Elfiza tak pernah membayangkan jika dirinya bisa secepat ini merasakan yang namanya cinta, awalnya ia hanya ingin memastikan apakah debaran itu dan rasa nyamannya terhadap Nano itu hanya sementara saja.
Namun ternyata seiring berjalannya waktu dan serinya mereka menghabiskan waktu malah menimbulkan benih yang lainnya, yaitu takut akan kehilangan dan rasa cemas saat Nano bersama cewe lainnya mungkin bisa dibilang rasa cemas itu adalah cemburu.
Tapi terlepas dari itu semua ia bahagia, bahagia karna Nano selalu melambungkan angannya, hatinya dan imajinasi juga hayalan masa depannya bersama Nano.
Benar apa kata orang jika cinta hampir sama manisnya seperti kue dan makanan manis lainnya, anggaplah cinta itu bagaikan semanis tiramisu makanan vaforitnya yang selalu melambungkan angannya kala menggigitnya.
Cinta tak hanya bisa menjadi semanis tiramisu cinta bisa berubah menjadi sepahit kopi tanpa gula, ya mungkin terlalu dini untuknya mengenal cinta terlalu awal untuknya mengenal manisnya cinta tanpa Elfiza sadari dia terperosok jauh kedalam rasa yang perlahan tapi pasti itu, namun sayang bukan hanya kebahagiaan yang datang tapi luka dan duka pun datang silih berganti cinta yang diawali dengan rasa manis itu harus berakhir dengan rasa yang pahit.
Bukan hanya manis yang Nano tebarkan dihati dan hidup Elfiza, luka juga Nano torehkan dihati dan hidup gadis mania itu, luka yang amat sangat manis itu tercetak sempurna dihatinya.
"El" ucap Nano
"Hemm" Elfiza hanaya menjawab dengan dehemannya saja.
"Loe tau ga kenapa loe itu kaya bintang?" tanya Nano yang dijawab dengan gelengan saja oleh Elfiza.
"Karna loe itu bersinar El, terutama disini dihati gue" ucap Nano kembali sembari menunjuk dada sebelah kirinya, entah menga mendapat ucapan yang jelas hanya gombalan semata itu membuat hati Elfiza merasa berbunga saja.
Hatinya seperti dihinggapi ribuan kupu - kupu yang terbang, "Gue pengen jadi bulan buat loe" ucapnya lirih
"Kenapa?" tanya Elfiza.
"Karna loe bintangnya El, bulan yang selalu ada buat bintang, jadi gue pengen selalu ada buat loe" ucap Nano kembali
"Love you " ucap Nano lirirh sembari megecup puncak kepala Elfiza.
"Love you too Nan" balas Elfiza.
Nano mungkin menepati janjinya sebagai rembulan untuknya, tapi sayangnya Nano pun seperti angin, angin yang berhembus hanya datang dan tak menetap.
Elfiza terlalu jauh berfikir dan terlena akan ucapan manis sang pujangga cinta itu tanpa ia sadari perlahan luka itu tertoreh oleh orang yang amat sangat berharga dihidupnya saat ini.
Tak pernah ada seorangpun yang menginginkan perpisahan itu terjadi, iya siapa yang ingin terpisah dari orang terkasinya takan mungikin ada yang mau bukan.
Itu pula berlaku pada Elfiza, ia pun tak ingin perpisahan itu ada sayangnya semesta berkata lain suratan telah menjadikan takdir itu nyata bahwa perpisahan ada.
Selang beberapa bulan mereka menjalin asmara Nano mulai menampaki perubahan dirinya mulai berubah, awalnya Elfiza tak abil pusing namun lama kelamaan dirinya merasa curiga pula ada hal yang tidak beres antara Nano dan Nadin yang tidak ia ketahui.
"Loe tu kenapa si bawaannya curigaan mulu ama gue?" Tanya Nano saat Elfiza menanyakan isi chatnya dengan Nadin.
"Kan gue cuman tanya kenap loe jadi emosi?" Tanya balik Elfiza, sebiasa mungkin.
"Nanya yang kayagimana yang loe sebut nanya? Itu bukan pertanyaan tapi tuduhan!" tegas Nano.
"Gue ga pernah nuduh gue cuman tanya loe deket ya ama Nadin? itu aja apa gue salah tanya itu ke loe" sarkas Elfiza.
"Salah.. kenapa loe tanya gitu ke gue seakan gue itu selingkuh sama Nadin" bentak Nano.
"Gue ga nuduh Nan gue cuman tanya, atau jangan - janga memang bener" ucap Elfiza menggantungkan kata - katanya.
"Jangan mikir yang engga - engga El karna hati gue cuman buat loe" tegas Nano.
"Ok kalau emang kaya gitu buktiin ucapan loe itu benar" tukas Elfiza lantas berlalu pergi.
Ya kejadian seperti itu selalu terjadi beberapa minggu terakhir ini, entah mengapa perdebatan diantaranya semakin intens saja, membuat Elfiza merasa tidak nyaman sendir.
Pertanyaan dan pemikirannya seakan tertuju pada Nano dan Nadin tapi ia selalu menepis hal - hal buruk itu bukan hanya menjaga perasaan Nano tapi ia menjaga hatinya yang tak ingin merasakan sakit.
Saat ini yang ingin dilihatnya adalah pembuktian dari ucapan kekasihnya itu apakah benar tau malah melenceng. Dia akan memberi ruang dan kesempatan untuk membuktikan ucapannya itu.
'Kuharap semua yang kamu katakan itu benar adanya dan rasa takut ini akan hilang Nan ... tapi jika tidak kuharap bukan dia orangnya' batin Elfiza berbicara kala mengingat ucapan nano utunknya..
TBC..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments