Malam menjadi semakin gelap dan dingin setelah beberapa saat tadi wilayah itu diguyur hujan lebat. Cuaca extrim kini menyelimuti seluruh kota itu. Sabella yang menggunakan gaun yang sedikit terbuka merasakan pori-pori yang kian membesar hingga hawa dingin itu merasuk sampai ke tulang belulangnya. Ia melekatkan lengannya di dada seraya mengusap-usap dengan telapak tangannya agar mengurangi hawa dingin tersebut dengan hawa hangat dari gesekan itu.
Sabella yang saat ini telah berada di pelataran hotel tengah menanti supir yang akan dikirim oleh Devon untuk mengantarnya pulang. Setelah beberapa saat menunggu terlihat mobil mewah berwarna hitam berhenti di hadapannya.
BIM! BIM!
Suara klakson memekakkan telinga Sabella yang sedang berdiri menanti. Tak berapa lama pintu penumpang bagian depan terbuka. Terlihat seorang pria yang berada di kursi kemudi mobil mendongakkan kepalanya hingga setengah keluar. Sesosok pria tampan nampak jelas kini di hadapannya.
"Hey, nona... Mari ku antar? Kau masuklah ke mobil!" Pekik Aron untuk menawarkan Sabella tumpangan. Ternyata ia yang rupanya berada di dalam mobil itu.
Sabella memutar bola matanya dengan malas. "Pria menyebalkan itu lagi." Gumamnya lirih.
"Ck. Itu tidak perlu. Aku sedang menunggu jemputan ku sendiri." Tegas Sabella.
"Ayolah, nona. Kali ini aku berbaik hati ingin mengantarmu pulang. Hari sudah semakin larut. Ayo masuklah ke mobil!" Pekik Aron lagi.
"Tidak usah repot-repot mengantarku. Sekarang kau pergilah. Aku sedang menunggu supir yang dikirim oleh Tuan Devon." Jawabannya lagi dengan lantang.
"Dasar, gadis dingin keras kepala!" Gumam Aron. Aron membuka sitbeltnya kemudian keluar dari dalam mobilnya. Aron berjalan dengan cepat dengan langkah yang panjang menuju Sabella.
"Mau apa lagi?" Ujar Sabella dengan ketus saat Aron telah sampai padanya.
"Mau mengantarmu pulang!" Jawab tegas Aron.
Saat melihat Sabella yang terlihat kedinginan, Aron langsung membuka jasnya untuk menyelimuti tubuh Sabella yang mulai menggigil. Seketika wangi parfum mewah yang maskulin dan menyegarkan menyeruak di indra penciuman Sabella. Untuk beberapa saat ia memejamkan mata dan menikmati aroma itu. Sangat menenangkan.
"Hey.. Apa ini?!" Tanya Sabella sedikit menyentak kala perhatian nya kembali pada dirinya.
"Ini pakailah, kau membutuhkannya." Aron melingkarkan jas itu di bahu Sabella.
"Tidak perlu!" Sabella melepas jas yang telah disematkan di bahunya. Numun Aron tidak tinggal diam, ia kembali melingkarkan jas itu ke punggung halus Sabella.
"Kali ini, tak perlu menolak lagi. Aku tau kamu kedinginan. Tak perlu berkeras hati." Ucap Aron lembut.
"Ck, aku tak butuh bantuan mu, Tuan."
"Aron. Namaku adalah Aron."
"Ya, siapalah!" Ucap Sabella kesal.
"Aku adalah supir yang di kirim oleh Devon untuk mengantar mu pulang. Jadi, sekarang masuklah ke dalam mobil karena jemputan mu kini telah datang." Jelas Aron.
"K-kau supirnya Tuan Devon? Benarkah itu?"
Sabella menelisik wajah tampan di hadapannya dari ujung kaki hingga kepala. Menurutnya supir Devon ini terlihat bukan seperti seorang supir, karena penampilan nya terlihat rapih, sangat formal dan berkelas. Atau mungkin karena hari ini adalah hari istimewa Tuannya maka dari itu semua pegawainya berpenampilan formal dan rapih.
"Benar, aku supir mu, nona." Jawab Aron meyakinkan.
"Kalau begitu, mari saya antar anda, nona" Kata Aron formal seraya tangannya mempersilahkan masuk ke mobil. Kemudian Sabella dengan patuh menurutinya tanpa ada perdebatan lagi. Setelah Sabella masuk ke mobil, Aron segera menutupnya dari luar. Aron mengembangkan senyumnya sendiri di balik pintu mobil yang telah tertutup.
"Yes!" Pekiknya lirih tanda keberhasilan.
Aron sedikit berlari untuk memutari mobil menuju pintu kemudi. Ia masuk dan duduk di sebelah gadis cantik nan dingin menurutnya.
"Pakai sitbelt mu," Titah Aron.
"Sudah!" Jawab Sabella datar. Aron melirik ke arah Sabella untuk memastikan ucapannya.
"Hm," Aron mengangkat salah satu alisnya. Pada detik berikutnya iapun melajukan kendaraan itu.
Suasana seketika hening, kala kendaraan mulai memacu dengan kecepatan tinggi. Aron sedikit melirik ke arah Sabella yang terus memandang ke arah luar dari balik jendela kaca. Ia terlihat sangat imut dan cantik di matanya.
"Jadi... Siapa nama anda, nona manis?" Aron berpura-pura tidak tahu akan nama gadis yang berada di sampingnya. Walaupun tadi sebenarnya Devon telah memberitahunya. Namun untuk meresmikan perkenalan mereka tidak ada salahnya menanyakan namanya kembali.
"Sabella," Jawabnya singkat tanpa berpaling ke arah Aron.
"Sabella, boleh ku tau mengapa kau sangat cantik?" Tanya Aron menggoda.
Mendengar itu, wajah yang sedari tadi hanya memandang ke arah luar dari balik kaca jendela mobil, tiba-tiba menoleh menghadap Aron karena terkejut dengan pertanyaan konyol dari nya.
"Ku ucapkan terima kasih atas pujian mu Tuan, tapi perlukah aku berkomentar dengan pertanyaan konyol mu itu?" Jawab Sabella datar.
Aron mengembangkan tawanya. Pria tampan itu semakin tampan kala senyuman manis hadir di wajah kulit putihnya. Walaupun demikian tidak menggetarkan hati Sabella sedikitpun. Karena hatinya hanya dipenuhi oleh nama Devon seorang. Sehingga mata hati Sabella tertutup walau keindahan lainnya berada tepat di pelupuk matanya.
"Kau tak perlu menjawabnya, karena memang pertanyaan ini tidak ada jawabannya." Aron senang bisa menggoda Sabella, walaupun yang sedang digoda menjadi kesal dibuatnya.
"Sudah tau begitu, masih saja dipertanyakan. Dasar pria aneh!" Gerutu Sabella kesal.
"Sekarang kita kemana?" Tanya Aron karena sedari tadi sibuk menggoda Sabella sampai lupa menanyakan arah tujuannya.
"Lurus saja, kita ke jalan Rodeo." Pinta Sabella.
Deg!
"Bukankah itu pemukiman elite para bangsawan? Jadi, siapakah sebenarnya gadis ini?" Batin Aron.
"Boleh tau nama belakang mu, nona Sabella?" Tanya Aron semakin penasaran dengan jati diri Sabella.
"Gustavo. Sabella Amandanyella Gustavo." Jelas Sabella.
"Apa? Jadi kau dari keluarga Gubernur?" Aron mulai terkejut. Tak menyangka gadis yang mandiri ini adalah keluarga bangsawan itu. Seharusnya dengan setatus keluarganya, Sabella diperlakukan dengan istimewa dengan penjagaan yang ketat kemanapun dan kapanpun. Hingga perlakuan tidak baik yang tadi sempat di alaminya tidak akan mungkin terjadi. Tapi ini? Sungguh sangat diluar dugaan.
Sabella menghela nafas beratnya, kemudian kembali menghadap Aron.
"Ya, aku sebenarnya putri ke tiga dari Tuan Ferdinand Gustavo, Gubernur wilayah ini" Ucap Sabella malas.
"Tapi, kenapa kau hanya seorang diri? Tanpa adanya pengawalan?" Aron terus menatap wajah Sabella, untuk melihat ekspresi wajahnya yang seketika tak ekspresif.
Sabella tersenyum getir. Sedetik kemudian wajah itu terlihat sangat resah. Seperti tersimpan beban berat di dirinya. Aron bisa menangkap hal itu dari wajahnya. Namun detik selanjutnya wajah Sabella mulai kembali normal dan dengan tegak kembali ia menoleh ke arah Aron.
"Aku tidak membutuhkan semua itu. Aku terbiasa mandiri, dan aku hanya perlu menyembunyikan identitas diri ku saja." Kembali Sabella memasang wajah dinginnya. Walaupun demikian sebenarnya ia tengah menahan dirinya agar tidak lebih terlarut dalam kesedihannya.
Aron yang mendengar hal tersebut terlihat tanpa ekspresi. Ia hanya larut dalam pikirannya sendiri. Ia menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada gadis cantik yang berada di sampingnya ini. Di hatinya terbersit keinginan untuk membersamai Sabella. Ia ingin menjadikan tempat ternyaman untuknya, menjadi sandarannya dan tempatnya berkeluh kesah. Namun apakah semua mungkin? Bahkan gadis ini sama sekali tidak tertarik oleh wajah rupawannya sekalipun. Sabella memang sangat unik dan menarik bagi Aron.
•
Setelah beberapa saat mobil mewah itu berada di depan gerbang tinggi menjulang. Terlihat rumah mewah nan megah di hadapannya.
"Aku turun di sini saja, Tuan. Terimakasih anda mau mengantarku pulang. Selamat malam!" Ujar Sabella saat akan membuka handle pintu mobil.
"Bisakah kita bertemu lagi? Bisakah kita berteman?" Pungkas Aron, seketika menghentikkan Sabella untuk membuka pintu mobil. Sabella menoleh kembali ke arah Aron yang masih menunggu jawabannya.
"Maukah kau menjadi teman ku, Sabella? Aku tau aku orang biasa dan_"
"Tentu saja! Aku tidak suka membeda-bedakan orang. Semuanya setara di mataku." Ucap Sabella memotong perkataan Aron. Aron kemudian tersenyum penuh arti pada Sabella. Sabella pun seketika membalas senyum Aron.
Deg.. deg.. deg..
Detak jantung Aron seketika kian kencang kala melihat senyum yang sangat manis dari wajah Sabella. Wajah oval yang mulus tanpa sedikitpun noda dan jerawat, disertai lesung pipi yang terbit di kedua sisinya, hidungnya yang mancung dan mungil, serta mata jernih dan lentik yang teduh dan menawan. Semuanya begitu indah dilihat. Senyum yang sedari tadi di sembunyikan di balik sikap dingin dan datarnya. Rupanya senyum itu adalah senyum dari lawan jenis yang paling memikat hatinya. Ternyata Sabella memang penuh kejutan bagi Aron.
Aron masih pada posisi terpakunya saat Sabella mulai menarik handle pintu kemudian keluar dari dalam mobil itu.
Brakk!
Suara hentakan pintu mobil yang tertutup seketika menyadarkan Aron yang tadi terpaku. Ia tersenyum sendiri saat menyadari hal itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya akan dirinya. Bisa-bisanya ia yang selama ini sering abai pada wanita-wanita yang sering mengejarnya, menjadi sangat-sangat mengagumi gadis remaja itu. Bahkan seorang gadis yang usianya belum genap 18 tahun itu mampu memancing rasa penasarannya.
"Aku memang benar-benar sudah gila!" Ucap Aron sendiri seraya terus menyunggingkan senyuman di wajah tampannya.
Aron terus menatap punggung Sabella yang mulai memasuki pintu gerbang kemudian masuk ke dalam halaman rumah mewah itu.
Saat tak lagi melihat sosok Sabella lagi kemudian ia mulai melajukan mobilnya dengan santai, seraya terus mengingat kejadian-kejadian saat tadi bersama gadis cantik itu.
"Kenapa otak ku terus memikirkan gadis itu. Konyol!" Gumamnya seraya mengulas senyum lebarnya.
Mobilpun melaju dengan kencangnya, membelah jalanan basah nya. Tujuan Aron saat ini adalah kediamannya. Lelah seharian mengurus pekerjaan, kemudian menghadiri pesta pertunangan sepupunya. Ya, Aron dan Devon adalah saudara sepupu. Tak heran wajah tampan mereka sebelas dua belas. Mereka sama-sama memiliki badan atletis dan tinggi badan yang proporsional. Mereka memiliki ketampanan sesuai versinya masing-masing.
Kala berada di lampu merah, Aron pun menghentikan laju kendaraannya. Tiba-tiba matanya menangkap kilauan benda di tempat duduk sebelahnya. Penglihatannya langsung tertuju pada sesuatu itu. Iapun mengeryitkan dahinya setelah mengambil dan memperhatikan benda itu. Ternyata sebuah jepit rambut wanita yang indah dan berkilauan yang kini sedang di pegang nya. Iapun mengulas senyumnya lagi dan lagi.
"Indah, seperti pemiliknya." Ucapnya di tengah senyuman seraya mandangi benda itu.
"Besok kau akan kembali kepada tuan mu." Tambahnya lagi dengan senyum keyakinan yang lebih mengembang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments