari esok untuk mata kuliah yang lainnya. Atau bahkan mungkin, setelah jam kuliah selesai, dia akan mencuri-curi waktu untuk memperhatikan Kirana dari jarak jauh. Dan terpesona oleh kecantikannya lagi dan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments