Adel menatap ke arah Cilla yang sedari tadi duduk terdiam. Biasanya ketika saling bertemu, mereka berdua selalu saja bertengkar. Namun kali ini, baik Cilla maupun Kevin hanya diam tak saling menyapa.
" Cilla, lo kenapa? Kalian nggak lagi berantem kan? " tanya Adel menatap mereka bergantian.
Mereka berdua hanya diam tak ada satupun yang mau berbicara.
Cilla bangkit dari tempat duduknya setelah selesai membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Namun, langkahnya terhenti saat tiba-tiba Kevin menghadangnya.
" Angga, anterin Cilla pulang. " titah Kevin
Cilla menepis tangan Kevin kasar. " Gue bisa pulang sendiri. "
Dia pergi melewati Kevin begitu saja. Sementara itu, Kevin meminta Angga agar mengejar Cilla dan mengantarnya pulang.
Adel menatap curiga ke arah Kevin, dia merasa sesuatu terjadi di antara mereka berdua.
Sesampainya di parkiran, Adel mengerutkan keningnya bingung. Mereka berada di parkiran mobil dan bukan parkiran motor.
Pagi tadi mereka datang menggunakan motor, bukan mobil yang kini berada di hadapannya. Ini pertama kalinya Kevin membawa mobil miliknya pergi ke sekolah.
" Bukannya tadi pagi kita naik motor? Sejak kapan mobil lo ada di sini. "
Kevin tersenyum tipis sambil membukakan pintu mobil sebelum Adel masuk. " Silahkan masuk tuan putri. "
" Gue nggak mau masuk. Jelasin dulu semuanya sekarang juga. " pinta Adel.
Kevin diam masih berada di posisinya, pintu mobil dibiarkan terbuka begitu saja.
" Kevin, jelasin!! "
Kevin menghela napasnya pelan. " Nanti gue jelasin. Sekarang kita pergi dulu. "
Dengan terpaksa, Adel pun menuruti apa yang Kevin ucapkan. Dia segera menutup pintu dan berjalan memutar ke sisi pintu kemudi.
Kevin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Adel. Selama perjalanan, sesekali dia menoleh ke sebelahnya mendapati Adel yang tengah duduk menatap ke luar jendela.
Tak lama kemudian, Kevin menghentikan mobilnya di parkiran kedai es krim langganan mereka. Mata Adel seketika berbinar, ia segera turun dari mobil dan pergi tanpa memperdulikan Kevin.
...----------------...
Bel sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu. Dia berjalan menuju ke arah kelasnya, dengan langkah yang sedikit sempoyongan. Pakaiannya sedikit berantakan, serta wajahnya terlihat pucat.
Beberapa murid yang masih lalu lalang di koridor, menatap ke arahnya penasaran tentang kondisinya.
Setibanya di depan kelas, dia melangkah masuk berjalan ke tempat duduknya. Dia langsung mendudukkan diri di atas bangku miliknya.
" Tumben telat. Dari mana aja lo? "
Angga masih belum menyadari kondisi Kevin, hingga tiba-tiba saja Kevin ambruk kesakitan. Tubuhnya panas dan mengeluarkan banyak keringat dingin. Angga terkejut dibuatnya, dia segera membantu mengangkat Kevin dan menyadarkannya di dinding.
" Lo kenapa vin. Marvin, lo cepetan ke UKS bawa obat. "
Marvin segera bergegas menuju ke UKS untuk mengambil obat. Semantara Angga dan David, dia berusaha menenangkan Kevin dan mengelap keringatnya.
Semua murid yang ada di kelas berteriak histeris saat mengetahui Kevin tiba-tiba ambruk. Mereka berbondong-bondong menghampiri ke arah Kevin.
Salah satu dari mereka segera berlari keluar kelas untuk menemui seseorang.
Ketua kelas datang memastikan bahwa Kevin baik-baik saja, dia juga mencoba membantu mengelap keringat di wajah Kevin. Namun seseorang menepis dan menghadang agar menjauh darinya.
" Menyingkir!!! Biar gue yang urus. "
" E-eh, gue cuman bantuin aja. Lagian gue ketua kelas di sini, gue bertanggung jawab jika terjadi sesuatu di kelas kita. " Jelasnya.
Seseorang berlarian dengan langkah cepat, sampai-sampai dia tidak sengaja menabrak orang di depannya.
Bruk
Mereka berdua terjatuh bersamaan, saling meringis kesakitan.
" Kalau jalan pake mata. Punya mata nggak sih lo. "
Dia membangunkan temannya secara hati-hati
" Lo nggak apa-apa kan? " ucap Cilla.
Gadis itu segera bangun dan merapihkan pakaiannya tanpa memperdulikan seseorang yang dia tabrak di depannya. Segera gadis itu beranjak bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.
" Sialan. Minta maaf lo sekarang!! " teriak Cilla tak terima.
Cilla mendengus kesal karena gadis itu sama sekali tidak merasa bersalah telah menabrak Adel hingga lututnya sedikit terluka.
" Udah Cilla, nggak apa-apa. Kita harus segera ke perpus, murid yang lain udah nunggu. "
Dengan kesal Cilla menoleh ke arah Adel, dia mengapalkan tangannya saat seseorang itu telah menabrak sahabatnya dan tidak meminta maaf kepadanya.
Mereka berdua akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya menuju Perpustakaan. Namun, mereka tak sengaja melihat Marvin berlarian membawa obat dan sebotol air minum.
Adel menghentikan Marvin yang tengah terburu-buru. " Marvin, ada apa. Buat siapa obat itu. "
" Kevin. Kevin, dia sakit. "
Cilla menegang, berjalan mendekati Marvin. " Apa lo bilang. Kevin sakit. " ucap Cilla penuh kekhawatiran.
Marvin hanya mengangguk. Tanpa berpikir panjang, Cilla segera bergegas untuk menemui Kevin. Sedangkan Adel, dia mencari seseorang untuk membantunya membawakan buku paket ke kelasnya terlebih dahulu.
Semua orang masih berkerumun melihat kondisi Kevin yang semakin memburuk. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa Kevin tiba-tiba sakit seperti ini.
" Kevin!!! "
Seorang gadis yang menerobos masuk menyingkirkan orang-orang yang mengerumuni Kevin. Dia segera mengelus puncak rambut Kevin dengan hati-hati dan segera mengelap keringatnya.
Gadis itu sangat panik, dia sama sekali tidak menyadari apa yang sedang dia lakukan saat ini.
Kevin tersenyum tipis saat tangan kecil Cilla menyentuh puncak kepalanya. " Cilla. " lirih Kevin memegang kedua tangan Cilla.
" Lo kenapa vin? Kok bisa kayak gini. " tanyanya penuh khawatir.
" Hah... Gue nggak apa-apa Cilla, santai aja. "
" Diem. Nggak usah banyak ngomong. "
Tak lama kemudian, Marvin datang dengan membawa obat dan air minum. Cilla segera membantu Kevin untuk meminum obatnya.
Meski telah meminum obat dan menunggu beberapa menit, panas di tubuh Kevin masih saja belum turun.
Cilla segera menyuruh Angga untuk membawa Kevin pergi ke rumah sakit. Namun, seseorang menghentikannya.
" Tunggu! Biar gue yang ambil alih. "
Deg... Deg...
Seketika langkahnya terhenti. Cilla mulai menjauh saat gadis itu mendekati Kevin. Dia meminta Angga untuk membantu memapah Kevin.
" Biar gue yang urus. Semuanya kembali ke tempatnya masing-masing. "
Liana Vernandia, gadis manis dengan parasnya yang cantik. Dia adalah primadona di sekolah, hubungan mereka telah terjalin sebelum kenaikan kelas beberapa minggu yang lalu.
...----------------...
Kevin mengerjap membuka kedua matanya perlahan. Kepalanya masih terasa pusing, dia sama sekali tidak punya tenaga untuk beranjak dari tempat tidurnya.
Kevin melihat sekeliling tidak menemukan keberadaan kekasihnya itu. Hanya ada Adel yang senantiasa duduk berjaga di sebelahnya.
" Mana Liana? Kenapa lo yang ada di sini. "
Adel berdecak kesal, bisa-biasanya dia menanyakan orang yang bahkan tidak peduli dengan dirinya.
" Gue nggak tahu. Yang jelas, gue nggak mau tahu. "
Kevin menghembuskan napasnya pelan. " Bantu gue bangun. "
Adel beranjak dari tempat duduknya, membantu membangunkan Kevin. Dia menyandarkan punggung Kevin di tepi ranjang.
Adel memperhatikan Kevin yang kini tengah duduk bersandar, sambil memainkan ponselnya.
" Pagi tadi lo dari sana kan? "
Kevin terdiam, dia menoleh ke arah Adel dan tersenyum tipis.
Suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan mereka berdua. Seseorang datang mendorong kursi roda di tangannya.
" Mau pulang sekarang? Mobilnya udah siap. "
Kevin mengangguk dan meminta David untuk membantunya.
Mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke tempat parkir. Sesekali David menoleh ke arah Adel yang berada di sampingnya, menanyakan lutut Adel yang sebelumnya telah di obati.
" Lutut lo udah mendingan kan? " tanyanya.
Adel tersenyum lebar. " Udah mendingan kok. Makasih ya udah bantu. "
Dalam perjalanan pulang, hening tak ada seorang pun yang bersuara. Kevin hanya sibuk dengan ponsel di tangannya. Sementara Adel, dia terlelap tidur di kursi belakang dengan tas yang berada di pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Kery Uzumy
Buat merenungkan hidup.
2024-11-11
0