“Lo emang pacar gue,” Zeo mengakui dengan berat hati, “tapi lo enggak usah bersikap lebay deh, sampai jemput segala. Acara masih lama lagi.”
“Gue enggak jemput lo, Bodoh!”
Saat itu juga Zeo berharap sebuah batu besar jatuh dari langit ke arahnya sehingga menenggelamkannya ke dalam tanah. Itu lebih baik daripada rasa malu yang dihadapinya sekarang.
“Terus ….” Ah, lidah Zeo terasa kelu. Jika dia diam begitu saja, itu akan semakin menghancurkan harga dirinya.
“Terus ngapain lo ke sini?” tanya Zeo sinis.
Satria pun melepaskan punggungnya dari motor. Dia berjalan ke arah Zeo dengan memegang sebuah tas kertas. Kemudian dia melemparkan tas itu kepada Zeo. “Itu gaun buat lo ke pesta nanti,” kata Satria.
Makasih, Sat, batin Zeo.
Pacar kaya memang berbeda dibandingkan pacar-pacar lain yang hanya bermodal cinta. Kini Zeo memiliki kesempatan melepaskan diri dari gaun aneh ini.
“Enggak usah. Gue udah punya,” tolak Zeo sembari melemparkan tas itu kembali ke dalam pelukan Satria.
Setelah berbagai macam ucapan Zeo lemparkan kepada Satria, tidak benar bagi Zeo untuk menerima gaun itu begitu saja. Zeo hanya bisa berharap kalau Satria tidak akan mengambil hati ucapannya.
“Terus lo mau malu-maluin gue pakai gaun itu?!” seru Satria sembari menunjuk gaun merah yang masih menempel di tubuh Zeo.
“Emangnya kenapa? Kata temen gue ini bagus, kok.” Zeo membuka kedua tangannya untuk menunjukkan gaun itu sepenuhnya. “Dia juga pakai gaun ini buat kencan pertamanya.” Akhirnya Zeo mengkhianati dirinya sendiri demi harga diri.
“Lo masih anak SMA, bodoh. Bukan tante-tante yang lagi kondangan. Harusnya lo pakai gaun yang warnanya lebih muda dan enggak di atas lutut,” sindir Satria. Dia mengembalikan tas itu kepada Zeo.
Tante-tante yang lagi kondangan? Zeo benar-benar terhina dengan itu, tetapi dia lebih terhina saat mengenakan gaun itu. Lagipula mana ada tante-tante yang kondangan pakai gaun sependek itu.
“Terserah lo, deh.” Zeo tidak mengalah. Dia lebih takut jika gaun itu sampai diambil lagi dibandingkan kalah berdebat.
“Iya. Emang terserah gue.”
Tiba-tiba Satria mengecup kening Zeo. Meski hanya kecupan, itu berlangsung cukup lama. Anehnya Zeo tidak mengelak sedikit pun. Dia malah membeku.
Setelah melepaskan kecupannya, Satria tidak mengatakan apa pun. Dia langsung menaiki motornya dan pergi begitu saja. Bahkan setelah motor Satria lenyap cukup lama, Zeo masih tidak bergerak dari tempatnya. Dia malah bertanya-tanya atas apa yang dilakukannya baru saja—pasrah.
Meski sempat bertanya-tanya, Zeo segera mengabaikan seluruh pertanyaan itu. Lagipula kecupan seperti itu tidak ada artinya sama sekali. Dia sudah mendapatkan kecupan seperti itu beberapa kali—dari ayahnya, ibunya, dan kakaknya. Oh, Tiwi juga pernah memberikan kecupan seperti itu. Zeo pun kembali ke kamarnya.
“Siapa tadi?” tanya Tiwi.
“Kurir. Temen gue ada yang beliin gaun tiba-tiba,” jawab Zeo berbohong.
Tiwi langsung menarik tas itu dan membukanya. Rupanya tas itu berisi gaun selutut berwarna merah muda dan sebuah topeng berbulu dengan warna yang sama. Tiwi memamerkan gaun itu dan menempelkannya ke tubuh Zeo.
“Wah, cantik banget nih gaun. Pas lagi. Lo pakai yang ini aja, deh.”
“Terus gaun lo, gimana?” Zeo khawatir Tiwi akan sakit hati.
“Itu gaun kencan pertama gue. Gue mana rela dipakai sama orang lain. Gue cuma ngerasa tahu diri aja numpangin hidup gue ke lo.”
“Gitu, ya. Ya udah, deh.” Zeo memasang wajah menyesal. Padahal sebenarnya dia bersuka ria di dalam hati. Zeo benar-benar orang yang munafik.
Seperti yang diduga, Zeo memang cocok memakai gaun pemberian Satria. Dia yang sudah cantik menjadi semakin bersinar. Tiwi tidak menyesal telah memaksa Zeo mengenakan gaun itu. Akan tetapi, setelah dilihat dengan baik-baik, Tiwi menemukan sebuah kekurangan lain.
“Payudara lo kok kecil banget?” tanya Tiwi tanpa malu-malu.
Zeo pun menurunkan tatapannya. Menyadari bagian itu menjadi sasaran tatapan Tiwi, Zeo pun memeluk tubuhnya sendiri untuk menghalau tatapan itu.
“Gue masih sekolah, Wi!” teriak Zeo.
“Lo emang masih sekolah, tapi lo bukan anak SD!” balas Tiwi meneriaki.
“Terus lo mau apa?” Zeo mulai merasa ketakutan. Tiwi sering bersikap berbeda dari kebanyakan orang.
Tiwi menyeringai. Kemudian dia pergi membuka lemari. Beberpapa saat kemudian, dia berbalik dengan memegang dua gulungan kaus kaki.
“Ngapain lo bawa kaus kaki segala?” Zeo bertanya-tanya.
Tiwi tidak mengatakan apa pun. Dia langsung menerkam Zeo sampai terjatuh ke atas ranjang dan bersikeras memasukkan tangannya ke dalam gaun Zeo.
“Hei!” jerit Zeo. Dia mulai berpikir macam-macam.
Tiwi bersikeras memasang kedua gulungan kaus kaki itu ke dalam gaun Zeo. Dia baru melepaskan Zeo setelah berhasil memasangnya.
“Apa yang lo lakuin?” tanya Zeo dengan memeluk tubuhnya sendiri.
“Buka tangan lo dan berdiri di depan cermin.” Tiwi menunjuk cermin lemari di belakangnya.
Zeo berjalan sembari melirik Tiwi dengan was-was. Setelah melihat pantulan dirinya di cermin, Zeo menemukan perubahan pesat dirinya. Dia pun berbalik dengan wajah kesal. “Kenapa gue jadi aneh?!” protes Zeo.
Zeo berusaha menarik gulungan kaus kaki itu, tetapi Tiwi menahan tangannya. “Apa lo bodoh?! Ini udah biasa buat cewek-cewek seusia lo! Lo ke sana pakai gaun, bukan seragam. Jadi temen-temen lo bakal ngelihat sisi dewasa lo.”
“Tapi ….”
Berulang-ulang Zeo mengatakan keberatannya, tetapi Tiwi selalu berhasil mematahkannya. Akhirnya Zeo pun pergi ke pesta itu dengan mengenakan kedua kaus kaki itu. Entah yang dilakukannya ini benar atau dia sudah gila.
***
**Yuk, baca cerita baruku.
Judul: Terjebak Pernikahan Rahasia
Blurb:
Aku, Clarissa Aulia Fransiska, seorang artis papan atas yang jatuh karena skandal perselingkuhan. Di saat aku berusaha untuk bangkit, aku justru terjebak dalam pernikahan rahasia.
Bagai keluar dari mulut singa lalu masuk lubang buaya. Sebelum aku bisa memulihkan kehidupanku, aku justru terlibat dalam kehidupan Adimas Raden Pratama, Direktur Utama perusahaan Moza. Seorang iblis berwajah malaikat. Dia selalu tersenyum pada siapapun. Tapi padaku, dia tidak sungkan menunjukkan wajah aslinya. Dia benar-benar berbeda dari Adimas yang pernah menjadi bagian dari masa laluku.
Setelah menjalani kebersamaan dengannya dalam pernikahan rahasia ini, aku menemukan sesuatu, bahwa ingatannya tak pernah melepaskan masa lalu itu.
“Hanya karena kita menikah, jangan harap kamu bisa bertingkah sebagai istriku. Pernikahan ini hanya jalanku untuk mengikatmu. Aku kan, enggak mau uangku yang banyak lepas gitu aja.”
-Adimas Raden Pratama**-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
lestary😉
haaaa lucunya thor...
2020-11-25
1
Ersix zein
tiwinya lagi ngidam kayaknya
2020-10-05
0
𝓜𝓪𝓴 𝓚𝓾𝓬𝓲𝓷𝓰
jadi inget asistenku, dadanya rata, pas nikah di ganjel kaos kaki kamisolnya, kan gak lucu pake' baju penganten solo basahan dan dada nya rata . . . ,
2020-09-13
0