Novel dengan cover perpaduan warna hitam, putih dan merah jambu itu tertutup sebentar saat ujung bab dua itu diselesaikan. Senyum gadis itu tersungging sebentar namun kemudian berganti menjadi datar dan beralih dengan kesenduan yang membayang. Mata beningnya perlahan menjadi berair dan memantik perubahan warna di sana, putih bening menjadi kemerahan.
Gadis ayu pembaca novel itu berurai air mata. Sepertinya ada suatu kenangan yang memantik emosinya, terharu. "Rasamu kau awali dengan begitu dalam, Mas. Bahkan saat itu aku hanya sebatas mengagumi kelembutan tatapan dari seorang lelaki berwajah tampan. Namun kamu malah sudah menyemai cinta dengan begitu besarnya."
Keraguan menjerat dua jemarinya yang akan membuka lembar berikutnya dari novel kenangan masa lalunya itu. Namun keyakinan hati yang ingin terus mengungkap rahasia lelaki yang pernah menemani harinya pada masa lalu, membuat bab baru itu akhirnya terbaca juga.
Bab. 3 : Air matamu
Senin, hari yang selalu membosankan untuk diharapkan kedatangannya itu justru menjadi hari pertamaku sebagai pengangguran. Setelah keluar dari dunia kampus sebagai mahasiswa S2 sekaligus resign sebagai asdos, aku menikmati hari bebasku. Menyusuri jalanan yang lengang setelah waktu memasuki jam kerja kantor. Aku pacu motorku di bawah langit yang menggantungkan titik-titik air yang sebentar lagi akan berubah menjadi hujan.
Tak ada tujuan, begitulah perjalanan yang kini kulakukan. Mendekati lokasi sebuah kampus yang identik dengan warna putih, tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu derasnya. Sudah terlambat untuk menghindar, akhirnya tetap kulajukan motorku membelah jalanan yang tersapu derasnya air yang turun dari langit.
Dalam remangnya pandangan, kutemukan seraut wajah yang berhasil membelengguku. Ia sedang memaku, membiarkan dirinya menjadi korban keganasan derai hujan yang menggila. Kembali, mata kami saling menyatu. Namun, kutemukan sebuah perbedaan di sana. Ada guratan sendu dan buncahan rasa yang entah seperti apa. Perlahan samar dan akhirnya pandangan kami terhalang oleh gelapnya air yang makin deras mengguyur.
Pikiranku terganggu. Bukan oleh bayangan wajahnya seperti beberapa hari yang lalu melainkan oleh ekspresi yang tak menampakkan binar kebahagiaan. Ada geliat rasa cemas yang membayang. Apakah dia sedang tidak baik-baik saja?
Bila saja aku bisa, pasti kuhentikan waktu untuk bisa mendekapnya. Memberikan ketenangan karena rasa was was yang sedang menderanya. Jika saja aku punya kuasa pasti kusingkirkan hujan dan kupancarkan terangnya sinar mentari. Agar wajahnya yang sendu kembali menampakkan binar yang kemarin membuat hatiku bergetar.
Pikiran-pikiran itu terus saja menghantui kerja otakku Bahkan hingga aku sampai di rumah dan menenggelamkan diri di bathtub berisi air hangat, wajah sendunya terus bermain di ingatanku. Apakah ia sedang tersakiti?
Pencinta mana yang tega menyakiti gadis yang kupuja? Apakah ia kekasihnya? Apakah aku sudah terlambat menemukannya? Ataukah itu pertanda Tuhan menjawab pertanyaanku untuk menautkan tali perjodohan?
Aarrgghh!
Kubebaskan kepenatanku dengan teriakan di bawah guyuran shower. Rasanya aku sungguh tak rela melihatnya terluka sementara aku tak sanggup berbuat apa-apa. Apakah seharusnya tadi aku berhenti dan membawanya pergi. Meninggalkan guyuran hujan dan kesedihan yang tergambar di wajahnya.
______________________________________________
Novel itu ditutupnya, gadis ayu itu memaku di hadapan cermin meja rias. Menatap lekat wajah yang serupa dengan wajahnya. Melayangkan pikiran pada sebuah masa di mana cerita novel itu menjadi kisah nyata.
Saat derai hujan yang diceritakan, benar-benar membasahi tubuhnya yang juga basah oleh air mata. Keputusannya untuk menolak lelaki yang memperjuangkan cintanya selama sepuluh tahun, mendapatkan kecaman dari sahabatnya. Namun ia bisa apa? Cinta tak bisa dipaksa.
Helaan napas panjang ia bebaskan, melayangkan ingatan pada kisah cintanya yang rumit. Tentang lelaki yang menjadi binar bahagianya, yang kini semuanya sudah pergi, meninggalkannya seorang diri. Hanya novel di tangannya yang ingin dia ketahui, membuka tabir rahasia dari kegagalan cinta masa lalunya.
Ketukan di pintu kamarnya membuat ia terpaksa menyeka bening kristal yang mengalir tanpa disengaja. Seorang lelaki kembali masuk setelah gadis ayu itu mempersilakannya. Dengan nampan yang penuh makanan, lelaki itu tersenyum manis.
"Makanlah dulu, kamu sudah melewatkan jam makan malam," ucap lelaki itu seraya mengambilkan sepiring makanan untuk gadis ayu itu.
"Apakah jika aku makan, aku bisa mengejar kepergian mereka yang meninggalkanku?" tanya gadis itu dengan senyum yang dibuat untuk menertawakan dirinya sendiri, kerapuhan yang disembunyikan.
"Jangan mengejar yang sudah berlari di lintasan yang berbeda. Berjalanlah seiring dengan yang ada di sampingmu!" jelas lelaki itu dengan senyumnya, berusaha membuat gadis ayu itu tak terus terpaku pada kesedihannya.
"Apakah Bapak masih minat naik level? Dari abang jadi sayang?" tanya gadis itu sambil berusaha menahan butir air mata yang hendak mengalir kembali.
Rupanya kalimat yang diucapkannya sendiri "Dari Abang Jadi Sayang" membuka ingatannya pada seseorang yang dulu bertahta di hatinya tapi kini sudah pergi. Lelaki di sampingnya sepertinya menyadari apa yang terjadi. Dia menekuk kedua kakinya, bersimpuh di hadapan gadis yang tengah duduk itu.
"Hanya Dion yang punya level itu. Aku akan tetap menjadi Abangmu, tak akan pernah bisa menggantikan dia di hatimu," ucap lelaki itu sambil mengusap air mata yang mengalir semakin hebat.
Gadis ayu itu menundukkan kepalanya. Menatap manik hitam dari lelaki di hadapannya. "Pak, pergilah! Jangan habiskan waktumu untukku. Carilah wanita yang bisa membahagiakanmu."
"Aku tidak membutuhkan wanita lain. Bahagiaku adalah dengan menjadi abangmu, di sini menemanimu," ujar Lelaki itu dengan melengkungkan senyum sempurnanya.
Sesuap nasi sudah menunggu di depan mulut gadis ayu itu. Tangan milik lelaki itu yang mengulurkannya. Berusaha menyuapkan makanan agar perut gadis itu terisi oleh energi yang akan menjadi tenaganya untuk melewati hari. Ketelatenan yang ditunjukkan lelaki itu akhirnya membuat sang gadis ayu membuka mulutnya.
Senyum indah terkembang di bibir lelaki itu. "Kembalilah jadi Rosa yang selalu ceria, ketus saat digoda dan keras kepala saat tak suka!" ucap lelaki itu seraya membelai rambut gadis yang ada di hadapannya.
"Tak ada alasan yang bisa membuatku tersenyum," balas gadis ayu itu.
"Apakah aku bukan alasan? Ah ... tentu saja bukan! Tersenyumlah karena bahagiamu harus kamu ciptakan sendiri bukan karena orang lain," ucap lelaki itu seraya mengambilkan segelas air untuk gadis yang sedang disuapinya.
"Aku bahkan tidak ingin bahagia tanpanya," timpal gadis itu dengan nada datar.
"Apakah kamu pikir Dion akan bahagia jika melihatmu begini?" tanya lelaki itu sambil terus menyuapi gadis di hadapannya.
Gadis itu menunduk dan meluruhkan air matanya lagi. "Aku kangen dengan bahagianya saat membuatku bahagia."
Lelaki itu kemudian mengambil posisi berdiri dan merengkuh sang gadis ke dalam pelukannya. Dia membiarkan gadis itu terisak mengenang Dion, kekasih halal yang kini sudah kembali ke pangkuan sang Pencipta. Lelaki itu tak berusaha menghibur dengan kalimatnya karena ia tahu, yang dibutuhkan gadis itu hanya sebuah sandaran bukan perkataan yang hanya akan semakin menguatkan memori tentang kehilangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DI NOVEL TENTANG KITA GK DICERITAKN KPERGIAN DION, MNGKIN DI NOVEL INI DI ULAS, TPI DINOVEL TENTANG KITA. DION SMPAT BERKATA. KLO AKU PERGI MENINGGALKN MU DLU... DI BAB SETELAH ROSA MELAHIRKN ANAKNYA..
SEBENARNYA AKU KESAL DGN NOVEL TENTANG KITA, YG MNA ROSA MENIKAH DGN DION, DN KESAL JUGA DGN RUD....
DI NOVEL APA MRK BRSATU, KLO BRSATU, KASIAN BANGET DPT BEKAS2 DION..
MSH MNDING ZENO, MSKI JESS JNDA KEY, TPI JANDA BERSEGEL..
2024-04-10
0
Ririe Handay
Dion kenapa
2022-06-03
1
𝕽𝖎𝖞𝖆𝖓𝖆
dion meninggal??? 😭😭kasian Rosa. smpe merinding bacanya.
2021-10-17
0