Bab. 5 Pasangan Mesra

Sejak kejadian kemarin, jarak antara Faris dan Naima seakan semakin membentang. Keduanya saling diam meski berada dalam satu mobil yang sama.

Kendati demikian Naima tetap ingin menaruh hormat pada suaminya. "Makasih ya, Mas, aku pamit dulu." Naima mengulurkan tangan, pamit pada suami yang tak acuh padanya.

"Hmm ...." Hanya itu yang keluar dari mulut Faris.

Naima turun, dan menunggu sampai mobil suaminya berjalan. Menatap getir pada mobil yang lama kelamaan menghilang dari pandangan.

Sejak menikah ia belum pernah melihat senyum lelaki itu. Padahal dulu sebelum Faris melamar Naima, pria itu begitu gigih mendekati Naima. Mencari perhatian wanita itu sampai akhirnya Naima luluh. Enam bulan Faris berjuang untuk mendapatkan hati Naima, tapi semua rasa itu hilang dalam satu malam.

Kalau ingat bagaimana dulu Faris berjuang, rasanya sangat sayang sekali, tapi mungkin memang itu pilihan Faris. Naima sudah minta maaf, tapi Faris seolah enggan memberinya maaf.

Padahal semua bisa dibicarakan tapi Faris sudah kadung kecewa dan tak mau mendengar apa pun penjelasan istrinya. Kadang Naima berpikir kenapa ia tidak diceraikan saja kalau memang Faris tak lagi menginginkannya. Kenapa harus menahannya dengan sikap yang menyakitkan.

Naima sendiri masih berpikir ribuan kali kalau ia yang harus meminta cerai. Ia tidak mau membuat kakaknya kepikiran, pun tak mau nama baik kakaknya menjadi taruhan.

Ini sudah jadi jalan hidupnya, mungkin juga hukuman atas apa yang dulu ia lakukan. Naima sudah ikhlas menerima. Meski masih menyimpan harap hubungannya dengan Faris bisa diperbaiki.

"Eh, ngapain bengong di sini?" Ayu menepuk bahu Naima. Membuat Naima tersentak dari bayang masa lalu.

"Lho, udah datang? Diantar atau ...?" Naima celingukan mencari siapa yang mengantar temannya.

"Aku naik ojek," jawab Ayu. "Nanti sore aja baru aku ambil motorku sekalian belanja buat agenda ke panti nanti."

"Oh ...."

"Masuk, yuk," ajak Ayu. Sembari berjalan menuju ruang guru keduanya berbincang tentang agenda sekolah yang sudah lama terencana. Kunjungan anak-anak ke panti asuhan.

Naima memulai harinya dengan selalu berusaha tersenyum. Yang ia didik adalah anak-anak kecil, tentu ia harus menularkan vibes positif pada mereka. Senyum adalah permulaan untuk memulai hari ceria mereka.

Di kelas inilah, luka Naima seolah tersembunyi dalam. Tak terlihat oleh siapa pun, juga mampu membuat batin Naima lebih hidup. Ia gagal menjadi istri tapi ia tak ingin gagal menjadi pendidik. Banyak harapan yang ia pikul untuk anak-anak kecil penerus bangsa.

Harinya memang melelahkan tapi senyum anak-anak sebanding dengan rasa lelah yang ia dapat. Mengantar mereka melewati hari dengan belajar dan bermain sampai tiba jam mereka pulang.

"Aku sudah pesen mobilnya, mungkin sebentar lagi datang," ujar Bu Husnul. Salah satu guru yang akan ikut berbelanja bingkisan untuk agenda ke panti asuhan.

"Kita sudah siap, Bu," jawab Ayu. Naima pun mengangguk.

Begitu mobil pesanan mereka datang, ketiganya langsung berangkat menuju sebuah pusat perbelanjaan. Sesuai rencana mereka akan mencari hadiah untuk anak-anak panti asuhan yang akan mereka kunjungi nanti.

Tujuan mereka adalah sebuah toko yang menyediakan alat tulis dan berbagai souvenir.

"Gimana kalau ini." Ayu mengambil sebuah tas bergambar karakter superhero dan menunjukkannya pada rekannya—Bu Husnul dan Naima.

"Harganya berapa?" tanya Bu Husnul.

Ayu menunjukkan berapa harga yang ada di bandrol tas tersebut. Bu Husnul langsung menggeleng sebagai penolakan. Harga tas itu terlalu mahal untuk budget yang sudah mereka rencanakan, karena bukan hanya tas yang akan mereka beli. Kalau bisa beserta buku dan alat tulis lain. Syukur-syukur bisa dapat tempat minum sekalian.

Akhirnya ketiganya mencari lagi tas dengan harga yang cocok sesuai budget mereka. Ketiganya berpencar mencari barang yang cocok dan sesuai budget.

Naima sibuk mencari tas yang tersusun rapi pada deretan tas yang tergantung. Sampai pandangannya tanpa sengaja melihat dua orang yang berjalan melewati toko di mana ia berada. Pasangan yang terlihat begitu bahagia. Senyum sang pria pun begitu tulus saat merangkul wanita di sampingnya.

Hati Naima mencelos seketika melihat pemandangan itu. Ia tak pernah merasakan di posisi wanita tersebut. Suaminya bahkan tak pernah tersenyum di depannya, apa lagi merangkul Naima mesra.

"Ima, lihat kita udah dapat," seru Ayu yang datang bersama dengan Bu Husnul.

Kontan tatapan Naima akan pasangan mesra itu terdistrak. Tatapan sendu serta hati yang terasa pilu pun harus ia sembunyikan agar tak terlihat. Ia ulas sebuah senyuman sebagai topeng.

"Benarkah? Coba aku lihat." Naima mengambil tas yang dibawa oleh Ayu.

Memperhatikan tas tersebut termasuk harga yang ada di bandrol. Ia mengangguk setuju dengan pilihan kedua temannya.

"Kita cari apa lagi?" tanya Naima.

"Tinggal cari pensil warna," jawab Bu Husnul. "Ini buku dan alat tulisnya sudah dapat." Bu Husnul memperlihatkan isi keranjang yang ia bawa.

Ketiganya berjalan beriringan untuk mencari pensil warna bersama. Untunglah tak butuh waktu lama. Bu Husnul dan Ayu segera memutuskan barang mana yang akan mereka beli.

Usai berbelanja, Bu Husnul mengajak Naima dan Ayu untuk makan sebentar di food court. Karena Bu Husnul yang akan mentraktir, Naima dan Ayu tak ingin memilih menu yang mahal. Keduanya memutuskan untuk memesan mie dengan level kepedasan tertentu saja, yang menurut Naima harganya masih sangat terjangkau. Biarpun ditraktir tetap harus tahu adab, agar tak memberatkan yang mentraktir.

"Aku ke sana dulu, ya. Mau pesan ayam untuk orang rumah," ujar Naima. Mumpung di pusat makanan, Naima pikir tidak ada salahnya membeli ayam goreng. Itung-itung sebagai lauk nanti jika ia sampai rumah dan sudah lelah untuk memasak.

Rupanya menu ayam ini banyak sekali peminat. Naima harus antri untuk bisa memesannya. Pandangan pun mengedar melihat banyaknya gerai makanan yang tersedia. Berbagi menu dari yang klasik sampai yang sedang viral pun ada.

Untuk kedua kalinya, Naima melihat pasangan mesra yang sebelumnya ia lihat. Nampaknya mereka pun akan makan di tempat ini. Terlihat dari si pria yang menarik bangku untuk wanitanya. Sungguh perlakuan yang manis. Sangat kontras dengan sikap suaminya.

Naima tersentak saat tanpa sengaja tatapan pria tersebut jatuh padanya. Buru-buru Naima memalingkan muka. Kembali fokus menatap antrian di depannya untuk menghindar. Entah kenapa jantung Naima berdebar lebih cepat. Seperti pencuri yang sedang tertangkap basah.

Terpopuler

Comments

Nabila hasir

Nabila hasir

bagus sih ceritanya kepo untuk lanjutannya naima.
tapi kok ngeri2 sedih bacanya suaminya naima kah itu.
buat naima kuat dan bertindak untuk berpisah kalau memang suaminya naima yg di lihat ma cewek lain kk author

2024-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!