Bab 13

"Mama nginep sini kan?"

Perempuan lanjut usia yang masih tampak bugar itu mengangguk tipis.

"Iya, Mama nginap di sini!"

Gendhis kegirangan saat Oma nya mau menginap di rumah ini. Pasalnya, beliau jarang sekali mau menginap di rumah mereka.

Gadis itu bertepuk tangan dengan senang hati.

"Yeayyy...Ndish mau tidur sama Oma!!", kata Gendhis memeluk Oma nya. Sang Oma mengusap pelan lengan sang cucu dengan lembut.

Hanya Gilang yang terlihat biasa saja. Padahal selama ini, Gilang paling tengil di antara dua kembarannya.

"Gilang kenapa?", tanya sang bunda. Gilang tersenyum tipis lalu menggeleng.

"Ngga apa-apa bund!", jawab Gilang.

"Oh ya, Galang. Katanya ada yang mau kamu sampaikan sama kami'', kata sang ayah.

Galang berdehem pelan.

"Tadi, saat di gedung Galang sempat mengutarakan perasaan pada seorang gadis."

"Siapa, Ica?", tebak sang bunda. Galang mengangguk.

"Dari mana bunda tahu?"

"Semua juga tahu, Galang!", justru sang ayah yang menyahut.

Gendhis memperhatikan Gilang yang seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.

Gil...sepertinya Lo kalah start!

"Lalu bagaimana, Ica terima kamu jadi pacarnya?", tanya Oma.

"Oma, ayah, bunda...Galang ngga ada niat untuk pacar-pacaran. Insya Allah Galang mau langsung serius untuk ke jenjang pernikahan. Itu pun ...kalau Ica nya berkenan. Tadi, Ica sempat meminta waktu untuk berpikir."

Gilang yang tadinya menunduk memainkan ponselnya pun sontak mendongakkan kepalanya.

"Jadi ...Ica belom kasih jawaban apa-apa Gal?", tanya Gendhis.

"Belum, Ndish!", jawab Galang singkat. Gendhis beralih menatap Gilang yang juga sedang menatap dirinya.

"Eum...maap nih, kan selama ini kalian ngga deket. Tapi tahu-tahu Galang nembak Ica. Kalau...eum...maap-maap nih, Ica nolak gimana?", tanya Gendhis. Kedua orang tua mereka juga sang Oma mengangguk setuju.

Galang tersenyum.

"Perasaan kan ngga bisa di paksa Ndish. Aku cuma berharap, andaikata dia memang menolak ku, ya sudah ngga apa-apa. Itu hak nya Ica. Tapi...aku juga bilang sama Ica, tetap bersikap biasa saja. Setidaknya kami berteman."

Wajah Gilang masih datar. Setelah mendengar penjelasan Galang, Gilang berpamitan ke kamar lebih dulu.

"Oma, ayah bunda, Gilang ke kamar dulu!", pamit pemuda itu. Ketiga orang dewasa itu mengiyakan. Gendhis menatap punggung sang kembaran yang menaiki tangga.

Meski mereka kembar tiga, nyatanya Gendhis lebih dekat dengan Gilang. Mungkin karena mereka berada di lingkungan yang sama. Sedang Galang tinggal di rumah Oma mereka.

Obrolan itu masih berlanjut hampir sampai pukul sepuluh malam. Melihat Omanya beberapa kali menguap, Gendhis pun mengajak perempuan tua itu beristirhat.

💜💜💜💜💜💜💜💜

"Mbok yao...kalo milih pesawat yang datangnya tuh masih sore gitu lho, ndak tengah wengi koyo ngene!", celetuk Habibah.

Kedua orang tuanya tersenyum tipis.

"Kan Om Andra nya sempat berangkatnya pas pagi Bibah, wajar kalo sampai Indonesia tengah malam begini.

Habibah hanya membalasnya dengan anggukan. Sebenarnya bukan itu alasan Bibah berkomentar seperti itu. Tapi awalnya ia berniat chat dengan Ica atau Shaka. Sayangnya, ia tak ada waktu. Sedangkan hari sudah malam, mungkin saja mereka sudah terlelap dalam mimpi.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya Bibah melihat Omnya datang. Lelaki itu selesai bertugas di salah satu negara di benua biru.

Tidak hanya bertugas, tapi melanjutkan pendidikan secara beasiswa dari instansinya.

"Assalamualaikum ,mba...mas...!", sapa lelaki berusia tiga puluh enam tahun itu.

"Walaikumsalam!", jawab keduanya.

"Cuma ayah sama ibu yang di sapa, Bibah ngga!", sindir gadis itu.

Andra terkekeh pelan mendengar protes keponankannya.

"Iya...Habibah Binti Ganindra!", kata Andra terkekeh. Mereka berempat menuju ke mobil. Di saat akan menuju ke tempat parkir, ayah dari Habibah melihat seseorang yang ia kenal sambil membawa koper bersama seorang perempuan yang sama-sama sudah berumur.

"Kenapa Yah?", tanya Habibah.

Ayahnya tak menjawab apa-apa. Tapi langkahnya semakin cepat menuju ke sepasang suami istri yang mungkin sedang menunggu taksi.

"Maaf!", kata ayahnya Habibah.

Laki-laki yang sudah berumur itu menoleh. Tampaknya lelaki berusia senja itu tak mengenali ayah Habibah.

"Iya?", sahut lelaki itu pada akhirnya.

"Pak Ziyad Albiruni kan?", tanya ayah Bibah. Ziyad pun menganggukkan kepalanya.

Ayah Bibah menyalami Ziyad.

"Saya Ganindra pak Ziyad. Dulu saat saya masih awal di polres, anda adalah atasan saya di reserse!"

Ziyah menganga beberapa saat, tapi setelah itu ia menepuk bahu Ganindra pelan.

"Oh...iya! Saya ingat. Yang memecahkan kasus narkoba di salah satu supermarket itu kan? Kamu menyamar jadi ABG yang baru lulus SMA?", tebak Ziyad.

Ganindra alias ayah Habibah mengangguk pelan. Keduanya pun tampak mengobrol cukup akrab.

Apalagi Ziyad meminta agar Ganindra tak sungkan berbicara padanya. Toh, sekarang dirinya hanya rakyat sipil seperti pada umumnya.

Ziyad mengenalkan Citra pada Ganindra juga yang lain.

"Habibah!", kata Bibah memperkenalkan diri pada Ziyad dan sang istri tanpa menjabat tangan Ziyad.

"Masih kuliah ya dek Bibah?"

"Masih Tante'',jawab Habibah. Ia memperhatikan wajah Ziyad sesekali. Rasanya ia tak asing dengan wajah lelaki tua itu.

Tadi siapa nama om nya ya? Ziyad Albiruni bukan sih? Kok kaya namanya Shaka??? Batin Habibah.

"Saya juga punya anak lelaki seumuran Habibah. Hanya saja, dia kuliah di luar negeri karena kami pindah ke sana."

Ganindra mengangguk paham.

💜💜💜💜💜💜💜💜

Ica terbangun tengah malam karena harus. Air galon yang biasa ready di kamar Tata pun tidak ada.

Jadi dengan terpaksa, ia menuju ke dapur. Saat membuka kulkas, ia di kejutkan dengan Shaka yang ada di belakangnya.

"Astagfirullah! Bikin kaget aja sih?"

"Lagian minum mengendap-mengendap, keselek kan???"

Ica memutar bola matanya malas. Rencana untuk melupakan Shaka sepertinya sangat sulit.

Bagaimana bisa lupa kalau mereka saja dari orok sudah sama-sama????

"Ke mana?", tanya Shaka.

"Mau bobo syantikkkk dong!", jawab Ica. Shaka terkekeh mendengar Ica yang bicaranya di buat-buat.

"Ya udah sana?!",pinta Shaka. Ica pun kembali masuk ke kamar Tata , untuk melanjutkan tidurnya.

Shaka pun turut ke lantai atas. Dia pun sangat lelah setelah sibuk dari pagi sampai malam.

Sibuk berduaan dengan Cyara

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Terimakasih smua 🙏✌️🙏✌️🙏✌️

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***