"Jadi... Siapa nama anda, nona manis?" Aron berpura-pura tidak tahu akan nama gadis yang berada di sampingnya. Walaupun tadi sebenarnya Devon telah memberitahunya. Namun untuk meresmikan perkenalan mereka tidak ada salahnya menanyakan namanya kembali.
"Sabella," Jawabnya singkat tanpa berpaling ke arah Aron.
"Sabella, boleh ku tau mengapa kau sangat cantik?" Tanya Aron menggoda.
Mendengar itu, wajah yang sedari tadi hanya memandang ke arah luar dari balik kaca jendela mobil, tiba-tiba menoleh menghadap Aron karena terkejut dengan pertanyaan konyol dari nya.
"Ku ucapkan terima kasih atas pujian mu Tuan, tapi perlukah aku berkomentar dengan pertanyaan konyol mu itu?" Jawab Sabella datar.
Aron mengembangkan tawanya. Pria tampan itu semakin tampan kala senyuman manis hadir di wajah kulit putihnya. Walaupun demikian tidak menggetarkan hati Sabella sedikitpun. Karena hatinya hanya dipenuhi oleh nama Devon seorang. Sehingga mata hati Sabella tertutup walau keindahan lainnya berada tepat di pelupuk matanya.
"Kau tak perlu menjawabnya, karena memang pertanyaan ini tidak ada jawabannya." Aron senang bisa menggoda Sabella, walaupun yang sedang digoda menjadi kesal dibuatnya.
"Sudah tau begitu, masih saja dipertanyakan. Dasar pria aneh!" Gerutu Sabella kesal.
"Sekarang kita kemana?" Tanya Aron karena sedari tadi sibuk menggoda Sabella sampai lupa menanyakan arah tujuannya.
"Lurus saja, kita ke jalan Rodeo." Pinta Sabella.
Deg!
"Bukankah itu pemukiman elite para bangsawan? Jadi, siapakah sebenarnya gadis ini?" Batin Aron.
"Boleh tau nama belakang mu, nona Sabella?" Tanya Aron semakin penasaran dengan jati diri Sabella.
"Gustavo. Sabella Amandanyella Gustavo." Jelas Sabella.
"Apa? Jadi kau dari keluarga Gubernur?" Aron mulai terkejut. Tak menyangka gadis yang mandiri ini adalah keluarga bangsawan itu. Seharusnya dengan setatus keluarganya, Sabella diperlakukan dengan istimewa dengan penjagaan yang ketat kemanapun dan kapanpun. Hingga perlakuan tidak baik yang tadi sempat di alaminya tidak akan mungkin terjadi. Tapi ini? Sungguh sangat diluar dugaan.
Sabella menghela nafas beratnya, kemudian kembali menghadap Aron.
"Ya, aku sebenarnya putri ke tiga dari Tuan Ferdinand Gustavo, Gubernur wilayah ini" Ucap Sabella malas.
"Tapi, kenapa kau hanya seorang diri? Tanpa adanya pengawalan?" Aron terus menatap wajah Sabella, untuk melihat ekspresi wajahnya yang seketika tak ekspresif.
Sabella tersenyum getir. Sedetik kemudian wajah itu terlihat sangat resah. Seperti tersimpan beban berat di dirinya. Aron bisa menangkap hal itu dari wajahnya. Namun detik selanjutnya wajah Sabella mulai kembali normal dan dengan tegak kembali ia menoleh ke arah Aron.
"Aku tidak membutuhkan semua itu. Aku terbiasa mandiri, dan aku hanya perlu menyembunyikan identitas diri ku saja." Kembali Sabella memasang wajah dinginnya. Walaupun demikian sebenarnya ia tengah menahan dirinya agar tidak lebih terlarut dalam kesedihannya.
Aron yang mendengar hal tersebut terlihat tanpa ekspresi. Ia hanya larut dalam pikirannya sendiri. Ia menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada gadis cantik yang berada di sampingnya ini. Di hatinya terbersit keinginan untuk membersamai Sabella. Ia ingin menjadikan tempat ternyaman untuknya, menjadi sandarannya dan tempatnya berkeluh kesah. Namun apakah semua mungkin? Bahkan gadis ini sama sekali tidak tertarik oleh wajah rupawannya sekalipun. Sabella memang sangat unik dan menarik bagi Aron.
•
Setelah beberapa saat mobil mewah itu berada di depan gerbang tinggi menjulang. Terlihat rumah mewah nan megah di hadapannya.
"Aku turun di sini saja, Tuan. Terimakasih anda mau mengantarku pulang. Selamat malam!" Ujar Sabella saat akan membuka handle pintu mobil.
"Bisakah kita bertemu lagi? Bisakah kita berteman?" Pungkas Aron, seketika menghentikkan Sabella untuk membuka pintu mobil. Sabella menoleh kembali ke arah Aron yang masih menunggu jawabannya.
"Maukah kau menjadi teman ku, Sabella? Aku tau aku orang biasa dan_"
"Tentu saja! Aku tidak suka membeda-bedakan orang. Semuanya setara di mataku." Ucap Sabella memotong perkataan Aron. Aron kemudian tersenyum penuh arti pada Sabella. Sabella pun seketika membalas senyum Aron.
Deg.. deg.. deg..
Detak jantung Aron seketika kian kencang kala melihat senyum yang sangat manis dari wajah Sabella. Wajah oval yang mulus tanpa sedikitpun noda dan jerawat, disertai lesung pipi yang terbit di kedua sisinya, hidungnya yang mancung dan mungil, serta mata jernih dan lentik yang teduh dan menawan. Semuanya begitu indah dilihat. Senyum yang sedari tadi di sembunyikan di balik sikap dingin dan datarnya. Rupanya senyum itu adalah senyum dari lawan jenis yang paling memikat hatinya. Ternyata Sabella memang penuh kejutan bagi Aron.
Aron masih pada posisi terpakunya saat Sabella mulai menarik handle pintu kemudian keluar dari dalam mobil itu.
Brakk!
Suara hentakan pintu mobil yang tertutup seketika menyadarkan Aron yang tadi terpaku. Ia tersenyum sendiri saat menyadari hal itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya akan dirinya. Bisa-bisanya ia yang selama ini sering abai pada wanita-wanita yang sering mengejarnya, menjadi sangat-sangat mengagumi gadis remaja itu. Bahkan seorang gadis yang usianya belum genap 18 tahun itu mampu memancing rasa penasarannya.
"Aku memang benar-benar sudah gila!" Ucap Aron sendiri seraya terus menyunggingkan senyuman di wajah tampannya.
Aron terus menatap punggung Sabella yang mulai memasuki pintu gerbang kemudian masuk ke dalam halaman rumah mewah itu.
Saat tak lagi melihat sosok Sabella lagi kemudian ia mulai melajukan mobilnya dengan santai, seraya terus mengingat kejadian-kejadian saat tadi bersama gadis cantik itu.
"Kenapa otak ku terus memikirkan gadis itu. Konyol!" Gumamnya seraya mengulas senyum lebarnya.
Mobilpun melaju dengan kencangnya, membelah jalanan basah nya. Tujuan Aron saat ini adalah kediamannya. Lelah seharian mengurus pekerjaan, kemudian menghadiri pesta pertunangan sepupunya. Ya, Aron dan Devon adalah saudara sepupu. Tak heran wajah tampan mereka sebelas dua belas. Mereka sama-sama memiliki badan atletis dan tinggi badan yang proporsional. Mereka memiliki ketampanan sesuai versinya masing-masing.
Kala berada di lampu merah, Aron pun menghentikan laju kendaraannya. Tiba-tiba matanya menangkap kilauan benda di tempat duduk sebelahnya. Penglihatannya langsung tertuju pada sesuatu itu. Iapun mengeryitkan dahinya setelah mengambil dan memperhatikan benda itu. Ternyata sebuah jepit rambut wanita yang indah dan berkilauan yang kini sedang di pegang nya. Iapun mengulas senyumnya lagi dan lagi.
"Indah, seperti pemiliknya." Ucapnya di tengah senyuman seraya mandangi benda itu.
"Besok kau akan kembali kepada tuan mu." Tambahnya lagi dengan senyum keyakinan yang lebih mengembang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments