Jodoh Impian

Jodoh Impian

Bab 1

''Aku tidak boleh terlambat''

Drap! Drap! Drap!

Deru langkah kaki jenjang nan mungil semakin cepat melewati jalanan malam di hadapannya. Rintik hujan yang mulai turun di sertai badai kecil menerpa tubuh ringkihnya. Gaunnya yang indah menjadi basah, serta rambut panjangnya yang tergerai dan tertata rapih menjadi berantakan dan lepek. Gadis itu, Sabella Amandanyella. Dia berlari untuk tujuan yang rumit yang bergejolak di hatinya. Dia ingin menyaksikan dengan mata kepala bahwa harapannya benar-benar musnah, dan tidak lagi bisa di gapai.

Hahh! Hahh! Hahh!

Nafas yang semakin cepat dan memburu membuat dadanya naik turun saat menghirup oksigen yang terasa berat.

'Jangan tinggalkan aku,'

'Mister...'

Tak terasa air matanya berlinangan di pipinya. Riasan wajahnya yang cantik menjadi rusak. Gadis cantik itu terus berlari tanpa merasa lelah melampaui hatinya yang terus menuntut. Dia harus segera sampai pada tujuannya dalam keadaan apapun!

Karena kedaan malam yang gelap dan remang-remang disertai cuaca yang buruk, hingga membuat kepekaannya berkurang. Tanpa disadari kaki mungilnya yang berlari dengan cepatnya tersandung sesuatu.

Bruukk!!

Iapun jatuh dan tersungkur. Gaun indahnya yang telah basah, kini bertambah kotor dan terkoyak. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangkit, namun bersamaan dengan itu ia merasakan pula rasa sakit yang mendera di kakinya yang berbalut flat shoes. Berkali-kali ia ingin bangkit namun tidak berdaya karena menahan rasa sakitnya yang teramat sangat. Saat ini ia sangat membutuhkan pertolongan. Ia berdoa berharap ada seseorang yang membantunya untuk bangkit dan berdiri.

"Tolonglah aku, Tuhan. Aku ingin segera sampai. Aku tidak ingin terlambat." Ujarnya di sela ringihnya.

Namun, tak ada seorangpun di sekitarnya selain dirinya sendiri di jalanan yang sepi itu. Karena pengaruh cuaca yang semakin memburuk membuat orang-orang enggan keluar dari dalam mobil walaupun sedang terjebak dalam kemacetan panjang. Karena situasi itu akhirnya Sabella memilih untuk meninggalkan taxi yang ditumpanginya begitu saja dan segera berlari agar cepat sampai pada tujuannya.

"Aku benci, semua ini. Aku benci!" Ujarnya seraya menangis meruntuki dirinya di tempat membawa ketidakberdayaannya saat ini.

"Mister... Jangan tinggalkan aku. Hiks.. hiks.." ungkapnya dengan kepiluan.

,,,

Marion Hotel

Di sebuah ruangan yang megah terlihat dekorasi mewah yang terkesan estetik serta elegan mahakarya dari seorang dekorator profesional. Nampak tirai putih yang terbentang dengan hiasan bunga-bunga serta ornamen lain yang bertuliskan nama pasangan yang bertunangan. 

Para tamu undangan yang datang silih berganti menjabat tangan mempelai yang bertunangan itu untuk memberi ucapan selamat.

"Selamat atas pertunangan Anda, Tuan Devon Alejandro. Semoga sukses sampai ke jenjang pernikahan." Ujar para tamu undangan itu.

"Terimakasih, Tuan..." Jawab Devon dengan senyum yang berbinar diwajahnya.

"Kalian memang pasangan yang serasi." Kata salah satu wanita yang hadir saat bercipika-cipiki pada mempelai wanitanya, Leona Frederica.

"Ahh, benarkah? Terimakasih atas pujiannya." Ucap Leona lembut dan ramah.

"Tentu saja. Semoga kalian langgeng." Imbuh wanita itu lagi.

"Terimakasih, Nyonya..." Jawab Leona sopan.

Kedua mempelai itu tersenyum bahagia pada para tamu undangan yang telah hadir ke acara mereka. Devon dan Leona terlihat sangat bahagia dan penuh cinta. Sesekali Devon membisikkan sesuatu di telinga Leona, lalu Leona membalasnya dengan malu-malu dengan rona wajah yang kemerahan.

"Kau bahagia?" Tanya Devon, meski ia tau Leona pasti sedang merasa benar-benar bahagia bertunangan dengannya saat ini.

"Menurut mu?" Leona malah bertanya balik. Devon mengangkat sebelah alisnya.

"Menurut ku tidak." Jawab Devon seraya menggoda.

"Menurut mu aku tidak bahagia? Konyol sekali! Kaupun tau sendiri selama ini aku menantikan moment ini." Jawab Leona merengut dengan bersedekap tangan di dadanya. Seketika Devon tertawa, menertawakan sikap Leona yang sedang kesal padanya. Namun itu merupakan sebuah kepuasan tersendiri untuk menggoda kekasih cantiknya.

"Aku tau kau sangat-sangat bahagia bersanding dengan ku. Secara.. Aku itu tampan dan kaya. Kau beruntung memiliki ku, Leona." Ujar Devon menyombongkan diri.

"Ohh, jadi hanya aku yang beruntung. Kau tidak?" Tanya Leona lagi ketus.

Devon semakin melebarkan tawanya. Laki-laki itu sungguh sangat mudah tertawa saat bersamanya. Hal yang sangat sulit dilakukannya pada saat ia sedang serius dengan segala kesibukannya.

"Oke.. oke.. aku menyerah. Aku hanya bercanda. Mana mungkin aku tidak beruntung mendapatkan mu, karena selain cantik, berpendidikan, pandai mencari uang, pandai memasak, pandai bersih-bersih, juga pandai__" Devon menjeda kalimatnya. Membuat Leona penasaran.

"Pandai apalagi?" Sahut nya tak sabar, seketika wajah cantiknya mulai merona mendengar pujian dari Devon, namun saat ini dikepalanya dipenuhi hal-hal yang mesum. Kenapa bisa demikian? Entahlah. Namun pikiran itu benar-benar bersarang di kepala gadis itu.

Sesaat kemudian Devon menghela nafasnya kemudian berkata. "Pandai merajuk.." tawa Devon yang meledek langsung terlepas dan menggelegar di ruangan itu walaupun kegaduhan suara tamu undangan menenggelamkan suara tawa Devon yang mengudara.

P'tak!

"Dasar!" Leona menjitak kepala Devon dengan gemas, karena dari tadi Devon selalu mempermainkannya.

"Auww..., sakit, Leona." Devon meringis dengan dibuat-buat karena sebenarnya pukulan itu bahkan sama sekali tidak menyakitinya samasekali. Devon hanya ingin menggodanya saja.

"Rasakan itu!" Jawab Leona kesal.

"Aish.. kau kejam sekali." Ucap Devon.

"Biar kau tau rasa. Dasar menyebalkan!" Gerutu Leona, seraya mengerucutkan bibirnya. Melihat itu Devon menelan salivanya dengan berat. Dalam keadaan seperti itu Leona sangat-sangat terlihat sensual dan menggoda. Namun Devon harus bisa menahan diri saat ini.

"Sial" kata batin Devon frustasi.

Devon menarik nafas panjangnya untuk menetralisir rasa itu. "Tunggulah sebentar lagi," imbuhnya lagi untuk menenangkan dirinya sendiri.

Saat sedang bersusah payah Devon menetralisir keadaannya, tiba-tiba dari arah kerumunan tamu undangan terdengar sesuatu.

Craang!!

Suara gelas-gelas pecah terdengar melengking di seluruh penjuru ruangan. Semua orang menoleh bersamaan ke arah sumber suara itu.

"Astaga..." Ucap orang-orang yang terkejut dangan berbisik-bisik.

Terlihat penampakan gadis berbaju basah kuyup yang kotor dan berbau tanah basah, baru saja menabrak pelayan yang berlalu lalang mengedarkan minuman ke semua tamu undangan. Seketika orang-orang menutup hidung mereka sendiri dengan tidak sopan.

"Apa gadis itu...."

"Gila? Atau jangan-jangan pengemis?"

Ucapan-ucapan sinis yang terlontar dari arah para tamu undangan sebelum akhirnya terdengar suara riuh orang-orang tertawa terbahak-bahak mengejeknya terdengar sangat gaduh di telinganya.

"Hai, nona.. ada apa dengan dirimu?" Kata orang lainnya lagi.

"Hahaha... Ini pesta orang-orang elite. Bukan orang rendahan seperti mu, dasar rendahan!"

"Hus-hus... Sana pergi saja dari sini! Tidak ada yang akan memberimu uang recehan, karena kami semua tidak memiliki uang receh atau cash." Ucap orang lainnya lagi penuh kesombongan.

Sabella dengan penampilan yang berantakan dan kotor, mengepalkan tangannya, matanya membulat dan menatap semua orang dengan tatapan tajam.

"Cukup!!" Ucap Sabella dengan lantang dan berani membungkam semua mulut yang terus mengejeknya dengan brutal.

"Kalian pikir dengan tampilan ku seperti ini, aku merupakan seorang yang kalian pikirkan?! Picik sekali pikiran kalian. Tunggu saja, apa yang bisa dilakukan oleh pengemis rendahan ini!" Tak gentar Sabella berucap dengan hati yang meradang.

Seketika ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah menghubungi seseorang tak lupa ia mengambil gambar semua orang yang tadi menghinanya dengan kamera ponselnya.

"Akan ku ingat wajah wajah ini! Kalian akan      membayarnya sesuai ucapan kalian. Kalian semua akan menjadi pengemis dan gelandangan bahkan gila! Camkan itu baik-baik!" Ucapnya geram dengan sorot mata yang memerah.

Namun semua orang menertawakannya lagi. Mereka berpikir apa yang akan diperbuat oleh gadis lemah ini? Bahkan statusnya saja tidak selevel dengan mereka yang tinggi.

Namun tanpa diketahui oleh mereka, siapa sangka Sabella adalah salah satu putri dari orang yang berpengaruh di wilayah ini.

Saat mendengar kegaduhan itu Devon seketika meninggalkan pelaminannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Saat menyibak kerumunan itu didapatinya Sabella dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

"Sabella..." Panggil Devon terkejut.

"Mister..." Jawab Sabella dengan wajah yang pasrah serta menyedihkan.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!