Mengejar Cinta Dokter Tampan

Mengejar Cinta Dokter Tampan

Bertemu kembali

Suara petir yang menggelegar serta angin bertiup kencang dan hujan lebat membuat aktivitas semua orang terhenti, apalagi yang aktivitasnya di luar. Begitupun dnegan Amanda. Gadis remaja yang sedang mengamati hujan tak kunjung berhenti membuat hatinya jengkel. Ia terus saja memperhatikan jam di pergelangan tangannya. Sudah dua jam hujan tak kunjung berhenti membuat ia gelisah. Ia terus saja berjalan mondar mandir resah menantikan akan reda nya hujan.

"Kok gak berhenti-berhenti sih." Gumamnya gelisah. Bagaimana tidak, hari sudah semakin gelap dan waktu malam akan segera tiba. Ia khawatir jika mama nya akan merasa khawatir karena ia bum pulang. Mau menghubungi mama nya tetapi ponselnya mati. "Mama pasti khawatir ni." Gumamnya sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

"Manda, mata gue sakit lihat Lo kayak setrikaan begitu. Kenapa sih? kaya kucing kehilangan induk aja Lo." Ujar sinta sahabat Manda protes. Ia pusing yang dari tadi melihat Amanda yang terus mondar mandir seperti setrikaan.

"Gue bingung ni mau pulang, ujan gak berhenti-berhenti lagi." Sahut Manda.

"Ya sabar dong beb, orang tua Lo gal bakal marah deh kalau Lo pulang telat, secara lagi ujan." Sahut Sinta. Amanda memang tidak pernah pulang telat kerumah, jika pun ia ada tugas atau yang lain ia pasti akan izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.

"Ini gara-gara elu sih, coba aja tadi langsung pulang, gak bakal kejebak hujan begini deh." Ucap Manda kesal. Sehabis pulang kuliah, Sinta minta di temani manda ke butik, awalnya manda menolak, namun Sinta merengek minta ditemani. Ia mengatakan bahwa hanya sebentar karena ia cuma mau mengambil baju yang sudah ia pesan terlebih dahulu. Mau tidak mau akhirnya Manda menemani sinta. Namun baru saja beberapa menit sampai di butik tempat Sinta membeli baju, hujan turun dengan derasnya hingga membuat mereka terjebak dan tidak bisa pulang. Bahkan sudah dua jam mereka menunggu tapi hujan juga belum reda.

"Ya mana gue tau kalo bakal hujan." sahut Sinta menyesal.

Manda melihat keluar, tidak ada tanda-tanda hujan mereda. Dalam benaknya terpikir apakah ia terobos saja hujannya? Menurut nya hujan seperti ini akan lama berhenti. Lebih baik ia terobos saja. Meski basah oleh hujan ia tidak masalah.

"Gue terobos saja deh." Ucap Manda sembari bangkit dari duduk nya. Ucapan Manda Sontak saja membuat Sinta kaget.

"Hey jangan nekat Lo manda." Cegah Sinta, tali Manda tidak mendengar. Ia tetap pada pemikiran nya jika ia harus segera pulang. Ia terus melangkah menuju sepeda motornya. Jika saja ia mengendarai mobil tentu saja tidak membuat ia khawatir jika harus pulang dalam keadaan hujan. Ia lebih suka mengendarai motor nya. Papa nya sudah membelikan ia mobil namun ia hanya menjadikan mobilnya pajangan di garasi, yang hanya digunakan pada waktu tertentu saja. Ia lebih sering menggunakan motor kesayangan nya itu.

Dengan kecepatan sedang ia menerobos hujan dan membelah jalanan. Beruntung nya saat hujan begini jalan menjadi sepi. Jadi ia bisa dengan leluasa menguasai jalan tanpa takut macet.

Motor Manda menyalip sebuah mobil yang juga sedang melaju searah dengannya. Seseorang yang sedang berada dalam mobil itu menggeleng melihat sebuah motor ya g menyalip mobilnya. Ia tidak habis pikir dengan pengendali motor itu, bisa-bisanya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi saat hujan begini. Menurut pengemudi mobil jika motor Amanda melaju Dnegan kecepatan tinggi sedangkan bagi Amanda itu hanya kecepatan rendah. Ia bahkan pernah melebihi kecepatan nya yang sekarang.

"Anak muda zaman sekarang memang gak sayang dengan nyawa nya." Gumam seseorang dengan fokus mengendalikan setir. Saat sedang fokus melihat lurus ke depan tiba-tiba ponselnya berdering. Ia acuhkan panggilan itu karena ia dapat melihat nama yang terdaftar panggilan. Ia enggan mengangkat nya karena alasan tertentu. Baru saja panggilan berhenti kemudian ponselnya berdering lagi, tetapi bulan nomer yang tadi melainkan nomer mama nya. Ia mengangkat panggilan itu dengan cepat.

"Iya ma, sorry aku gak bisa jelas mendengar, hujannya terlalu lebat." Ucap nya dengan suara tinggi setengah berteriak agar lawan nya bicara bisa jelas mendengar suaranya. Ia pun mengakhiri panggilannya dan meletakkan ponselnya kembali di dashboard mobilnya.

Brak.

Mobilnya menabrak sesuatu. Ia sangat kaget karena ia menabrak sesuatu, tapi apa? Padahal pandangan nya hanya teralih sejenak saat ia meletakkan ponsel namun ia bisa menabrak sesuatu. Saat hujan begini ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depan, hingga ia membuka pintu mobil dan keluar. Ia ingin tahu apa ya h ia tabrak.

Matanya membola melihat seseorang yang tergeletak di jalan karena mobilnya menabrak orang itu. Dengan cepat ia menghampiri orang itu tanpa curiga serta takut apakah orang itu adalah orang baik yang benar-benar tertabrak atau hanya sindikat dari kara begal.

"Sorry, saya benar-benar tidak sengaja." Ucap nya smabil membantu orang itu bangkit.

"Ahh.." erang orang itu kesakitan. Ia memegang kakinya yang mungkin terluka. Karena guyuran hujan tidak nampak apakah kakinya terluka atau tidak. Tali yang pasti ia kesakitan dan itu menandakan ia sedang terluka.

Orang itu membuka helm pengendara motor itu, dan betapa kagetnya ia melihat ternyata ia seorang wanita. Ia pikir pengendara motor itu seorang laki-laki karena dari motor nya yang gede. Ternyata seorang wanita. Dan dia adalah Amanda.

Amanda tadi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan menyalip mobil seseorang hingga tiba-tiba motor nya mati di tengah jalan. "Lha, kok mati?"Ucapnya kesal. Kenapa bisa motor nya mati padahal ia selalu servis motor nya. Amanda memukul setir motor nya karena kesal. Malah perjalanan nya masih jauh, namun motor nya tiba-tiba mati. Mau minta bantuan siapa saat hujan begini. Pikir nya. Ia turun dari motornya namun naas baru saja ia menjejakkan kakinya tiba-tiba ada sebuah mobil yang menabraknya hingga ia jatuh dan ditimpa oleh motor nya.

"Ah.." Teriak Amanda kesakitan. Kaki nya sangat sakit akibat tertimpa motor nya.

Amanda m lihat seseorang yang menolongnya. Ia hendak marah dan mengumpat orang yang sudah menabraknya namun ucapan Manda melayang di udara. Ia terdiam sejenak melihat orang itu. Wajahnya sangat tidak asing baginya. Wajah yang sudah tiga tahun ini yang menghantui pikiran nya.

"Dia kan?" Gumam Manda berpikir apakah ia tidak salah. Ia meneliti wajah itu kemudian ia tersenyum. "Tidak salah lagi, dia memang orang itu." Ucapnya dalam hati merasa yakin. Meski diguyur oleh hujan namun ia sangat hapal wajah itu.

.

.

Bersambung.

Sebelumnya baca juga novel "My love perfect lecturer" ya agar bisa nyambung dengan ceritanya ☺

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!