Bab. 3 Dituduh

Naima berjalan pincang menuju rumahnya. Menahan sakit yang entah lecet dibagian mana sebab tadi baik Ayu maupun Naima tak mau diantar periksa oleh pria yang menyenggol motor Ayu.

Akan tetapi pria itu memberikan nomor ponselnya jika ada sesuatu yang terjadi pada kedua wanita itu dan membutuhkan perawatan, pria itu sanggup bertanggung jawab. Pun ia mau mengantar Naima dan Ayu sampai ke rumah, karena khawatir kondisi Ayu yang lemas untuk naik motor sendiri. Sementara motor Ayu dititipkan di rumah warga sekitar untuk diambil nanti.

"Jam segini baru pulang ke mana, aja?" todong Yuni begitu Naima masuk ke rumah. "Terus itu tadi siapa yang antar, laki-laki, kan?"

Yuni yang tadi sempat melihat Naima turun dari mobil Devon pun mulai melontarkan kalimat-kalimat bernada tuduhan.

"Apa sekarang udah mulai berani terang-terangan dekati pria lain?" Yuni terus saja bicara tanpa memberi kesempatan Naima menjelaskan.

"Ada apa sih, Buk. Tiap hari kok ngomel aja bawaannya?" Farida yang mendengar ibunya terus bicara pun ikut keluar.

"Loh, baru pulang, Mbak?" sapa Farida melihat Naima.

Hanya anggukan yang menjadi jawaban Naima.

Farida menatap ibunya, dan langsung paham kepada siapa ibunya tadi terus mengomel.

"Iya jelas baru pulang, orang diajak jalan sama laki-laki," tuduh Yuni seenaknya.

Farida pun langsung menatap Naima, seolah mencari pembenaran.

"Buk, itu tadi bukan siapa-siapa. Dia hanya nolong Ima karena tadi Ima ...."

Yuni memotong cepat ucapan Naima. "Halah, itu pasti cuma alasan aja. Nanti aku bilang ke Faris kalau kamu udah mulai macam-macam. Bener-bener wanita nggak tahu diri, udah mandul, malah sekarang banyak tingkah!" Yuni seakan tak berhenti bicara meski ia sudah meninggalkan Naima.

"Maafin Ibu ya, Mbak." Justru Farida yang merasa bersalah akan semua ucapan menyakitkan Yuni. Farida tahu benar jika kakak iparnya itu orang baik, hanya karena belum bisa memberikan keturunan saja Naima jadi sering jadi bulan-bulanan ibunya.

Naima mengangguk. Ia selalu memaklumi semua kata-kata kasar mertuanya. "Aku masuk dulu, ya," pamit Naima.

"Itu kakinya kenapa, Mbak?" tanya Farida melihat Naima yang berjalan pincang.

"Oh, ini tadi jatuh dari motor waktu pulang."

"Apa?" pekik Farida. Kaget saat tahu kakak iparnya rupanya habis mengalami kecelakaan. Harusnya ibunya tadi mendengar dulu penjelasan Naima, bukan langsung menuduh yang bukan-bukan.

"Kok bisa?" Farida jadi ingin tahu penyebabnya.

"Tadi aku pulang dibonceng Ayu, terus karena kurang waspada saat menghindari kucing lewat, kami jadi terjatuh. Dan orang yang bawa mobil tadi itu bantu kami karena Ayu nggak bisa bawa motor buat pulang."

Nampak wajah prihatin Farida. Ibunya benar-benar salah telah menuduh kakak iparnya.

"Terus, udah diperiksain belum?"

Naima menggeleng, sembari memaksakan senyum. "Cuma luka lecet, nanti aku kompres air hangat aja. Udah ya, aku mau masuk dulu."

Farida hanya bisa mengiyakan. Dalam hati merasa iba dengan kakak iparnya.

Di kamar, Naima langsung meletakkan tas di atas meja. Kemudian membuka sepatu dan kaos kaki untuk melihat luka yang ada di kakinya. Benar saja, tumitnya membiru lebam, dan jari kelingkingnya lecet. Pantas saja sangat sakit dipakai jalan.

Ia pun masuk ke kamar mandi dan menyalakan air panas, mengisinya pada ember untuk merendam kakinya yang lebam. Setelahnya ia oleskan krim pada kaki yang lebam juga lecet.

Kalau boleh sebenarnya Naima ingin istirahat dulu, tapi mengingat pekerjaan rumah yang biasa ia lakukan, diurungkannya niat untuk rebahan. Masih dengan jalannya yang pincang, Naima keluar menuju dapur. Di sana piring kotor sudah menumpuk.

Yuni memang sengaja tak pernah mencuci piring bekas makannya sendiri. Tadi bahkan ia juga melarang Farida untuk mencuci piring dan peralatan yang habis dipakai untuk masak rendang keinginannya. Semua ia sengaja agar Naima punya pekerjaan sepulang dari sekolah.

Tanpa pikir panjang Naima melakukan tugas yang sudah biasa ia kerjakan. Tanpa keluh kesah.

"Sini Mbak, aku bantuin," ujar Farida yang melihat pekerjaan Naima yang banyak.

"Nggak usah, kamu jagain Lyra aja." Naima melarang karena Farida memang memiliki bayi yang harus dijaga.

Kalau sedang ditinggal lama oleh suaminya Farida sering datang ke rumah ini agar punya teman sekaligus ada yang bantu jaga putrinya yang masih bayi. Seperti hari ini, Dimas—suami Farida—ada urusan sampai malam, jadi Farida minta diantar ke rumah ibunya.

"Bener, nggak apa-apa?" Farida seolah tak yakin membiarkan kakak iparnya bekerja sendiri.

"Bener ... udah sana jaga Lyra aja," usir Naima. Meski kakinya sakit tapi tangannya masih bisa digunakan untuk mencuci piring dan segala perabot masak yang tadi dipakai.

Naima bisa menyelesaikan cuci piringnya tepat saat adzan Magrib. Ia pun bergegas untuk bisa segera salat. Waktu setelah salat ia gunakan untuk istirahat sebentar sebelum ibu mertuanya memanggil untuk menyiapkan makan malam.

Faris sendiri belum pulang. Suaminya itu memang sering kali pulang agak malam.

Tiba waktu makan malam, Naima keluar untuk menyiapkan makan malam ibu mertuanya. Yuni yang seperti ibu suri akan dipanggil jika hidangan sudah tersaji semua di meja makan.

Yuni dan Farida datang ke meja makan bersamaan. Farida menggendong Lyra dan memangkunya.

Naima ingin mengambil alih Lyra supaya adik iparnya itu bisa leluasa makan, tapi baru akan mengambil Lyra, terdengar bel berbunyi.

"Buka sana!" titah Yuni pada Naima.

"Bentar, ya," pamit Naima yang tidak jadi menggendong Lyra.

Wanita itu berjalan ke depan demi membuka pintu untuk tamu. Sebenernya dalam hati Naima juga bertanya siapa tamunya, sebab tidak mungkin jika itu adalah suaminya sendiri.

"Sebentar!" seru Naima saat bel kembali berbunyi.

Yuni yang memperhatikan langkah pincang Naima seakan tak mau peduli. Ia pura-pura tak melihat jika menantunya tengah sakit.

"Hai ...." sapa pria di depan Naima begitu pintu terbuka.

"Waalaikumsalam," jawab Naima.

Pria itu tertawa dengan salam yang dijawab Naima. Tatapnya juga tak ramah pada Naima. Membuat Naima risih.

"Silakan masuk," ujar Naima dingin.

Pria itu justru bergeming menatap Naima tidak sopan. Tahu akan tatapan tidak baik dari pria itu Naima memilih untuk segera pergi.

"Tunggu!" Pria itu meraih tangan Naima dan memegangnya.

Naima berhenti dan melihat tangannya ada dalam genggaman pria yang merupakan suami dari adik iparnya itu. Ia hempaskan dengan kasar tangan yang telah lancang memegangnya. Naima tak ingin banyak bicara, ia pergi begitu saja meninggalkan Dimas.

Dimas sendiri justru tersenyum menyeringai melihat kepergian Naima. Ia mengulas senyum licik di bibirnya.

*****

Di hotel tempatnya menginap, Devon mengingat kembali pertemuannya dengan Jenna setelah sekian lama. Penampilan dan sikap Jenna sangat jauh berubah. Bahkan bisa di bilang bertolak belakang.

Jenna yang dulu ia kenal adalah seorang wanita muda yang punya gaya fashion dan bicara ala bule. Namun, Jenna yang ia temui hari ini adalah wanita dengan balutan busana muslimah dan juga tutur kata yang sopan dan lembut.

Sepanjang jalan mengantar Jenna pulang, tak henti-henti Devon mencuri pandang lewat spion dalam. Memperhatikan lagi apakah yang ada dalam mobilnya benar-benar orang yang sama. Jenna yang dulu pernah ia selamatkan dari bosnya yang jahat. Wanita yang sempat ia ajak kabur ke panti asuhan di mana dulu ia dibesarkan.

Semua tanya dan kenangan berkelebat dalam otak. Jujur saja Devon masih mengingat semua. Bahkan dulu sempat berpikir untuk menjadikan Jenna bagian dari hidupnya. Sayangnya saat itu ia sedang bermasalah dengan hukum karena menjadi anak buah Gunawan—pria yang mengekploitasi Jenna. Ketika Gunawan ditangkap pihak berwajib, Devon pun terseret dalam kasus tersebut karena ialah yang disuruh untuk menjaga Jenna waktu itu. Meski begitu ia sempat berkata pada dirinya sendiri jika nanti ia terbebas dari hukuman, ia ingin mencari Jenna lagi. Jika memang Jenna belum menemukan jodohnya ia akan siap bersama wanita itu jika diijinkan. Dan setelah beberapa tahun, Tuhan mempertemukan mereka lagi tanpa sengaja.

Jenna ....

Naima Jennamira, apakah ini jodoh?

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Naima terlalu sabar jadi orang makanya suami dan mertuanya berani menyuruh ini itu sesekali lawan Naima jgn mau ditindas sama sama manusia jgn takut

2025-01-18

1

Uthie

Uthie

jodoh itu 😃

2025-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!