Kegembiraan

Halaman sekolah masih lengang saat Ranti melangkahkan kaki memasukinya. Ah ya,aku berangkat kepagian rupanya. Gadis kecil itu menggumam sembari tersenyum sendiri. Perasaan senang,lebih tepatnya bahagia membuatnya mengerjakan tugas-tugasnya sejak shubuh tadi dengan lebih cekatan. Atau lebih tepatnya lagi,kebahagiaan telah menstimulasi produksi hormon penawar rasa lelah dalam jumlah besar. Dan itu membuatnya lebih bersemangat dibanding biasanya.

Kenapa yah? Rupanya tadi malam,mbok Wiryo dapat berita dari bu Semi,yang meling ( berpesan ) lewat bu Lastri,teman sesama pedagang di Solo juga. Isi beritanya adalah,besok bu Semi juga akan pulang kampung,menyusul bu Lastri yang sudah pulang duluan. Tentu saja berita yang menggembirakan Ranti. Itu adalah saat yang selalu ditunggu-tunggunya. Perasaan rindu yang akan segera tertuntaskan. Oleh-oleh apa yach,yang nanti simbok bawakan untukku? Senyum kegembiraan seolah tak mau pergi dari bibir mungilnya,membuat gadis kecil itu ingin meloncat kesana-kemari layaknya kijang kecil...

Membayangkan berjumpa dengan sang ibu,membuat Ranti ingin meringkas waktu agar segera datang esok hari. Memang hanya beberapa hari,tapi itu sudah cukup untuk melepas kangen antara ibu dan gadis kecilnya itu. Aku kangen dengan dongeng sebelum tidurmu,mbok. Aku kangen nasihat-nasihatmu yang runtut seolah tak berujung,mbok. Aku kangen jemarimu yang ndidis di rambutku,sembari uro-uro...itu membuatku tertidur dengan perasaan nyaman tak terkatakan. Hanya kebahagiaan yang terasa saat bersamamu,mbok.

( Ndidis : mengurut rambut untuk menemukan lingso/telur kutu rambut. Uro-uro : Nembang jawa )

Rasa nelangsa itu kadang hinggap juga di benak lugunya,tapi tak pernah lama dan tak sampai membuat Ranti sedih berkepanjangan. Keadaan yang mengajarkan padanya bahwa hidup jauh dari orang tua adalah kesempatannya menempa diri untuk menjadi anak yang mandiri. Saat melihat teman yang bisa bermanja-manja dengan ibunya, bisa menikmati masakan ibu setiap hari,atau hanya sekedar boncengan sepeda dengan bapaknya,semua itu membangkitkan rasa iri yangmenggelitik hati. Namun semua itu tak pernah berlarut-larut,karena pada dasarnya Ranti adalah anak yang kuat dari lahir. Kalau tidak,mungkin ia sudah tak sanggup bertahan hingga hari ini.

"Ranti!"

Ranti mendapati seraut wajah yang tak asing lagi baginya kala menoleh ke arah suara itu berasal.

"Wagiman!"

Senyuman lebar langsung menghiasi wajah keduanya begitu mata mereka beradu pandang.

"Ayo ngedor Arif karo Menuk nanggone pak bon...!"

( Ayo ngedor Arif dan Menuk di tempatnya pak bon )

Setengah berbisik,Wagiman mengajak Ranti menangkap basah dua temannya yang sedang makan di kantin sekolah. Dor-doran adalah jenis permainan yang jika mendapati temannya sedang makan atau minum,ia harus ngedor. Dan wajib bagi yang didor untuk membagi makanannya pada yang telah ngedor. Seru khan...😂

"Males ahh,"

Ranti menolak ajakan Wagiman,masih dengan senyum yang menrmpel di bibirnya.

"Yaaaahhhh,"

Wagiman sedikit kecewa. Namun karena melihat sahabat kecilnya itu begitu sumringah,maka cowok seumuran Ranti itu lebih tertarik mencari tahu kenapa,ketimbang mendapatkan secuil iwak gandum hasil kalau ngedor Arif dan Menuk di kantin sekolah. ( Iwak gandum : Terigu yang digoreng dengan diselipi secuil daging sapi )

Akhirnya Wagiman mengekori Ranti masuk kelas. Kalau istilsh jaman now itu kepo,iya khan? Heehee. Cowo kecil berkulit sawo matang bersih dan berambut ikal itu langsung mengambil posisi duduk disampingnya,saat Ranti duduk di bangkunya dan menyimpan tasnya di laci. Baru ada beberapa anak yang datang,gumamnya dalam hati. Dan memang ini lain dari biasanya,Wagiman sibuk membatin. Biasanya Ranti selalu sampai di sekolah,hanya beberapa saat sebelum jam masuk,mengingat begitu banyak tugas yang musti ia selesaikan sebelum ke sekolah. Temanku yang satu ini benar-benar hebat,seolah tak terbebani dengan pekerjaan rumah yang begitu padat setiap harinya.

Sekali lagi Wagiman menatap Ranti dari samping. Sekedar meyakinkan diri,iya benar...hari ini Ranti keliatan sedang gembira hatinya. Senyum ceria itu masih di sana,di bibir mungilnya. Eitts,bukan berarti Ranti tidak pernah tersenyum yah,di hari-hari kemarin! Hanya saja,hari ini tuch beda...lebih ceria. Pasti ada sesuatu yang membuatnya begitu. Ach,Ranti nich...bikin Wagiman makin kepo saja,haahaha.

"Eummm,Arif karo Menuk lagi mangan opo yo,kiro-kiro? Eummm,"

( Eum,Arif dan Menuk sedang makan apa ya kira-kira? )

Wagiman coba memancing pembicaraan,wajahnya pura-pura menerawang sambil menempelkan jari telunjuknya di bibirnya yang terkatup.

"Lahh,ngopo ra mrono,man? Didor kono lohh,mengko gelo lohh...!? Mengko ketok-ketok'en lohh,iwak gandume...! Hihihii."

( Lahh kenapa tidak kesana saja,man? Sana didor,biar tidak menyesal !? Biar tidak terbayang-bayang iwak gandumnya ! )

Ich ! Wagiman merasa sebal,bukannya terpancing,malah meledekku nih cewek. Ufz!

"Ran,simbok Semi ameh bali ndeso yoh?"

( Ran,simbok Semi akan pulang kampung yah? )

"Lohh,koq kowe ngerti to man?"

( Lohh,koq kamu tahu to man? )

Ranti membulatkan matanya tak percaya. Dari mana dia tahu,khan aku belum cerita apa-apa...? Rasa heran membuat Ranti menatap mata Wagiman lekat-lekat. Gadis kecil itu ingin mencari jawaban dari sana.

Apa lagi sich,Ran...yang bisa membuatmu segembira ini selain pertemuan dengan simbokmu? Wagiman tahu sekali,bulik Semi meninggalkan Ranti ke kota karena terpaksa. Sandang-pangane di kota,bukan di desa. Begitu terang simboknya saat satu hari ia menanyakan hal itu. Karena toh di desa,keluarga Ranti tidak punya sawah. Jadi paling banter kalau tidak bakulan,ya jadi buruh tani. Namun sayang,pekerjaan buruh tani tidak bisa terlalu diharapkan tiap hari,hanya di musim tertentu. Itu yang membuat orang tua Ranti memutuskan untuk berdagang di kota.

Dan sebulan sekali mereka pulang untuk menengok putri semata wayangnya itu. Melepas kangen,dan membawakan apa yang Ranti butuhkan. Biasanya sich,kami teman-teman Ranti juga ikut kebagian oleh-oleh. Iyah,Bulik Semi dan pak lik Darmo memang lomo ( pemurah,suka memberi / tidak kikir. )

Wagiman hanya menjawab dengan senyuman. Kali ini,Ranti yang dibuatnya sebal.

"Kapan,Ran? Sesuk yow?"

( Kapan,Ran? Besok yah? )

Selain menjawab dengan senyuman,ternyata teman kecilnya itu juga menjawab dengan pertanyaan. Hadewwww! Tepuk jidat...

Ranti memutuskan untuk tidak menjawab,melainkan cemberut. Lahh,impas ! Haahaa.

"Mesti sesuk,ngerti aku!"

( Pasti besok,aku tahu dong )

Ranti berpaling ke arah Wagiman,dan mengangguk. Tanpa diberi aba-aba,keduanya lantas tertawa terbahak-bahak,keras lagi.

Haahaaahaahaaaahaaaahaaa

Tanpa sadar,seisi kelas menatap keduanya dengan heran. Ternyata,kelas sudah ramai. Menyadari itu,keduanya langsung diam. Disambung cekikikan, hihihiiii.

"Ono opo seh?"

( Ada apa sich ? )

Dan ternyata ada yang kepo juga.

"Opo sing lucu?"

( Apa sich yang lucu ? )

Sahut yang lainnya.

"Berarti,isih ono wektu nggo ngedor. Ayo,Ran!"

( Berarti masih ada waktu buar ngedor. Ayo Ran! )

Tanpa merasa perlu meminta persetujuan,Wagiman menyeret tangan Ranti untuk berlari bareng menuju kantin.

Dengan mengendap-endap,keduanya berjalan jinjit seolah hendak mengintai musuh. Dari jarak beberapa meter dari ruangan kantin yang terbuka,sosok yang tadi diincarnya ternyata sudah tidak ada.

"Yahhhh,Arif ro Menuk wis rampung sing mangan...!"

( Yahh,Arif dan Menuk sudah selesai makan )

Wagiman sedikit kecewa.

Tapi tak disangka,keduanya malah mendapat kejutan dari Ngadino,Lanjar dan Kelik. Mereka tidak menyadari,saat mengendap-endap menuju kantin tadi,ada tiga pasang mata yang mengawasinya. Dan pastinya,dengan tujuan yang sama yaitu ngedor. Mbulet,guys. Orang mau ngedor,malah hendak didor...? Wkwk.

"Badalaaaaaa!!!!"

Gertakan dari arah belakang,membuat Ranti dan Wagiman terlonjak kaget.

Haaahaaahhhaaaahaaa

Merasa berhasil,tiga cowok kecil seumuran itu ngakak bareng. Mendapati expresi kaget dari wajah Ranti dan Wagiman,ketiganya mengeraskan suara tawanya. Tanpa disadarinya,ada hal lucu yang mendadak membuat Ranti dan Wagiman gantian tertawa.

Pandangan Ranti dan Wagiman langsung ke arah yang dipegang ketiga temannya itu. Ada es lilin rasa kacang ijo di tangan Kelik,ada jagung rebus di tangan Lanjar,dan di tangan Ngadino terlihat sedang menggenggam secontong kacang goreng. ( contong : kertas dibentuk bulat mengerucut )

Tahu khan,apa yang terjadi selanjutnya? Yahhhh,ketiga cowok kecil itu lupa sedang memegang makanan. Bukannya ngumpet dan dihabiskan dulu,ini malah makan sambil bergerilya...? Begitulah akibatnya kalau ngethowo ( Mau lebih ),malah jadi berkurang miliknya. Keberuntungan di fihak Ranti dan Wagiman,kehilangan Arif dan Menuk namun mendapat 3 macam sekaligus.

Mau tak mau,makanan yang hanya 3 macam,dimakan berlima,haahaa. Ranti dan Wagiman tersenyum menang,sementara Ngadino,Lanjar dan Kelik terpaksa membagi makanan miliknya sambil cemberut.

"Iklas po ora kih?"

( Ihklas atau tidak nih ? )

Sebelum menyuapkan jagung rebus ke mulut,Ranti menyempatkan bertanya.

Seolah berat,tapi yach mau bagaimana lagi. Kesepakatan sudah diambil sebelumnya. Harus ada yang ngedor dan didor. Ini hanya soal kewaspadaan saja. Dan Ranti lega,melihat 3 temannya itu mengangguk pasrah.

Masih mau lanjut,guys...ouke😍

Jangan lupa vote,like dan ninggal jejak yeahh...biar apa? Biar gampang feedback nantinya😂😂😂

HAPPY READING YEAHH...👍🤚

Terpopuler

Comments

Atin

Atin

🤣🤣🤣🤣

2020-11-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!