Langit mendadak mendung. Udara pun semakin dingin. Satu bulan telah berlalu begitu cepat sampai-sampai hadiah misterius itu masih saja berdatangan. Untungnya, akhir-akhir ini hadiah itu hanya datang setiap minggu sekali.
Masih belum terungkap siapa pelaku misterius itu hingga saat ini. Barang-barang yang datang semuanya masih tersimpan dan terbungkus dengan rapi. Adel masih belum membuka salah satu di antara puluhan hadiah itu.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu menyadarkan Adel dan segera menutup kembali lemari itu dengan rapat.
" Non, ada tuan Kevin. Katanya mau nginep. "
Adel tersentak mendengarnya, dia segera berlari turun untuk menghampirinya.
' Apa apaan! mentang-mentang ada mami dia berani seenaknya. Nggak bisa, pokoknya dia harus pulang. '
Adel turun, segera dia menuju ke ruang tamu untuk memperingatkan Kevin agar segera pergi dari sini.
Namun sayang, dia kalah cepat dengan Kevin. Dia lebih dulu datang dan menemui Sofia yang sedari tadi tengah bersantai. Dia berceloteh ini itu dan bercanda gurau seakan dunia milik mereka berdua.
Jadi, siapa anak sebenarnya di rumah ini?
Saat berada di rumah, Kevin dan Adel bagaikan Tom and Jerry. Salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengalah.
Kedua orang tua mereka pun sudah bosan dengan perilaku mereka yang seperti itu, bahkan kakaknya sendiri menyerah untuk memisahkan mereka berdua bila bertengkar.
" Hai bocah. Sini duduk bareng abang. "
Adel menatap tajam Kevin, ingin sekali dia memukulnya dengan keras dan menutup mulutnya agar tidak berbicara seenaknya.
Suara langkah kaki mendekat dan berhenti di ambang pintu.
" Selamat malam. "
Adel terkejut melihat siapa yang datang dan segera bergegas pergi kembali ke kamarnya. Dia tidak mungkin berpakaian seperti ini yang hanya menggunakan piyama motif bergambar kesayangannya di hadapan orang lain selain kerabat dan keluarganya.
...----------------...
Selama perjalanan menuju taman belakang sekolah, Adel merasa seseorang telah mengikutinya. Dia tau siapa dalang dari pengirim surat yang didapatnya hari ini. Segera dia mempercepat langkahnya, untuk segera menemuinya.
Terlihat seseorang yang tengah duduk sendirian menatapnya dan tersenyum miring. Adelia membulatkan matanya, dia tidak menyangka seseorang itu yang selalu mengusiknya selama ini.
" Ada apa kak. "
Tubuhnya menegang, entah harus bagaimana yang jelas di sini tidak ada siapapun selain mereka berdua. Seulas senyum semakin membuat Adel tak bergeming di hadapannya.
" Duduk. Kita bicara pelan-pelan. "
Baskara meminta Adel untuk duduk di sebelahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Bagaimana bisa tenang dengan keadaan yang mendesak seperti ini, rasanya ingin sekali lari dari sini.
Dia telah lama absen karena cedera kaki saat turnamen antar sekolah. Selama tidak ada dia, Adel bisa bebas tanpa gangguan darinya.
Namun, semuanya sudah berakhir. Kini dia harus berurusan dengannya lagi. Meski beberapa kali telah menolak dengan lembut tanpa menyinggung perasaannya, namun semua itu tidak berarti sama sekali.
" Kak, gue harus pergi. Jam istirahat sebentar lagi berakhir. " Jelasnya
Baskara berjalan mendekat ke arah Adel yang sejak tadi berdiri jauh darinya. Adel terdiam, tatapannya beradu dengan Baskara yang semakin mendekat ke arahnya.
Adel membulatkan kedua matanya saat dengan tiba-tiba saja Baskara menarik tengkuknya. Adel tidak bisa berbuat apa-apa, kedua tangannya berhasil dikunci.
" Lepas! Lepas, atau gue teriak. " Adel semakin menggebu-gebu mendapati Baskara yang seperti itu.
Dia menyeringai puas saat mendapati Adel mulai kesal. Dia senang melihat wajahnya yang seperti ini, sudah lama sekali dia merindukan ini semua.
" Adelia sayang. Teriak aja, gue nggak takut. Kita mulai sekarang aja, gue rindu. "
Adel sebisa mungkin berusaha memberontak untuk melepaskan cengkraman yang mengunci kedua tangannya itu.
" Arghhh!!! " Adel memekik kesakitan.
Sayang sekali tenaganya terbuang sia-sia, tubuhnya kalah jauh dengan Baskara yang bertubuh kekar dan tinggi. Tubuh kecil Adel tidak akan sanggup melawannya.
" CUKUP!! "
Deg
Seseorang datang tepat waktu. Adel terkejut sekaligus merasa lega karena dia selamat.
Dengan cepat Baskara segera menarik Adel ke dalam pelukannya.
" Sial! Pergi lo culun. "
" Kak, dia temen gue. Jangan seenaknya. "
Baskara berdecak kesal, orang culun seperti Alvian tiba-tiba muncul dan merusak semua rencananya.
" Cih. Brengsek lo, lo nggak tau gue hah? "
Alvin menggeleng " Emang siapa? Cuma kakak kelas kan. Terus apa masalahnya. "
Adel tidak bodoh, di saat ada kesempatan dia segera menggigit dan mendorong Baskara menjauh darinya.
Adel berlari menghampiri Alvian, meraih tangannya dan pergi meninggalkan Baskara seorang diri.
Seorang lelaki mengumpat karena dia tak berhasil mendapatkan mangsanya. Lelaki itu semakin mengumpat kesal.
" BRENGSEK! Rencana gue gagal. " Dia mengacak rambutnya kasar.
...----------------...
Dering telepon berbunyi, dia menghubungi seseorang dan berharap dia mau mengangkatnya.
" Apa? Gue nggak bisa anterin lo pulang. Cewek gue mau belanja."
" Ohh, yaudah gue naik taxi aja. "
" Lo bareng sama David. Gue udah telepon dia buat jemput lo. Dia nunggu di parkiran. "
" Eh gue naik tax- " Kevin mematikan secara sepihak.
Adel menghela napasnya, dia segera membereskan buku-bukunya dan bergegas menuju parkiran.
Mereka berdua berjalan menuju halaman depan dan menunggu jemputan masing-masing. Namun hari ini mereka harus berpisah dan tidak bisa saling menunggu jemputan mereka datang. Karena hari ini David sudah menunggu Adel di tempat parkir.
Sesampainya di tempat parkir, Adel melihat sekeliling parkiran motor namun tidak mendapati David berada di sana.
Ponselnya berbunyi, Adel segera mengambil ponselnya.
" David lo di mana? Gue udah di parkiran. "
" Parkiran mobil, lo di mana? "
" Gue di parkiran motor. "
" Tunggu. Gue ke sana. "
Suasana di perjalanan mereka terlihat hening, hanya suara musik yang terdengar di dalam mobil. Mobilnya berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah. Sesekali David melirik Adel yang berada di sampingnya, hingga akhirnya memulai obrolan.
" Tadi lo habis dari mana lari-larian bareng si Alvian? "
Tubuhnya menegang, mendengar perkataan David.
Apakah David bercerita tentang dia kepada Kevin? Jika benar, maka akan terjadi lagi perkelahian. Terakhir kali pertengkaran itu terjadi, ketika dua minggu sebelum turnamen basket antar sekolah dimulai.
Karena Kevin yang kesal akibat perilaku Baskara yang seenaknya pada Adel. Dia tidak takut pada siapapun yang menggangu Adel yang bagaikan adik kandung dia sendiri.
" Lo nggak cerita sama Kevin kan? "
David hanya menggeleng dan kembali melajukan mobilnya karena lampu lalu lintas telah beganti warna menjadi hijau.
Adel menoleh ke arah David yang fokus menyetir. Dia takut jika ketahuan Kevin karena Baskara mengganggunya lagi.
David tersenyum tipis, satu tangannya mengusap lembut puncak kepala Adel. Ini kali pertama David bersikap seperti ini, biasanya dia selalu bersikap sewajarnya saja. Tapi hari ini, sedikit berbeda dari biasanya.
Setelah perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka samapai di rumah Adel. David menoleh dan melihat Adel yang tertidur pulas, segera dia berusaha membangunkannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments