"Woooah!! Pak bos datang!!"
Heboh cowok ber-gingsul ketika melihat kedatangan Arka.
Semua orang yang ada di ruangan itu langsung menatap kearah Arka. Mereka seketika tersenyum lebar, nampak senang dengan kedatangan Arka.
Cowok itu tersenyum miring lalu duduk di sofa tunggal. Sofa itu selalu kosong tidak ada yang berani menempati karena itu khusus untuk Arka selaku ketua geng mereka.
Cowo yang bersorak pertama kali ketika melihat kedatangan Arka, dia bernama Febian Mikko Ananta atau kerap di panggil Febian.
Cowok ber-gingsul itu memiliki wajah tak kalah tampan dari Arka, tinggi badannya pun sama dengan Arka, yaitu 185.
Febian itu definisi cowok susah di tebak, ter-heboh diantara teman-teman Arka dan apapun yang di inginkannya harus bisa di dapatkan.
Walaupun tingkahnya bar-bar Febian itu anak manja. Apa lagi jika bersama kedua orangtuanya akan berubah manja dan penurut.
Seperti sifatnya yang manja Febian merupakan anak bungsu dengan dua kakak perempuan, yang satu sudah menikah sementara yang satu lagi baru masuk kuliah.
"Cek. Lu nggak bawa makanan apa pak bos?" Tanya salah satu cowok sambil menatap Arka.
Dia adalah Gama Erllan Jayidan. Atau kerap di panggil Gama.
sifatnya tidak kalah jauh dari Febian. Bar-bar tidak bisa diam dan yang ada di pikirannya itu hanya makanan, makanan dan makanan.
Walaupun Gama suka makan tapi cowok itu rajin berolahraga tubuhnya tetap ideal, tinggi badannya 186. Bahkan di markas mereka ada GYM kecil yang bisa di gunakan semua anggota, Gama lah yang menyediakan alat-alat gym.
Gama merupakan anak tunggal kaya raya aset daddy-nya dimana-mana. Walaupun anak tunggal tapi Gama tidak manja seperti Febian. Cowok itu bisa di bilang mandiri bahkan sudah memiliki usaha berupa restoran.
Plak.
"Anjing sakit." Umpat Gama, tiba-tiba kepala belakangnya di tabok.
Gama menatap tajam si pelaku. Tapi si pelaku nampak acuh-acuh saja seperti tidak terjadi apa-apa tatapan matanya datar ke depan.
"Elu---kenapa tabok kepala gue?" Tanya Gama dengan berapi-api karena tidak terima.
Si pelaku hanya melirik sinis.
"Di otak lu adanya cuman makanan dan makanan, seperti tidak di kasih makan oleh orang tua lu. Miskin lu gak bisa beli makanan sendiri?"
"Anjiierr ucapannya pftttt...." Ujar Febian sambil menahan tawa.
Sementara Gama menatapnya tak percaya
Menyentuh dadanya.
"Anjirr. Dada gue sakit" Ucapa Gama berdrama.
"Sakit sampe ke tulang rusuk, HAHAHA!!" sahut yang lainnya.
Di ruangan itu jumlahnya cukup banyak sekitar 15 orang termasuk Arka.
Yang lainnya pun terlihat menahan tawa, apa lagi saat melihat wajah Gama yang berubah masam.
Farell Aureliano Abraham. Nama cowok yang baru saja mengatai Gama.
Dia cowok terdingin di antara teman-temannya Arka.
Farell pun jarang sekali bicara dan sekalinya bicara menusuk jantung.
"Taik lu, kalau ngomong kek taik mulutnya!!" Sarjas Gama sambil mengalihkan pandangannya dari Farell yang duduk di sebelahnya.
"Bacot." Sahut Farell tidak perduli sama sekali.
"Santai bang Hama, gue udah pesen makanan buat kita makan!!"
Ucap si cowok imut dan paling muda. Umurnya baru 15 tahun. Sementara Arka dan yang lainnya sudah 17 tahun.
Arvin Evano Abrisam. Walaupun paling muda tapi tubuhnya tidak kalah tinggi dari mereka, tinggi badan Arvin 178.
Tatapan Gama langsung beralih kepada Arvin yang duduk di kursi dan di hadapannya ada meja besar dan panjang, bukan hanya Arvin yang duduk di sana namun ada beberapa anggota juga. Meja itu posisinya tidak jauh dari sofa yang di duduki Arka, Farell, Gama dan Febian.
"Hama Hama, pala bapak kau Hama!!" Gram Gama. Dengan se enak jidat Arvin memanggilnya Hama.
Memang Gama ini perusak tanaman? Segala di sebut Hama.
Arvin hanya nyengir kuda.
"Tapi benar lu pesan makanan?" Tanya Gama. Karena memang perutnya sudah minta di isi.
Arvin mengangguk cepat. "Iya, tapi lu yang bayar bang heheh!!" Cengir cowok imut itu.
Gama cengo, terkejut dengan ucapan Arvin.
"Janco lu anak Abrisam!!"
Bisa-bisanya Arvin pesan makanan tapi dirinya yang harus membayar.
Brak.
Arvin memukul meja.
"Waah ngelunjak sama bapak tampan gue. Gapapa lah kak, lu kan kaya raya jadi bayar 15 kotak pizza aja kecil kan?"
Arvin menaik turunkan alisnya sambil nyengir, gawat sekali jika Gama tidak mau membayar karena Arvin tidak memiliki uang banyak.
"APA 15 PIZZA?"
Gama melotot syok, begitupun dengan yang lainnya. Yang benar saja Arvin memesan 15 kotak pizza.
Arvin mengangguk antusias. "Iya laah, di sini kan ada 15 orang, jadi satu orang satu kotak pizza." Santai Arvin.
Gama menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Astaga Arvin sebanyak itu? Lu sendiri yang bayar pizza-nya"
Pizza sebanyak itu dirinya yang harus membayar?. Enak saja. Tentu saja Gama juga tidak mau rugi.
"Waaah waaah!! Sebagai orang kaya raya pelit banget Lo sama kita." Febian menimpali dan langsung di angguki yang lainnya.
"Iya anjirrr, pizza doang masa lu gak mampu bayar" Timpa yang lainnya.
"Bacot kalian, bayar sendiri-sendiri." Dengus Gama.
"Isssh jangan pelin lu Bang. Yaudah kalau nggak mau bayarin gue nggak akan comblangin lu lagi sama kak Bunga." Ancam Arvin.
"Hahaha mampus, lu nggak akan di sukai Bunga" Febian kembali memanas-manasi agar Gama mau membayar pizza-nya.
Febian dan Arvin saling menatap, keduanya tersenyum satu sama lain. Sebenarnya memesan pizza sebanyak itu idenya Febian dan Gama lah yang harus membayar.
Bunga adalah kakak kandung Arvin dan satu sekolah dengan mereka. Bunga juga salah satu teman dekatnya Keyla.
Mata Gama membulat terkejut mendengar ucapan Arvin. Cowok itu terkesiap di tempatnya.
Arvin yang melihat reaksi Gama seketika tersenyum miring, kelihatannya ancamannya akan berhasil.
Bunga, merupakan gadis yang Gama sukai dan selama ini Arvin berusaha mendekatkan mereka. Tentu saja ada alasannya mengapa Arvin membantu Gama, karena dengan itu Arvin bisa jajan banyak.
Bunga itu gadis yang susah di dekati. Sifatnya dingin dan cuek. Tapi itu yang membuat Gama kagum dengan Bunga.
"Cek jangan gitu Doong anjir. Yaudah gue yang bayar."
Dengan terpaksa Gama akan membayar pizza itu demi yayang Bunga.
Senyum Arvin langsung merekah lebar, ancaman yang selalu berhasil. "Naaah gitu dooong!! kan enak kalau gini"
"Cih, enak di elu rugi di gue!!" Dengus Gama.
"Hahahah, tenang bang duit lu gak akan habis cuman bayarin 15 pizza!!"
Gama hanya menghembuskan nafas kasar.
Saat ini mereka sedang berada di rumah dua lantai. Dan rumah itu milik Arka pribadi. Arka menjadikan rumahnya sebagai Basecamp untuk berkumpul dengan gengnya.
Arka merupakan ketua dari sebuah geng yang bernama Scary Tiger dan beranggota 30 orang dari berbagai sekolah bukan hanya dari sekolah Arka saja.
Walaupun mereka geng motor, tapi tidak suka membuat keributan atau membuat para warga kesal dengan tingkah rusuhnya. Tidak seperti geng motor pada umumnya yang terkesan buruk di mata masyarakat.
Yang membuat geng motor itu, Arka dan ketiga temannya Farell, Febian dan Gama.
Geng motor ini sudah berdiri sekitar satu tahun ketika mereka masih kelas 10. Dan tidak di sangka-sangka ternyata banyak yang berminat masuk Scary Tiger.
Sebenarnya mereka membuat Scary Tiger hanya untuk kesenangan biasa saja. Tapi ternyata banyak geng lain yang tidak suka dengan kemunculan Scary Tiger.
Yang namanya geng motor pasti memiliki masalah atau musuh bebuyutan. Dan Scary Tiger ini di musuhi oleh beberapa geng lain.
Mereka selalu menantang, entah itu untuk balapan atau hal lain seperti tawuran.
Farell selaku tangan kanan Arka, karena Farell memiliki ke ahlian bela diri yang heba
Sementara untuk balapan yang paling di andalkan adalah Febian. Ya Febian, walaupun anak manja tapi Febian tanggu dan handal dalam balapan. Bukan hanya Febian saja yang hebat balapan tapi Arka pun sama hebatnya.
Saat ini mereka bukan hanya sembarang berkumpul. Namun ada sesuatu yang harus mereka bicarakan. Dan hanya 15 anggota saja yang ikut kumpul, sementara yang lainnya masih sibuk dengan urusan masing-masing. Walaupun tidak ikut kumpul mereka tetap akan di informasikan.
........
Arka menghela nafas panjang.
"Sudah debatnya?" Ujar Arka dengan nada dingin dan tatapan datar ke depan.
Mendengar ucapan Arka membuat Gama dan Arvin menelan ludah susah payah. Jika sedang mode Ketua Arka akan berubah tegas dan dingin.
"Maaf, bos". Ucap Gama.
Walaupun mereka teman dekat, tapi mereka tetap menghormati Arka sebagai ketua geng.
"Hmm Kita mulai"
Mereka semua langsung mengangguk patuh dan berubah serius.
"Bagaimana apa bos mau ambil tawaran itu?"
Tanya anggota bernama Elvin yang duduk di sebelah Arvin.
Arka menaikan sebelah alisnya. Seperti sedang menimbang-nimbang tawaran yang lumayan menggiurkan.
"Lumayan Bos duitnya bisa buat party." Timpa yang lainnya.
"Dia juga ngeselin bos terus nantang lu padahal sudah berkali-kali kalah. Ah, satu kali Febian yang mengalahkan."
Mendengar itu Febian langsung menyugar rambutnya bangga.
"Benar banget pak ketua, ngeyel banget tuh anak padahal dua Minggu yang lalu gue kalahin." Timpa Febian merasa kesal juga, yang menantang kali ini tidak ada kapoknya sama sekali
"Berapa duit?" Tanya Arka. Karena tidak mungkin Arka menerima tawaran hanya untuk uang kecil saja minimal di atas 20 juta.
"Berapa Feb, gue lupa."
"Bentar gue cek dulu."
Febian meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mengutak-atik sebentar, lalu membuka aplikasi chat, di sana ada beberapa chat yang masuk.
Febian membuka salah satu pesan chat yang menawarkan tantangan kepada mereka.
"30 juta " Ucap Febian setelah melihat total uang yang akan mereka dapatkan jika menang.
Mereka semua yang mendengar jumlah itu seketika berbinar.
Arka menaikan sebelah alis dan mengangguk, lumayan banyak. "Oke gue ambil, kapan balapannya?" Arka menatap Febian.
"Tiga hari lagi" jawab Febian.
Tiba-tiba Arka bangkit dari duduknya, mereka semua langsung menatapnya.
"Mau kemana bos?" Tanya Gama penasaran.
"Mau beol (Berak) lu mau ikut?" Delik Arka.
Gama langsung berdengus, Gama kira Arka mau pulang atau kemana.
Sementara yang lainnya langsung menahan tawa melihat ekspresi Gama.
Kini Arka berjalan menuju dapur dimana toilet berada, dan toilet itu khusus untuknya saja. Di rumah itu ada beberapa toilet untuk anggota dan juga beberapa kamar.
Di lantai dua ada empat kamar salah satunya milik Arka pribadi, sementara di lantai bawah ada tiga kamar. Ya rumah ini memang cukup besar ada beberapa anggota yang tinggal di sana.
Arvin menatap kepergian Arka dan beralih menatap Gama.
"Bukannya di dapur ada bang Gio ya?" Tanya Arvin.
Mendengar ucapan Arvin mereka semua langsung saling pandang dengan wajah-wajah khawatir.
"Anjir iya benar, gimana kalau Arka ketemu sama Gio?" Panik Febian.
Mereka semua terlihat panik. Sementara Farell tersenyum miring, tangannya terlipat di depan dada.
"Mampus!!" Gumam Farell.
Entah apa yang cowok itu pikirkan.
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Susah di TEBANG???🤔🤔 Susah di TEBAK maksudnya??
2025-04-22
0
Rasmel Nasrun
biasa aja jalan ceritanya
2024-12-24
0