tidak mau pindah

Julian melangkahkan kaki nya menuju keberadaan kedua orangtuanya. "Ya ma" Sahutnya tersenyum pada sang mama.

"Sini nak, kenalin mereka sahabat mama dan papa." Sahut Sania memperkenalkan Aleena dan galih. Dengan hormat dan sopan Julian memberi salam pada Aleena dan galih. Tentu membuat Aleena dan galih suka dengan sikap sopan Julian.

 Kemudian Sania memperkenalkan Amanda pada Julian. "ini Amanda anak nya Tante Aleena dan om galih." sambung Sania.

"Hy kak." Amanda dengan senyum merekah mengulurkan tangannya namun tidak di respon oleh Julian. Ia hanya bersikap datar.

"Kalian sudah saling kenal?" Timpal Aleena melihat Manda dan Julian bergantian. Ia pikir mereka sudah saling kenal sebelumnya sebab Amanda sangat senang nampaknya.

"Tidak"

"Ya"

 Jawab mereka kompak dengan berbeda jawaban. Amanda mengatakan kalau ia mengenali Julian sedangkan julian mengatakan tidak. Jawaban mereka membuat dua keluarga menjadi bingung.

"Tidak kok tan, aku belum pernah bertemu dengannya sebelum nya. Mungkin dia salah orang. Benarkan?" Sahut Julian menjelaskan sambil menatap Manda seolah menegaskan.

"I..iya ma, Manda salah mengenal. Manda pikir kakak kelas Manda di kampus." Sahut Amanda terpaksa. Hatinya merasa kesal karena Julian. "Awas saja kamu, gue akan membalasnya". Batin Amanda menatap Julian dengan senyum simpul. Ada rencana di dalam pikirannya untuk membalas Julian.

Para kedua orang tua manda dan Julian saling bercengkrama, dan Julian juga ikut dalam pembicaraan mereka. Galih banyak bercerita dengan Julian. Ia menceritakan bagaimana kisah nya dulu bersama Danu papa nya Julian.

Pembicaraan mereka terhenti saat seorang pramusaji datang membawa beberapa gelas minuman pada mereka. Manda dengan sopan memberikan setiap gelas pada mereka satu persatu hingga ia memberikan segelas minuman pada Julian. Manda menyunggingkan bibirnya tersenyum.

"Diminum kak" Ucap Manda.

Tanpa ada rasa curiga Julian meminum air itu. Hingga beberapa saat Julian permisi pamit untuk pergi ke toilet. Manda tersenyum girang merasa menang. Ia puas dengan apa yang di dapat Julian.

Sebenarnya tadi bisa saja ia mengatakan kalau julian yang sudah menabraknya waktu itu. Tapi ia juga takut kalau Julian akan memberitahu kedua orangtuanya jika ia pernah meminta Julian untuk menjadi wali nya saat sekolah dulu. Dia tidak mau papa nya marah dan ngamuk, karena itu ia hanya diam dan berbohong.

"Kenapa dengan perut gue." Gumam Julian meringis saat perutnya kembali mulas dan minta di tuntaskan. Ia kembali lagi ke toilet, sudah beberapa kali ia bolak balik ke toilet, membuat tubuhnya lemas.

**

"Di minum di obatnya" Ucap salah seorang dokter pada Julian.

"Makasih ya Da." Sahut Julian sambil menerima obat dari dokter yang bernama Hilda itu. Hilda adalah dokter umum yang bertugas di rumah sakit keluarga nya. Dia juga teman Julian semenjak mereka coas.

Perut Julian berasa mendingan setelah meminum obat.

"Apa yang kamu makan? seperti nya ada pencahar dalam makanan mu." Sambung Hilda sembari duduk di depan Julian yang berbatasan meja.

Julian mengernyitkan dahinya. Ia tidak berpikir sebelumnya jika ada pencahar dalam makanannya. Ia mengingat apa saja yang ia makan hari ini. Tapi tidak ada makanan yang masuk ke perutnya malam ini. Hanya segelas minuman saat bersama kedua orangtuanya dan orang tua Manda.

Mata Julian langsung membola saat mengingatnya

 Ia jadi yakin jika ini pasti ulah Manda. Ia mengepalkan tangannya merasa geram.

Merasa perutnya sudah membaik ia pun pulang kerumahnya, Tepatnya apartemen nya. Ia membeli apartemen nya dengan uang nya sendiri dengan hasil kerja kerasnya selama ini. Dan apartemen itu hanya sesekali ia tempati. Karena ia tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya.

Ceklek.

Pintu di buka, dan ia masuk langsung kekamar nya. Tubuhnya terasa lelah hingga ia memilih untuk beristirahat. Ia membaringkan tubuhnya. Saat hendak memejamkan mata. Netra nya menangkap pigura di atas nakas dekat tempat tidurnya. Terdapat foto tiga orang disana Dengan senyum merekah.

Foto dirinya, Almira dan Kiara. Julian tersenyum melihat pigura itu dan ingatan tentang persahabatan mereka pun terlintas di pikiran nya.

"Bagaimana kabar mu?" Gumam Julian menatap foto itu.

***

Disaat orang-orang pada tidur dengan nyaman dan nyenyak malam ini namun beda hal nya dengan amanda. Ia menangis terisak di kamarnya karena kedua orangtuanya meminta ia untuk ikut ke Korea dan melanjutkan kuliah nya disana. Ia tidak mau dan memberontak namun papa nya bersikeras untuk ia ikut hingga membuat ia sedih dan marah sekaligus.

Ia tidak mau ke Korea, ia hanya mau tetap tinggal di Indonesia. Banyak hal yang tidak bisa ia tinggalkan di negara ini. Sahabat-sahabatnya, Kenangan nya. Ia benar-benar tidak bisa untuk pergi. Ia sangat sulit beradaptasi hingga ia enggan untuk ikut. Berbagai alasan ia berikan pada papa nya namun tetap di tolak.

"Manda gak mau pa, kalau papa mau pergi ya pergi saja, biar Manda tetap disini."

"Tapi bagaimana mungkin kamu tinggal di sini sendirian manda, papa dan mama gak akan mungkin membiarkan itu. Papa gak mau tahu pokoknya Minggu depan kita berangkat. Dan papa akan mengurus semuanya." Balas galih kemudian langsung pergi meninggalkan Manda dan Aleena yang masih duduk di ruang tengah.

Manda seketika menitikkan air mata. Ia merasa sedih. Tidak tahu apa lagi yang harus ia buat agar sanga papa merubah keputusannya. Bukan hanya masalah takut meninggalkan sahabat nya tapi ia juga sedih jika ia pergi maka ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Julian. Julian sudah mengisi hatinya lebih dari tiga tahun ini. Ia selalu berharap bisa dipertemukan lagi dengan Julian hingga kini doa nya terkabul. Ia kembali bertemu dnegan Julian. Namun karena keinginan papa nya ia harus kehilangan Julian lagi. Dan mungkin tidak ada kesempatan lagi untuk bisa bertemu Julian.

"Sudah lah nak. Ini yang terbaik buat kamu. Nanti juga kamu terbiasa di sana." Ucap Aleena sambil mengusap lengan Manda. Ia membujuk dan menguatkan Manda agar hati nya luluh. Manda hanya diam menahan isakan dalam tangisnya.

Tok..tok..tok...

"Manda sayang, buka pintu nya nak." Bujuk Aleena sembari mengetuk pintu kamar Manda. Sudah jam sepuluh pagi namun Manda tidak keluar dari kamarnya. Bahkan ia juga tidak makan dari tadi malam. Berkali-kali Aleena membujuk agar Manda sarapan namun Manda tetap kekeh tidak mau sarapan.

"Gak mau ma. Bawa aja lagi sarapan nya." Jawab Manda dari dalam kamar.

Aleena menghela nafas kasar. Putri nya itu memang keras kepala, sama halnya dengan galih suaminya. Suaminya bersikeras agar Manda ikut sedangkan Manda bersikeras untuk tidak ikut. Kepalanya benar-benar pusing di buat ayah dan anak itu.

Sudah pukul tiga sore namun Manda juga tidak keluar kamar, membuat Aleena merasa cemas. Terlebih Manda tidak menjawab apa pun saat di panggil. Ia takut terjadi sesuatu pada sang putri,

"Cepat pa, dobrak saja." Ucap Aleena cemas.

Galih mendobrak kuat pintu hingga berhasil terbuka.

"Manda" Pekik Aleena saat melihat tubuh Manda yang tergeletak di lantai.

.

.

Bersambung

Apa yang terjadi dengan Manda ya?

Stay tune terus ya gays 🥰🥰

Happy reading 🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!