Tanpa terasa hubunganku dan Rahman sudah di bulan ke 3 usia pacaran. Tapi aku sudah merasa jenuh. Akupun baru menyadari bahwa hubunganku tidak ada perkembangan karena Rahman tak kunjung mencari pekerjaan juga.
Ayahku adalah tipe orang tua yang tidak gegabah dalam menegur anak gadisnya, terlebih setelah kejadian malam itu ia pun semakin menyadari bahwa anak gadisnya kini sudah tumbuh menjadi seorang wanita muda.
Kemudian aku memutuskan hubunganku dengan Rahman karena suatu kejadian, kala itu Rahman melakukan hal yang berdampak fatal pada semua, dan membuatku harus menunggu satu jam lebih dari waktu pulang kerja karena lembur.
Aku hampir-hampiran tidak bisa pulang, karena melewatkan angkot terakhir, yang menuju ke arah rumahku. Saat itu belum ada ojek online, sedangkan uangku tidak cukup untuk naik taxi karena sisa gaji satu bulan sudah habis oleh Rahman. Sehingga tidak ada opsi lain selain meminta tolong kepada ayah untuk menjemputku pulang.
"Halo Ayah, teteh masih ditempat kerja, Rahman belum datang jemput, disini udah mulai sepi teteh takut yah, hiks hiks hiks", isakku kala menelpon ayah.
Ayah yang kala itu sedang berada ditempat kerja karena shift malam merasakan dadanya bergemuruh kala mendengar putri semata wayangnya menangis terisak-isak ditelpon karena kekasihnya tak kunjung menjemput.
Dengan perasaan panik ayah mencoba menenangkanku, "Teh, coba teteh liat dulu angkot terakhir masih ada atau engga, nanti teteh hubungi ayah lagi ya."
Akupun mengikuti saran ayah, aku berjalan menyusuri pangkalan angkot terakhir yang menuju ke daerah rumahku. Kemudian aku menghubungi ayahku lagi.
"Alhamdulillah yah masih ada satu angkot, tapi disini gelap dan sepi gak ada penumpang lainnya", jawabku gemetar saat bercerita kepada ayah tentang kondisi di area tersebut, pasalnya angkot terakhir itu hanya diisi sopir dan satu penumpang pria dibelakang, sehingga ayahpun ikut merasa panik.
"Teh, teteh duduk didepan aja dekat supir, ayah akan izin dulu untuk jemput teteh, nanti teteh turun didepan gang saja, biar ayah yang antar teteh sampai rumah", bujuk ayah untuk menenangkanku, dan panggilan teleponpun terputus.
Aku pun mengikuti saran ayah dan duduk disamping pak sopir, angkot terakhir itupun lumayan lama ngetem dikarenakan masih menunggu penumpang yang lain.
Disisi lain karena panik memikirkanku, Ayah lalu bergegas meninggalkan pekerjaannya dan menjemputku dengan pikiran yang kacau tanpa ia sadari ia telah melakukan kesalahan yang fatal dengan pekerjaannya.
Akhirnya angkot yang ku tumpangi pun pergi. 20 menit kemudian angkot sudah tiba di sisi jalan tepat dengan gang rumahku, lalu akupun menelpon ayah dan mengatakan bila sudah sampai didepan gang.
Tibalah ayah digang tersebut,kemudian mengantarkanku sampai kerumah. (TOK TOK TOK) "Assalamualaikum mah" dan tak lama pintu pun terbuka..
"Waalaikumsalam, kenapa teteh baru pulang?", tanya mamah.
"Ia tadi Rah..." belum selesai aku menjawab, ayah sudah menimpali kata-kataku.
"Tadi si Rahman gak jemput teteh bu, jadi ayah yang jemput dari gang depan".. (Ayah memang memanggil mamaku dengan sebutan ibu, berbeda dengan kedua anaknya yang memanggil mama dengan sebutan mamah).
"Loh kok bisa, memang Rahman kemana? terus kerjaan ayah gimana?", tanya mamah kepada kami.
"Rahman bilang mau jemput tapi setelah ditunggu-tunggu gak datang juga, ditelpon dirijek terus", jawabku sambil berjalan ke kamar..
"Bu, ayah langsung balik ke tempat kerja ya, tadi kerjaan ayah belum selesai", kemudian ayah pamit menyalakan kembali motornya.
"Hati-hati yah jangan ngebut bawa motornya", pesan mamah pada ayah, kemudian motor pun berlalu sambil dijawab ayah, " Iya bu".
Setelah selesai berganti baju, akupun kembali kedepan menemui mamah lalu duduk di depan tv, " Ayah udah pergi lagi mah?", tanyaku pada mamah.
"Sudah teh", jawab mamah sambil mengunci pintu dan duduk disebelahku. Kemudian beliau bertanya, " Kamu dan Rahman kenapa? belakangan ini Rahman sering sekali ingkar janji untuk menjemput dan membiarkan kamu menunggu, dan parahnya malam ini sampai kamu pulang selarut ini?", tanya mamaku dengan wajah panik dan bertanya-tanya.
Aku hanya menarik nafas dan menjawab pertanyaan mamaku dengan mengangkat kedua bahuku sebagai jawaban tidak tahu. Belakangan ini Rahman memang sering mengingkari janjinya, setelah ku tanyakan alasan kepadanya, dia hanya menjawab dengan alasan yang tidak masuk akal. Entah mengapa kata-katanya belakangan ini tidak bisa dipercaya dan itu membuatku sangat kesal.
"Teh, semoga kedepannya ini tidak terjadi lagi, apa kamu tidak melihat begitu paniknya ayah kamu sampai meninggalkan pekerjaannya? bergegas menjemputmu karena khawatir putri semata wayangnya belum pulang kerumah hingga larut malam, bagaimana bila terjadi sesuatu padamu atau pada ayahmu karena ia panik?", kemudian mamah mengusap kepalaku sebelum aku menjawab pertanyaannya beliau kembali bertanya," Kamu sudah makan malam? bila belum makanlah dulu lalu istirahat, jangan begadang, jaga kesehatanmu, kita bahas nanti lagi saja, mamah tidur duluan ya", kemudian mama beranjak dari tempat duduk menuju kamarnya.
Hal yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, ternyata begitu besar rasa cinta ayah kepadaku sampai melakukan apapun untuk putrinya, dia tidak memperdulikan dirinya sendiri, sungguh merasa bersalah aku pada ayah, hanya agar tidak diolok-olok lagi oleh teman-temanku, dan agar ayah tidak terlalu posesif padaku, aku harus berpacaran dengan orang yang salah.
Iya benar, orang yang salah, sebenarnya sejak awal pun aku sudah menyadarinya, jika aku sudah memacari pria yang salah, pasalnya selain pengeretan, lelaki itu pun begitu sombong, padahal ia hanya seorang pengangguran, tetapi gayanya begitu tinggi, tak jarang barang yang dipamerkan pun adalah hasil dari ia meminta sampai mengemis-ngemis untuk dibelikan olehku.
Bahkan disaat ia membuatku menunggu 1jam ditempat kerja, sebenarnya ia sedang berkumpul bersama saudari dan teman nya yang hedon, sambil memamerkan hp apel terbaru yang ia dapat hasil dari kredit, tentu saja menggunakan uangku sebagai dp nya.
Wulan bilang aku memang terlalu baik, teramat sangat baik malah, sampai aku sering diperalat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan kebaikan serta kepolosanku, itu karena aku adalah orang yang mudah merasa iba, karena pikiranku yang selalu positif kepada orang lain.
Namun kejadian hari ini benar-benar membukakan mataku, aku tersadar sepenuhnya dengan semua yang terjadi, ternyata ini semua memang hanya akal-akalan Rahman yang sengaja memanfaatkan perasaanku untuk menopang hidupnya dan memenuhi keinginannya, karena ia seorang lelaki pengangguran, aku yang buta akan cinta Rahman pun, hanya menutup mata kala menyadari maksud dari pria itu sebelumnya.
Selama ini aku mengabaikan perhatian serta kasih sayang ayah tercintaku dan menganggap semua yang dilakukan beliau adalah pengekangan yang membuatku risih karena terus diolok-olok oleh temanku dan lebih memilih pria modus yang jelas-jelas tidak tulus padaku. Padahal apa yang ayah lakukan adalah untuk menjaga dan melindungiku tanpa pamrih, kasih sayang yang beliau berikan begitu tulus, bahkan pengorbanannya tidak pernah dilakukan pria lain kepadaku termasuk oleh Rahman.
Aku merenung diatas tempat tidur dan mengingat kembali semua yang telah terjadi belakangan ini, rasanya sangat menyesakkan dada, hingga tanpa kusadari, mengingat hal itu telah membuatku meneteskan air mata, sampai larut dalam kenangan itu membuatku pun tertidur.
Keesokan harinya aku bangun siang karena kebetulan itu adalah hari libur kerja, sehingga mamah tidak membangunkanku pagi-pagi seperti biasa. Dengan mata sembab, aku pun segera mandi dan bersiap-siap membantu mamah untuk memasak hingga terdengar suara pintu diketuk.. TOK TOK TOK.
Mamah yang sedang mengiris bawang hendak membukakan pintu namun dicegah olehku. Akupun beranjak dari dapur menuju ruang depan untuk membuka kan pintu. (CEKLEEEK dan pintu pun terbuka) "Loh ayah baru pulang?" tanyaku ketika melihat ayah didepan pintu tetapi tidak mendengar suara motornya.
"Iya teh", kemudian ayah membuka sepatu lalu masuk kedalam. Ayah berlalu menuju kamar, setelah mengganti baju ayah duduk didepan tv sambil mengeluarkan rokok nya.
"Yah sebentar ibu buat kan kopi dulu ya," Kata mamahku sedikit berteriak dari arah dapur,dan hanya dijawab anggukan oleh ayah sembari berkata "Ya".
Aku pun kembali kedapur bermasuk untuk membantu mamah membuatkan kopi untuk ayah karena mamah sedang sibuk memasak di dapur. "Yah ini kopinya, ayah tadi matiin motornya dimana kok teteh gak denger ada suara motor datang?", tanyaku kepada ayah sambil menyodorkan secangkir kopi kepada beliau.
"Tadi didepan ketemu paman kamu, jadi ayah matikan motornya, ngobrol sebentar lalu pulang, kalo harus dinyalakan lagi tanggung, jadi ayah dorong motornya", Jawab ayahku kemudian.
Aku memandangi ayah terlihat guratan lelah diwajahnya, dan sepertinya ayahku sedang ada masalah. Aku enggan bertanya dan membiarkan beliau menyeruput kopi hitam kesukaannya dan sebatang rokok favoritnya, lalu akupun kembali ke dapur membantu mamah bersih-bersih karena setelah makanan yang ia masak selesai waktunya makan siang untuk kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments