"Huff..." Kirana menghela napasnya beberapa kali. Sekarang, dia ada di dalam ruang dosen, yang tepat berada di lantai satu dari gedung fakultas.
Kirana menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Sebenarnya, sejak tadi sebelum dia masuk ke dalam ruang kelas untuk pertama kalinya, dia merasa sangat gugup. Dia pernah menjadi asisten dosen sebelumnya, tapi untuk mengajar sebagai dosen yang sesungguhnya, dia sangat-sangat gugup.
Dan saat jam mata kuliahnya berakhir, rasa gugupnya Sama sekali tidak berkurang. Kirana mulai menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Tenang... Tenang. Batin Kirana berusaha untuk mengurangi sisa-sisa kegugupannya.
"Huff... Akhirnya..." gumam Kirana. Telapak tangan kanannya mulai meraih botol berisi air mineral yang ada di atas meja dosennya. Meminumnya secara perlahan, sedikit demi sedikit.
"Bu Kirana, ayo makan siang bersama," ajak salah satu dosen wanita yang berdiri tepat di depan mejanya.
Kirana tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. "Tidak... Saya makan nanti saja, saya masih harus mengecek beberapa berkas yang dimiliki oleh Pak Anton," jawab Kirana menjelaskan.
Dosen wanita itu segera saja menganggukkan kepalanya dengan cepat. Sambil tersenyum, dia berkata, "Baiklah, kalau begitu. Saya duluan ya..." jawabnya sambil berjalan keluar dari dalam ruang dosen itu.
Kini hanya tertinggal Kirana, satu dosen wanita senior lainnya dan satu dosen pria. Kirana mulai membuka lagi meja, yang memperlihatkan beberapa tumpukan tugas milik mahasiswa yang belum sempat diperiksa oleh Pak Anton, dikarenakan beliau yang tiba-tiba jatuh sakit, dan harus di pensiun secara dini.
Kirana bangkit dari duduknya, dan sedikit berjongkok untuk mengambil tumpukan tugas itu. Dan membawanya ke atas meja. Kirana menyeka bulir-bulir kecil keringat yang muncul di bagian dahinya, dengan menggunakan selembar tisu. "Baiklah... Mari kerjakan semuanya," gumam Kirana sambil mengeluarkan bolpoin berwarna merah dari dalam kotak pensilnya.
Kirana mulai membuka satu per satu tugas para mahasiswa itu. Membacanya dengan sangat teliti, memberikan coretan-coretan pada jawaban yang salah. Dia dosen baru, jadi mungkin, dia tidak akan terlalu ketat dengan tugas atau bahkan jawaban yang diberikan oleh para mahasiswa nya itu. Tentu saja. Bukan berarti dia tidak peduli terhadap mahasiswa nya. Kirana hanya bersikap luwes saja. Dan semoga saja, bisa disukai oleh semua mahasiswa nya.
Lembar demi lembar, Kirana menyelesaikan penilaiannya. Lagipula, jika ada tugas seperti itu, lembaran tugas itu, tetap akan berada di dalam laci mejanya. Setelah itu, dia hanya perlu untuk meng-input nilai tugas mereka semua. Setelah hampir satu jam lewat dua puluh menit, akhirnya Kirana selesai menilai tugas-tugas itu. Dengan cekatan dia membuka laptopnya dan meng-input nilai.
Dia akan mengajar lagi di siang hari. Sesekali Kirana melirik ke arah arloji kecil yang ada di pergelangan tangan kirinya itu. Sudah menunjukkan pukul dua belas siang, dan dia mengajar di jam satu siang. Itu artinya dia hanya memiliki waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan input nilai, dan juga, jika sempat dia akan membeli roti atau makan siang dalam porsi kecil di kantin fakultas.
Jari-jari kedua tangannya bergerak cepat dan kedua matanya menatap penuh fokus ke arah layar laptopnya. Ini bahkan terasa jauh lebih mudah, dibandingkan saat dia menjadi asisten dosen. Karena saat menjadi asisten dosen, Kirana hampir melakukan semua kegiatan bahkan keperluan yang diperlukan oleh dosennya. Yang terkadang, tidak harus dia lakukan. Seperti menyiapkan kopi atau makanan kecil, atau bahkan hal lainnya.
Dring Dring
Ponsel Kirana bergetar tepat di atas meja. Di bagian samping kanannya. Kirana melirik ke arah layar ponselnya yang menyala. Memperlihatkan notifikasi pesan yang masuk dari aplikasi WhatsApp nya. Kirana kembali fokus ke arah layar laptop dan lembar-lembar tugas mahasiswa. Menghiraukan pesan yang hanya menampilkan nomor. Dia akan membalasnya nanti. Tentu saja.
"Huff... Akhirnya selesai juga," gumam Kirana sambil sedikit meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku sejak tadi. Kirana melirik ke arah arlojinya, dia tersenyum kecil, saat sadar, bahwa dia masih memiliki dua puluh menit sebelum masuk kembali dan mengajar.
Kirana mengambil tas kerjanya dan mengambil dompet kecil miliknya. Lalu meletakkan kembali tas itu ke bagian atas meja, memasukkan ponselnya ke dalam tas. Kirana bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan meninggalkan meja dosennya. Baru beberapa langkah, dia berhenti, teringat akan pesan WhatsApp yang bahkan belum sempat dia buka untuk dibaca atau bahkan dijawab.
"Aku akan membalasnya nanti saja. Sekarang, aku benar-benar lapar," gumam Kirana sambil mulai melanjutkan kembali langkah kedua kakinya menuju kantin fakultas yang jaraknya tidak jauh dari ruang dosen.
"Eh, Bu Kirana... Baru mau makan siang?" tanya penjaga kantin, yang bernama Bu Ratmi, seketika saat melihat Kirana mulai memilih roti dan minuman susu dalam botol.
Kirana menolehkan kepalanya menatap ke arah Bu Ratmi dengan senyuman kecil. Dia menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Iya bu... Baru selesai menilai tugas mahasiswa soalnya. Makanya baru bisa makan deh..." jawabnya sambil berjalan mendekat ke arah meja kasir, tempat dimana Bu Ratmi duduk saat ini.
Kondisi kantin mulai sepi, karena banyak mahasiswa yang mulai masuk ke dalam ruang kelas mereka masing-masing. Kirana memutuskan untuk makan roti isi coklat, dengan sebotol susu rasa stroberi. Memperlihatkannya kepada Bu Ratmi. "Totalnya tiga belas ribu..." ucap Bu Ratmi.
Dengan segera Kirana meletakkan roti dan botol susu itu ke atas meja kasir. Membuka dompetnya mengambil uang sepuluh ribu rupiah satu lembar dan uang lima ribu rupiah satu lembar. Menyerahkan langsung kepada Bu Ratmi, dan menerima uang kembalian sebesar dua ribu rupiah, segera saja Kirana memasukkannya kembali ke dalam dompetnya.
"Terimakasih ya... Kalau begitu saya duluan..." ucap Kirana setelah menutup kembali dompetnya, dan membawa roti serta botol susu itu menuju ruang dosen.
"Iya bu..." gumam Bu Ratmi sambil kembali melanjutkan pekerjaannya.
Kirana berjalan dengan cukup cepat, mengingat waktu makan siang yang sekarang dia miliki cukup singkat. Segera duduk di atas kursinya, dan memakan roti isi coklat itu secara perlahan. Salah satu tangannya bergerak cepat memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas, menyiapkan buku-buku materi sesuai mata kuliah yang dia ajarkan.
Kirana melipat bungkus plastik roti itu dan membuangnya ke dalam tempat sampah kecil yang berada tepat di bawah meja dosennya. Membuka tutup botol susu dan meminumnya hingga tandas. Setelah habis, Kirana menekan kuat botol itu hingga penyok, lalu membuang botol bekas itu ke dalam tempat sampah yang sama.
Membuka tasnya perlahan untuk mengambil sebotol kecil parfum dan juga lipstik berwarna cocoa. Memakai lipstik itu secara tipis di bagian bibirnya yang ranum. Serta mulai menyemprotkan parfum secara perlahan di beberapa bagian tubuhnya. Setidaknya, kali ini, dia tidak ingin tercium bau oleh mahasiswa nya, di kelas siang hari.
Kirana tersenyum kecil. Dia siap. Harus, tentu saja. Dia sama sekali tidak ingin lagi terlihat kaku atau bahkan gugup seperti saat dia mengajar di kelas pada pagi hari tadi. Untung saja, para mahasiswa nya itu sama sekali tidak menyadari jika dia sudah sangat gugup sebelum bahkan saat mengajar mata kuliah kepada mereka semua. Kini, Kirana sudah siap, bisa dipastikan sepenuhnya.
Kirana menutup sejenak kedua matanya dan membukanya, sambil menghela napas. Kirana segera mengambil tas dan buku-buku itu, berjalan menuju ruang kelas dimana dia akan mengajar kali ini.
**
"Assalammualaikum..." salam Kirana saat membuka pintu rumahnya.
"Sudah pulang? Ini, ibu sudah buatkan teh hangat. Kamu mandi dulu, baru minum teh ya..." ucap Ibunya dengan senyuman, meletakkan segelas teh hangat ke atas meja makan.
Kirana tersenyum kecil, dan mencium pipi kiri ibunya itu. "Aku akan mandi dulu. Oh iya, mana ayah?" tanya Kirana sambil membuka sepatu high heels-nya. Dia selalu menyimpan sepatu, sandal, dan high heels miliknya di dalam kamar.
"Itu... Lagi di kamar kakak kamu tuh. Ibu heran, Panji itu susah sekali kalau diberitahu. Masa, sudah tahu pacarnya yang sekarang, ibu sama ayah nggak suka, masih saja tetap dikenalkan," jawab ibunya dengan ekspresi tidak suka dan marah bercampur menjadi satu. "Tadi siang itu, pacarnya datang, pakai celana jeans ada lubang-lubangnya lagi... Bahunya juga ketat banget... Ibu sampai gemas, mau pakaikan pakaian kamu ke pacar kakak kamu itu. Ih!" lanjut ibunya dengan ekspresi wajahnya yang penuh kegemasan.
Kirana tertawa geli melihat itu. Sebenarnya Kirana tahu bahwa kakaknya, yang bernama Panji itu belum terlalu serius dengan pacarnya yang sekarang. Panji hanya ingin tahu tipe perempuan seperti apa yang disukai oleh kedua orang tuanya, tentu saja, dia akan menyukainya juga. Panji sama sekali tidak pilih-pilih tentang masa depannya.
"Mungkin, Kak Panji lebih memilih dijodohkan, bu... Lagipula, kakak juga sudah lama tidak memiliki pacar yang benar-benar mau serius untuk menikah. Kasihan juga kalau kelamaan di gantung," jawab Kirana yang membuat dirinya dan juga ibunya tertawa.
"Iya juga... Itu ide yang bagus. Ibu akan mendiskusikannya dengan ayahmu nanti. Siapa tahu, setelah kakak kamu menikah, kamu juga bisa langsung menyusul, nikahnya," ucap ibunya yang membuat Kirana berhenti tertawa.
Wajah Kirana berubah datar, sedikit gugup, takut, dan cemas. Kirana berdehem kecil. "Em... Aku mau mandi dulu..." gumam Kirana sambil membawa sepatu high heels-nya berjalan menaiki anak tangga ke lantai dua, dimana kamarnya dan juga kamar kakaknya berada.
Kirana membuka pintu kamarnya dan langsung saja menguncinya. Meletakkan sepatu high heels-nya ke atas rak sepatu, dan seketika saja melemparkannya tas beserta tubuhnya ke atas ranjang. "Menikah? Mungkin itu adalah hal yang paling mustahil untuk aku lakukan sekarang..." gumam Kirana sambil menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda dengan hiasan awan.
Kirana menghela napasnya. Menolehkan kepalanya, menatap ke arah tasnya. Dia teringat akan pesan yang belum dia buka tadi sejak di kampus. Dengan segera, Kirana membuka tas dan mengambil ponselnya. Membuka aplikasi WhatsApp nya dan mulai membuka serta membaca isi pesan itu.
Assalammualaikum Bu Kirana, Saya mau bertanya tentang materi... Sebenarnya, untuk tugas saya sudah paham, hanya saja ada satu materi yang sulit untuk saya cerna... Dibagian materi tentang Teori Black Hole.
Isi dari pesan itu, menandakan bahwa itu berasal dari salah satu mahasiswa-nya. Seketika Kirana mengerutkan dahinya, karena nomor WhatsApp yang menghubunginya ini, bukan milik penanggung jawab kelas di mata kuliahnya. Tapi Kirana sama sekali tidak terganggu, dia merasa senang, karena mahasiswa-nya cukup antusias untuk memahami lebih dalam tentang materi mata kuliahnya itu.
Dengan segera Kirana memberikan jawaban, dengan cukup lengkap, tenyang Teori Black Hole, yang menjadi pertanyaan mahasiswa-nya itu. Jawabannya cukup panjang. Dan Kirana mengakhirinya dengan menulis pesan :
Apakah sudah bisa dipahami?
Kirana melihat bahwa pesannya sudah dibaca, dia menunggunya, hingga mahasiswa-nya itu selesai membaca dan menjawab.
Sudah, bu... Terimakasih banyak. Saya sudah mengerti lebih jelas lagi sekarang.
Kirana tersenyum bahagia karena itu. Kirana dengan cekatan menuliskan pesan jawaban lagi.
Iya, sama-sama. Ini mahasiswa dari kelas yang mana ya?
Dari kelas A bu, yang pagi tadi.
Kirana menganggukkan kepalanya perlahan.
Oh iya sudah... Namanya siapa?
Kirana mengerutkan dahinya. Karena mahasiswa-nya itu sudah membaca pesannya tapi tidak dengan segera membalas pertanyaannya yang terakhir itu. Layar memperlihatkan bahwa mahasiswa-nya sedang mengetik. Dan Kirana semakin penasaran, mungkin nama yang dimiliki mahasiswa itu cukup panjang, sehingga menulisnya cukup lama.
Abinaya... Abinaya Pratama.
"Oh... Abinaya..." gumam Kirana tersenyum kecil saat membacanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
FiQka Yin
bagus thorr
2021-09-14
1