"Pa, Manda gak mau sarapan juga tidak membuka pintu kamar nya." Keluh Aleena menghampiri sang suami.
Galih yang sedang fokus pada tab nya tidak menggubris ucapan sang istri.
Aleena duduk tepat di sisi samping galih. "Pa, sebaiknya papa mengalah pada Manda. Biarkan saja dia tetap tinggal disini. Dia sudah besar, pasti bisa menjaga diri sendiri." Sambung Aleena mengutarakan pendapatnya. Jika Manda tinggal, dia akan sering-sering datang menjenguk putrinya itu pikirnya.
"Mama jangan memanjakan Manda dengan selalu menuruti kemauannya. Selama ini papa setuju dia tinggal disini karena bunda." Jawab galih tanpa menoleh pada Aleena.
"Tapi pa, Manda gak mau keluar kamar sebelum papa setuju untuk dia tinggal di sini." Sambung Aleena.
Galih menutup tab nya kemudian menoleh pada Aleena. "Biarkan saja dulu dia berpikir, hantarkan saja makanan ke kamarnya. Letakkan di depan pintu jika dia tidak membuka nya. Dia pasti akan mengambilnya." Sahut galih kemudian bangkit dari duduknya.
Aleena menghela nafas, merasa lelah dengan sikap suami dan putri nya yang sama-sama keras. Ya Manda juga memiliki sifat keras kepala seperti papa nya. Jika ia mengatakan tidak maka ia akan mempertahankan kata tidak itu.
Aleena meminta bik Risma mengantar kan makanan untuk Amanda, namun tetap Amanda menolak. Aleena akhirnya meletakkan makanan tepat di depan pintu. "Mama letak di depan pintu ya makanan nya." Ucap Aleena dari luar kamar, setelah mengatakan itu ia pun pergi ikut suaminya. Sebelum pergi ia menitipkan Amanda pada bik Risma.
Didalam kamar, Manda meringis menahan perutnya yang perih. Ia sangat lapar namun ia bertekad untuk mogok makan sampai papa nya menyetujui jika ia tetap tinggal. "Lapar banget gue" Gumamnya lemas. Sejak malam ia tidak makan dan hari ini ia juga melewatkan makan pagi, bahkan sekarang sudah saatnya jam makan siang. Ia hendak mengambil makanan di luar namun ia enggan. Ia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu siang.
"Bagaimana ini, lapar banget gue."Gumamnya.
Tok..tok tok..
Ketukan pintu terdengar jelas. Ia tahu jika itu pasti bik Risma.
"Non, makan siang dulu non. Nona sudah melewatkan makan pagi, nanti nona sakit." Ucap bik Risma dari luar. Hatinya menimbamg-nimbang apakah ia harus makan atau tidak. Sempat berpikir di hati nya untuk makan dan setelah itu berpura-pura lagi mogok makan. Tapi papa nya bisa tahu itu, papa nya tahu jika ia pura-pura sakit atau sakit sungguhan. Ditambah papa nya juga pasti tahu dari cctv yang terpasang dekat pintu kamarnya.
"Bodoh amat ah." Amanda memilih untuk tetap tidak makan. Biarlah sakit, agar papa nya luluh. Nekat memang jalan yang diambil Amanda, namun hanya itu jalan satu-satunya. Meski dalam hatinya juga ada keraguan jika sang papa akan luluh, tapi ia berharap dengan kenekatan saat ini akan membuat hati sang papa melunak.
Galih melihat Cctv melalui ponselnya. Tidak ada tanda-tanda sang putri keluar kamar. Bahkan sangat nampak jelas kalau makanan masih ada di depan pintu. Hati galih sedikit terusik merasa khawatir. "Anak itu benar-benar keras." Gumam galih sambil menatap ponselnya.
"Pa, apa sebaiknya papa setujui saja kemauan Manda pa. Biar mama yang tinggal menemani Manda jadi papa gak akan khawatir." Ucap Aleena membujuk.
"Istri itu harus ikut kemana pun suaminya. Jadi mama akan ikut kemanapun papa. Begitu pun dengan Manda. Sudah cukup satu tahun ini papa mengizinkan kalian tinggal disini." Sahut galih kekeh.
Aleena menghirup udara kemudian mengeluarkan nya kasar. "Papa benar-benar keras kepala. Begitu juga Manda. Kalian sama-sama keras tidak ada yang mau mengalah." Kesal Aleena kemudian ia pergi meninggalkan galih sendirian. Saat ini galih dan Aleena sedang berada di rumah sakit milik Danu. Galih ada keperluan dan kesepakatan kerjasama dengan danu hingga ia sangat lama berada disana.
Galih menghela nafas kasar sambil menatap punggung sang istri yang semakin menjauh. Pandangan galih teralihkan saat ponselnya berdering. Tertera nomer rumah yang menelpon.
"Ada apa bik?" Tanya galih saat panggilan tersambung.
"Tuan, non Manda tuan." Ucap bik Risma panik.
"Ada apa dengan manda bik?" Galih langsung berdiri merasa khawatir.
"Non Manda tidak menjawab sama sekali tuan. bibik takut jika terjadi sesuatu dengan non manda."
Galih langsung mematikan sambungan ponselnya dan langsung berlari mencari keberadaan istrinya. Ia langsung membawa sang istri untuk pulang. Aleena bertanya apa gerangan buang membuat galih panik dan khawatir, namun galih tidak menjawab. Pikirannya langsung tertuju pada sang putri. Apa terjadi sesuatu dengan Manda. Wajah Aleena seketika pucat karena khawatir.
Danu merasa heran yang melihat galih yang berlari bersama Aleena. Hatinya bertanya-tanya apakah yang terjadi.
Sesampai nya dirumah galih dan Aleena langsung menuju kamar Manda. Berkali-kali mereka memanggil namun tidak ada jawaban. Hati mereka bertambah khawatir apalagi saat bik Risma mengatakan jika ia mendengar suara jatuh di dalam.
"Dobrak saja pa." ucap Aleena dengan suara bergetar karena khawatir.
Mata mereka membola saat melihat Manda yang tergeletak di lantai.
"Manda" teriak mereka langsung berhambur menghampiri Amanda. Wajah Manda begitu pucat. "Sayang, bangun nak." Aleena menangis melihat keadaan sang putri.
Tidak mau berlama-lama, galih langsung menggendong Amanda menuruni anak tangga dan mendudukkan Manda ke dalam mobil. Dengan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi hanya membutuhkan waktu sebentar untuk mereka sampai ke rumah sakit.
Galih memandang wajah Manda yang terlihat pucat dan belum sadarkan diri.
Manda menderita infeksi lambung. Karena tidak ada asupan makanan yang masuk ke perut Manda hingga membuat sakit lambung Manda kambuh. Galih sangat merasa bersalah, bahkan putri nya selama ini mengidap sakit lambung ia tidak mengetahuinya.
"Puas kamu pa" Ucap Aleena sambil mengusap air mata nya. "Karena ke kerasan kepala kamu membuat Manda sakit. Apa tidak bisakah kamu mengalah dengan putri kamu sendiri." Sambung Aleena.
Galih mengusap wajahnya kasar. kemudian ia pergi dari ruangan rawat sang putri. Ia duduk di kursi depan ruang rawat Manda kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia merasa sedih juga sakit melihat putrinya terbaring tak berdaya seperti itu. Apa yang harus ia lakukan Manda benar-benar tidak mau pindah ke Korea. Ia juga tidak mungkin tinggal di sini karena pekerjaannya di sana. Ia memiliki rumah sakit di Korea dan harus terus menjalankan nya. Ia khawatir jika harus meninggalkan Manda sendirian di sini. Bisa saja Aleena tinggal bersama Manda tetapi ia juga membutuhkan istrinya di sisinya.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments