Lucas dan Frandes bergidik ketakutan melihat mamanya berdiri gagah sambil bersedekap, menunggu jawaban pasti dari mulut mereka berdua. Bibi Greace hanya tersenyum kecil melihat kedua tuan kecilnya begitu gemetar di hadapan sang mama.
"Ayo jawab! Apa yang kalian bicarakan di belakangku?" tanya Oshi dengan wajah garang dengan mata mendelik.
"Anu, anu mama...tidak ada." jawab Frandes memberanikan diri mendahului Lucas biar tidak mengadu.
"Sekali lagi, jawab dengan jujur. Atau, bibi ambil sambal di dapur. Jika mereka tidak mau jujur, akan aku celotek mulut kalian pakai sambal." ancam Oshi dengan serius dan bukan main-main.
"Iya, iya, iya. Aku nyerah!" jawab Lucas dan Frandes bersamaan karena takut ancaman itu dilakukan mamanya.
"Kemana mama kami yang lembut dan penuh kasih sayang itu? Sekarang di hadapan kami hanya ada sosok mama jahat yang galak!" gertak Frandes yang memang jiwanya pemberani dan tidak takut apapun.
"Frandes benar, sejak mama kembali dari Belanda, sikap mama berubah total. Apa yang sudah terjadi ma?" tanya Lucas sambil menatap tajam ke wajah mamanya.
"Kalian masih kecil, jangan ikut campur urusan orang tua. Mengerti?" kata Oshi yang masih berlagak kuat dan garang.
"Apakah papa sudah menyakitimu? Jangan kami yang jadi sasaran. Terutama Green, dia masih 1 tahun!" jawab Frandes dengan berani membela adik kecilnya tersebut.
"Diam!!" bentak Oshi dengan keras dan wajah merah padam.
"Tuan kecil berdua, pergilah. Pikiran mamamu sedang kalut. Bermainlah di luar ya?" cegah bibi Greace menyelamatkan keduanya dari amukan nyonyanya.
"Aku benci mama! Mama bukan orang tuaku!!" teriak keduanya geram sambil berlari menjauh.
"Fuuuh, biarlah mereka membenciku. Setidaknya ada orang yang membela Green kelak," kata Oshi sambil menghempaskan nafas pelan-pelan untuk mengakhiri aktingnya.
"Mereka masih kecil nyonya. Apalagi anda sudah 2 tahun meninggalkan mereka." kata bibi Greace dengan sabar memberi pengertian kepada Oshi supaya memahami apa yang putra-putranya rasakan.
Oshi diam tanpa berkata apapun. Wanita cantik itu kembali mengurung diri di kamarnya. Dia melihat Pamela, wanita muda itu sedang menggendong Green kecil dalam pelukannya. Rupanya malaikat kecil itu tidur pulas di dalam gendongan Pamela.
"Nyonya butuh sesuatu?" tanya wanita muda itu dengan sopan.
"Tidak, jangan ada yang berani menggangguku. Ajak momonganmu ke kamarmu, jangan biarkan dia menangis. Aku tidak suka berisik!" jawab Oshi dengan ketus sambil menutup pintu kamarnya.
"Baiklah nyonya...." sahut Pamela pelan dengan nada sedih, dia memeluk erat Green. Air matanya pun membasahi pipinya.
"Jangan menangis ya pangeranku...walau mamamu tidak menginginkanmu, aku mencintaimu." katanya pelan sambil berlalu.
Hari-hari pun berlalu. Keluarga ini pun menjalani hidupnya dengan gigih. Segigih nyonya ini menginginkan seorang putri. Ketika Green berumur 2 tahun, sang nyonya hamil besar.
Kehamilan yang kelima, yang sangat di nantikan oleh Oshi. Karena dia tidak mau kecewa lagi, maka Oshi memutuskan tidak mau USG.
Kehamilan ini benar-benar membuat tuan Roger cemas. Sedangkan Oshi, sang istri sangat trauma jika tahu kandungannya laki-laki lagi. Karena itu, dia selalu menolak untuk diperiksa atau pun di USG.
Harapan besar tercurah pada bayi yang dikandungnya saat ini. Di prediksi akan lahir pada akhir musim semi.
"Semoga lahir perempuan. Jika lahir laki-laki lagi, aku bisa gila!!" kata Oshi dengan putus asa.
"Dirimu yang sedang hamil, aku yang ketakutan. Nasib Green jangan kau limpahkan juga pada bayimu ini. Apapun jenis kelaminnya, dia adalah anakmu!" kata sang suami dengan tegas sambil merengkuh istrinya ke dalam pelukannya.
"Tidak akan pa, aku sangat mengharapkan bayi ini. Sejak mengandung dirinya, aku sangat bahagia. Aku mencintainya pa," balas Oshi dengan manja, sambil mengelus perut buncitnya.
"Sungguh hebat dirimu, hamil sampai 5 kali. Jika laki-laki lagi dan lagi, apa masih mau hamil lagi? Bisa membentuk tim sepak bola Scotlandia nanti," canda sang suami sambil tersenyum geli membayangkan jika hal itu jadi nyata.
"Memangnya aku kambing? Disuruh bunting melulu," sahut Oshi dengan wajah merengut.
"Hahaha, siapa tahu kau maunya begitu." jawab sang suami tertawa kencang.
"Maafkan aku pa. Sikapku terhadap anak-anak sudah keterlaluan. Semoga mereka mau memaafkanku." kata Oshi dengan wajah menyesal.
"Ya, sikapmu galak sekali. Apa sengaja mau dibenci oleh anak-anakmu?" tanya sang suami dengan serius.
"Memang harus seperti itu. Biar mereka tidak manja. Jika mereka besar nanti, pasti mengerti." jawab Oshi singkat.
"Bagi mereka, sekarang dirimu adalah iblis. Apa karena ambisimu sehingga bersikap jahat kepada putra-putramu sendiri? Lembutlah sedikit kepada mereka, terutama kepada Green." kata sang suami menatap tajam ke arah istrinya itu.
"Biarlah aku menjadi tokoh antagonis demi kemandirian mereka. Selama ini, mereka sudah cukup di manjakan oleh kakeknya. Aku tidak mau, sifat manja mereka menjadi boomerang di kemudian hari." jelas Oshi dengan sungguh-sungguh agar suaminya mengerti.
"Lembutlah sedikit kepada mereka ma. Terutama kepada Green. Anak itu sangat pendiam, aku hampir tidak pernah mendengar suara tangisnya. Anak sekecil itu sudah tahu, mamanya tidak menginginkannya," ucap sang suami tertunduk sedih.
"Sudah ada Pamela yang sangat mencintainya pa. Papa jangan ingkar janji ya? Jika sudah saatnya, akan kutagih janjimu itu!" kata Oshi dengan serius dan tegas menatap mata suaminya.
Sang suami tidak bisa berkata apa-apa. Beliau diam seribu bahasa. Saat teringat Green, hatinya pilu. Anak itu hendak di bunuh oleh ibunya sendiri. Apa istrinya sudah gila karena ambisinya?
Suatu malam di akhir musim semi, ketika bulan sedang purnama. Ketika kuncup-kuncup bunga carnesia bermekaran dan menebar keharumannya.
Bayi dalam kandungan Oshi menendang-nendang begitu kuat hingga menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan. Seisi rumah panik. Tuan Roger menjadi gugup.
Oshi langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Proses kelahirannya sangat sulit. Dokter yang menangani proses kelahiran Oshi, memanggil tuan Roger ke ruangannya.
"Ada hal darurat yang harus saya sampaikan. Ibu dan bayinya dalam bahaya jika tidak segera di oprasi!" jelas dokter itu dengan serius.
"Lakukan saja apa yang menurut dokter baik. Asal keduanya selamat dok," jawab Tuan Roger gemetaran. Baru kali ini, beliau sangat ketakutan. Padahal sudah 4 kali beliau menantikan kelahiran anak-anaknya. Namun tidak pernah setakut ini.
"Justru hal ini yang ingin saya bicarakan. Nyawa istri ada dalam bahaya, jika rahimnya tidak diangkat," lanjut dokter itu lagi memberi penjelasan dengan rinci.
"Apa?!" tuan Roger tersentak kaget dan terhenyak dari tempat duduknya.
Syok dan tidak percaya menjadi satu. Sekali lagi beliau bertanya kepada dokter tentang apa yang barusan beliau dengar. Jawaban dokter itu selalu sama.
Dokter menjelaskan apa yang terjadi pada pasien dengan detail. Penyebab utamanya adalah pasien pernah berusaha menggugurkan kandungannya dengan mengkonsumsi obat keras dalam dosis besar yang sangat rawan pada kerusakan rahim.
Dengan setengah sadar, tuan Roger mendengarkan penjelasan dokter. Tanpa pikir panjang, beliau langsung menanda tangani dokumen oprasi yang di sodorkan oleh dokter.
Dokter segera bertindak. Pasien langsung dipindahkan ke ruang oprasi besar. Malam itu terasa begitu panjang. Tuan Roger menanti dengan harap-harap cemas. Tak henti-hentinya bibir beliau berucap doa. Demi keselamatan istri dan bayinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Aris Pujiono
bikin sedih
2022-01-16
1
Restviani
maaf baru mampir kembali thor...
2021-04-22
1
Krimbal Ade
salam dan like dari KAKAK KANDUNGKU IBU MERTUAKU
2021-02-28
1