5. Hanya itu??

Minggu telah berlalu dan bulan pun silih berganti. Hingga detik ini kiriman misterius itu telah terkumpul banyak di dalam lemari. Adel dan Cilla saling menatap satu sama lain. Sedangkan Kevin, dia hanya berbaring di atas tempat tidur yang empuk dan bermain dengan ponselnya.

Adel merasa gugup untuk membuka apa saja isi di dalam hadiah itu semua. Semua hadiah itu berlapis kertas kado yang cantik dan sayang untuk di robek. Namun, Adel dan Cilla merasa penasaran dengan isi di dalamnya.

Srekk....

Robekan demi robekan mulai terlihat isi hadiah tersebut. Masih ada kotak manis yang terikat pita merah sebagai hiasan.

Perlahan pita merah itu dilepas hingga menampilkan sebuah boneka beruang mini, yang berwarna putih memakai topi rajut menambah kesan imut dan lucu.

" Aaaaa..... lucu banget sih. Adel kenapa nggak dari dulu aja di buka sih. " Cilla sangat bersemangat mendapati boneka beruang kesayangannya.

Tak butuh waktu lama untuk membuka hadiah-hadiah itu, karena Cilla meminta bantuan Kevin agar mau bergabung membuka semua hadiah itu. Meski sempat beradu argumen, akhirnya Kevin mau membantunya.

Semua-ralat, sebagian hadiah telah selesai di buka tanpa terkecuali. Dari yang terkecil hingga yang terbesar. Semua hadiah itu benda-benda yang lucu dan hampir semuanya kesukaan Adel. Buku novel romance fantasy hingga gantungan boneka, semua itu kesukaannya.

' Ini benar-benar aneh. Semua ini gue suka, tapi kenapa dia ngirim semua barang ini? Teman sekelas gue, nggak semua orang tau apa yang gue suka. ' Batinnya.

" Cih, sialan! Dia mau main-main sama gue. Awas aja kalau ketahuan dalang ini semua. Liat aja apa yang bakal gue kasih ke dia! " Dia memastikan itu semua.

Cilla sibuk memilah barang-barang yang menurutnya tidak disukai oleh Adel.

Kini langit telah berubah menjadi gelap. Suasana rumah yang sepi, kini penuh canda tawa sepasang remaja yang menikmati masa mudanya. Hari ini Cilla menginap di rumah Adel, karena dia tau bahwa kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis.

Mereka menikmati camilan serta menonton film tanpa memperdulikan dering ponsel yang sejak tadi berbunyi. Merasa terganggu akan ponsel yang masih saja berdering, Cilla meraih ponselnya dan mengangkatnya dengan kesal.

" Apa sih ganggu aja lo. Apa? Berisik tau. "

" Adel mana? Suruh dia liat Chat gue, cepetan. "

" Ponsel dia mati. Lagi di charger, kenapa biar gue kasih tau. "

" Gue udah kirim foto pelaku pengirim misterius itu, David yang kasih. "

" APA!!! " Teriaknya

Adel tersentak mendengar teriakan Cilla, dia buru-buru mematikan filmnya.

" Siapa? "

Cilla menekan loudspeaker agar Adel mendengarnya.

" Gue udah loudspeaker, buruan ngomong. "

" Lo masih inget kan seminggu yang lalu, pas ban mobil gue pecah? David yang nganterin lo kan. Selang beberapa menit David balik lagi ngembaliin ponsel lo yang tertinggal di mobil David. Dia bilang ada seseorang berjaket hitam, memakai kacamata hitam, menggunakan masker nyuruh si kurir buat nganterin paket ke rumah lo. Pas banget si David lagi parkir nggak jauh dari depan rumah lo. "

Ucapnya panjang lebar meyakinkan bahwa dialah orang yang selama ini dicarinya.

Adel tidak bisa mengenali siapa orang di dalam foto itu. Wajahnya sangat tertutup dan dari postur tubuhnya, itu bukan kak Bas yang selama ini dia curigai.

----------------

Kepulan asap rokok yang dihembuskan mengepul di udara. Baskara melampiaskan semua masalahnya dengan menghisap nikotin beracun untuk melupakan masalahnya. Melihat pemandangan malam hari di balkon kamarnya.

Terdengar suara langkah kaki menuju tempat Baskara berada saat ini. Dia menoleh mendapati seorang gadis memeluk boneka kesayangannya.

" Kak, gue udah putus. " Raut khawatir terpancar dengan jelas.

" Nggak becus. Cari cara agar lo bisa balik lagi. Gue nggak mau tau. "

Gadis itu mengepalkan tangannya berbalik dan pergi begitu saja.

Dia menghisap nikotin itu dalam-dalam. Entah berapa banyak batang rokok yang telah dihabiskan. Dia mengumpat kesal dengan ulah adiknya itu, dia berharap bisa menghancurkan si bodoh itu.

Agar dia bisa dengan puas bermain bersama pujaan hatinya itu tanpa gangguan dari pihak luar. Semua rencana yang telah disiapkan gagal hancur berantakan.

Bel istirahat berbunyi, Cilla meregangkan tubuhnya beranjak pergi ke kantin bersama Adel.

Hampir setengah bulan lamanya dia tidak pernah diganggu oleh Baskara, mungkin karena sebentar lagi ujian akan segera dimulai.

Adel melihat sekeliling kantin tetapi tidak mendapati keberadaan Kevin dan teman-teman. Biasanya mereka selalu datang lebih awal untuk memborong tempat duduk di pojokan sana.

Terlihat seseorang menatapnya dengan tajam, Adel segera memalingkan wajahnya dan bergegas membeli somay kesukaannya.

Dia mengepalkan tangannya, berharap bisa membunuhnya kapan pun dia mau.

" Sialan! Kalau bukan karena kakak gue, gue bakal hancurin lo Adel. "

Dengan kesal dia segera meninggalkan tempat duduknya.

" Pulang nanti kita pergi makan es krim yuk? "

" Aduh, sorry banget Cilla. Gue mau ambil baju mami di butik. "

" Gue ikut. Sekalian gue mau beli baju baru. "

" Lo serius mau beli baju di butik itu? " Tanya Adel bingung.

Cilla berdecak. " Iyalah. Gue nggak boleh beli baju di situ. "

" Eh...eh enggak. Gue nggak yakin lo bakal suka semua jenis baju itu. "

Cilla menghela napas. " Sok tahu. "

Adel tersenyum puas melihat tingkah sahabatnya itu mulai merubah penampilannya demi seseorang. Adel mencubit gemas pipi Cilla yang sedang cemberut. Meskipun dia terlihat jutek dan tomboy, tetapi dia sangatlah berhati lembut.

Selama perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka tiba di tempat yang dituju. Mereka segera bergegas masuk ke dalam. Hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk, baik itu seorang pebisnis, artis dan orang-orang penting lainnya.

Cilla melihat sekeliling, terkejut dengan semua pakaian itu dia buru-buru berbalik menghampiri Adel.

" Gue mau pulang. "

Adel menggelengkan kepalanya

" Lo bilang lo mau beli baju kan. Ayo gue bantu cariin. " Adel menarik lengan Cilla dengan santai dia pergi melihat pakaian yang pantas untuk sahabatnya.

Cilla meronta meminta agar Adel segera melepaskan lengannya. Di butik ini hanya ada gaun dan pakaian feminin yang tertera. Sedangkan Cilla, seleranya sangat bertolak belakang dengannya.

Adel memilah pakaian yang menurutnya benar-benar cocok dengan Cilla dan menyuruhnya agar segera mencoba satu persatu pakaian itu.

" Gue nggak mau. " Teriaknya.

" Apa? Gue nggak denger. Buruan cobain, gue mau liat. "

Adel cengengesan tak sabar melihat penampilan Cilla dengan pakaian yang berbeda dari yang selalu dia pakai sehari-harinya.

Sembari menunggu sahabatnya keluar, dia sesekali melihat ke layar ponselnya. Karena dia berharap Kevin dapat menghubunginya.

" Aduh ini gimana caranya. Nyesel deh gue ikut, harusnya tadi gue beli es krim aja sendiri. "

Cilla benar-benar tak menyangka sahabatnya itu akan berbuat seperti ini kepadanya. Tetapi, demi seseorang yang dia suka, dia akan berusaha semaksimal mungkin demi yang terbaik.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!