3. Kematian Sang Bangsawan

Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kelahiran Green yang tidak diharapkan, membuat takdirnya kelak disukai semua wanita. Siapapun sanggup berkorban demi mendapatkan dirinya. Ketampanannya laksana sang dewa Yunani, Dewa Appolo sang Dewa Matahari.

"Lihatlah putra keempat kita mama, pangeran mungil yang tampan sekali. Dia tidak mirip aku maupun dirimu. Dia mewarisi rambut mamiku," kata sang suami sambil menimang Green mungil yang masih tidur.

"Huh!" balas Oshi singkat sambil membuang muka.

"Sungguh wanita yang tidak berperasaan. Cobalah tengok sebentar bayimu," bujuk sang suami yang memendam rasa jengkel kepada sikap istrinya itu.

"Serahkan ke pengasuhnya saja. Kemana Pamela?" tanya Oshi cuek.

"Sedang pergi belanja. Oh iya, besok kita harus kembali ke Ibronk. Papi sedang sakit. Aku kangen ketiga putraku. Pasti mereka sudah besar sekarang." kata sang suami sambil menidurkan Green ke tempat tidur bayi.

"Baiklah, Pamela juga ajak kesana. Cuma dia yang bisa urus Green. Aku tidak sudi." jawab Oshi dengan wajah bersungut-sungut.

"Iya, iya, jangan sewot terus begitu. Ayo, bersiap-siap untuk perjalanan besok. Kutinggal ke kantor dulu ya?" pamit sang suami sambil meninggalkan kecupan manis di bibir Oshi.

"Ingat janjimu, aku sudah melahirkan putra keempatmu. Jika suatu saat, kutagih janjimu....papa tidak boleh ingkar!" balas Oshi serius sambil menerima kecupan manis bibir suaminya.

Tiba-tiba ada kabar mendadak ketika tuan Roger hendak ke kantor. Sang bangsawan sedang kritis. Jantungnya kambuh dan sedang di rawat di UGD. Tanpa pikir panjang, Roger, Oshi dan Pamela berangkat ke Ibronk, Scotlandia.

Sang bangsawan menghembuskan nafas terakhirnya sebelum melihat cucu laki-laki yang keempat. Kelahiran Green sangat menyedihkan dan tidak beruntung, karena sang kakek tidak sempat melihatnya. Dia tidak dikehendaki oleh mamanya. Dan kini, dia tidak sempat mendapatkan kasih sayang dari kakeknya.

Dalam hidupnya, dia tidak mendapatkan kasih sayang siapapun. Hanya sang papa yang selalu membelanya dari kebencian sang mama. Lalu pengasuhnya, Pamela adalah bagaikan ibu kandung yang sangat mencintainya.

Tak ada tempat bermanja lagi bagi keempat pangeran Naraya. Sang kakek tersayang telah tiada. Beliau meninggal dalam damai. Karena hari-harinya di habiskan penuh rasa bahagia bersama ketiga cucunya yang sangat menyayanginya.

"Tidak ada lagi yang memanjakan kita, mama sudah punya adik bayi lagi," kata Arden sedih, yang kini berusia 5 tahun.

"Jangan khawatir, kan ada aku," jawab Frandes sambil merangkul adiknya itu, kini dia berusia 6 tahun.

"Ada aku juga, kakek sudah capek mengurusi kita. Biarkan kakek beristirahat dengan tenang ya Ard?" ucap Lucas sambil menggandeng kedua adiknya untuk meninggalkan pemakaman, kini usianya 7 tahun.

Kematian sang bangsawan Frederik Fiekriek Naraya membawa duka yang sangat mendalam. Terutama bagi putra tunggalnya dan menantunya. Di saat-saat terakhir beliau, mereka tidak berada disisinya. Beliau menghabiskan hidupnya bersama ketiga cucunya.

"Kenapa aku tidak cepat pulang? Aku sungguh seorang anak yang durhaka!!" sesal Roger sambil menangis dalam diam.

"Tuan muda jangan begini terus. Tuan besar sangat bahagia di akhir hidupnya. Karena beliau selalu ceria dan tertawa bersama ketiga cucunya. Apalagi ketika beliau tahu, nyonya melahirkan putra keempat," jawab paman Jhon dengan sabar menghibur tuan mudanya.

"Sudah berapa lama papi menyembunyikan sakitnya? Kenapa paman tidak memberitahukan hal itu kepadaku?" tanya Roger dengan penyesalan yang sangat dalam.

"Beliau sudah lama sakit. Tapi beliau melarangku untuk memberitahukannya padamu tuan muda. Beliau berjuang untuk bertahan demi ketiga cucunya." jawab paman Jhon sedih.

"Papi lebih mencintai anak-anakku daripada aku. Kekuatan cintanya kepada anak-anak memberinya kekuatan hidup hingga akhir hayatnya. Baiklah paman, sekarang aku mengerti. Trimakasih banyak, sudah setia mendampingi papiku," kata Roger sambil memeluk erat paman Jhon.

"Kalian adalah keluargaku," balas paman Jhon sambil berkaca-kaca.

Hari-hari pun berlalu. Keluarga inipun menjalani hidup dengan gigih. Segigih nyonya rumah yang masih menginginkan anak perempuan.

"Papi mertua sudah meninggal. Kedua orang tuaku juga. Rumah ini begitu sepi. Anak-anak pergi ke sekolah. Green yang kini berusia 1 tahun bersama Pamela. Suamiku gila kerja. Cuma para pelayan yang mondar-mandir di rumah ini. Tidak seru, aku sungguh kesepian seorang diri." lamun Oshi sambil mendesah memandang bunga-bunga carnesia yang kuncupnya bermekaran di rumah kaca.

"Masih ada saya nyonya," sahut bibi Greace yang tiba-tiba muncul membawakan cemilan untuknya.

"Aku ingin anak perempuan bi. Biar aku ada yang menemani. Bisa shoping berdua, bisa ke salon berdua. Dan merawat bunga-bunga ini berdua. Pasti sangat menyenangkan bila keinginanku terkabul." jawab Oshi sambil tersenyum dan tangannya memetik setangkai bunga carnesia yang masih kuncup.

"Nyonya masih muda, pasti bisa hamil lagi. Jangan menyerah nyonya." kata bibi Greace memberinya semangat.

"Aku takut bi, takut jika melahirkan bayi laki-laki lagi. Hatiku pasti syok dan tidak akan siap!" jawab Oshi sedih bercampur jengkel.

"Kehendak Tuhan adalah mutlak nyonya. Manusia hanya mampu berencana. Hasil akhir tetap Tuhan yang tentukan," kata-kata bibi Greace mengandung nasehat yang menyejukkan hati Oshi.

"Jika manusia melawan takdirnya, bagaimana bi?" tiba-tiba Oshi menanyakan hal itu dengan serius.

"Tuhan tidak akan memaafkannya. Karena takdir tetaplah takdir. Kalau nasib, manusia boleh merubahnya," jelas bibi Greace dengan detail supaya Oshi mengerti.

"Baiklah bibi, aku mengerti. Seperti bunga kuncup carnesia yang ku petik ini, dia tidak akan bisa mekar lagi. Begitulah takdirku," jawab Oshi tersenyum simpul. Senyuman itu tersimpan kesedihan dan kesepian hatinya.

"Eh?" bibi Greace jadi bengong. Tatapan heran pun kearah nyonyanya yang tertunduk lesu.

"Biarkan aku sendiri bi," kata Oshi kemudian.

"Baiklah nyonya," jawab bibi Greace yang pergi meninggalkan Oshi sendirian di rumah kaca.

Bunga-bunga tertata rapi. Bunga mawar, carnesia, dandelion, tulip dan anyelir mekar dengan indahnya. Taman bunga di rumah kaca itu seperti surga kecil bagi Oshi. Hari-harinya selalu di habiskan di tempat ini. Dia sendiri yang merawat bunga-bunga di tempat ini.

"Mama dimana bi?" tanya Lucas yang baru pulang dari sekolah.

"Kita ke tempat mama yuk," sahut Arden yang baru tiba juga.

"Mama pasti ada di rumah kaca. Mau kemana lagi mama pergi? Hanya itu tempat faforitnya," sahut Frandes yang menanggapi dengan santai.

"Kita ganti baju dulu, baru kesana," balas Lucas sambil menuju lorong kamarnya.

"Mama aneh deh kak?" kata Frandes yang heran dan ingin tahu.

"Aneh apanya?" tanya Lucas tak paham.

"Mama tidak begitu peduli dengan Green." sahut Frandes singkat.

"Hush, jangan bicara sembarangan," balas Lucas sambil menghardik Frandes untuk diam.

"Mama tidak pernah sekalipun menggendong Green sejak kembali ke Ibronk. Kasihan Green ya kak?" kata Frandes sambil terus bicara. Lucas mendadak berhenti.

"Kau benar juga. Apa yang terjadi di Belanda? Katanya cuma menjenguk papa sebentar. Ternyata hampir 2 tahun. Tahu-tahu pulang bawa Green kecil." kata Lucas menebak-nebak dan berusaha mencari jawaban.

"Apakah mungkin papa selingkuh dan Green bukan putra mama?" bisik Frandes di telinga Lucas.

"Hush!! Jangan ngawur!!" cegah Lucas langsung membekap mulut adiknya itu.

"Habisnya mama..." kata-kata Frandes terputus karena orang yang sedang mereka bicarakan muncul dihadapannya.

"Mama kenapa, hah?! Anak kurang ajar, suka membicarakan orang tua di belakangnya ya??" tanya Oshi tegas sambil menjewer telinga Lucas dan Frandes bersamaan.

"Aduuuh, ampuuun mama...ampuun," teriak Frandes yang kesakitan. Sedangkan Lucas hanya meringis. Berharap mamanya segera melepaskan telinganya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan tentangku hah?! Ayo jawab dengan jujur!!" Oshi melepaskan jewerannya.

Dengan mata mendelik, dia tatap kedua putranya. Kedua tangannya bersedekap di dada dengan gaya wanita kuat yang tak terkalahkan di hadapan kedua putranya yang ketakutan.

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

hah tidak besyukur

2022-01-15

1

SweetSourKiwi

SweetSourKiwi

bagus ceritanya

2021-04-23

1

anggita

anggita

like yg tercecer

2021-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!