Episode 4

Akhirnya masakan mamah sudah jadi, beliau membuat makanan spesial untuk kami, walau menunya sederhana, namun masakan mamah selalu jadi juara, terutama sambal dan tumis kangkungnya, yang berhasil membuat lupa diri saat menikmatinya.

Lalu apa yang spesial? Yaitu masakan yang dibuatnya hari ini semua dalam porsi jumbo. Semenjak aku bekerja, aku jarang menghabiskan waktu untuk makan bersama seperti ini, ditambah karena jadwal liburku dan ayahku yang berbeda, namun hari ini untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama, kami dapat berkumpul untuk makan bersama.

Saat tengah mempersiapkan makanan diatas meja, siang itu adikku baru pulang sekolah, setelah mengganti baju, adikku ikut berkumpul bersama kami untuk makan siang.

Suasana hari itu sedikit canggung, tidak biasanya ayah sedikit lebih mengacuhkanku, mungkin beliau masih kepikiran dengan hal semalam, karena bagaimanapun yang namanya orang tua pasti akan lebih khawatir kepada anaknya, ketika sang anak sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

 "Yah, apa nasinya cukup?" tanya mamahku kepada ayah sambil menyendokkan nasi diatas piring..

 "Cukup bu,kalau kurang gampang nanti bisa tambah", jawab ayahku sambil mengambil piring dari mamah.

 "A bagaimana dengan sekolahmu hari ini?", tanya ayahku kepada adikku.

 "Ya begitulah yah seperti biasa, tapi tadi di sekolah ada ulangan dadakan, untungnya materi pelajaran sudah aku kuasai dengan baik, jadi bukan masalah besar", jawab adikku dengan pede sambil mengunyah makanannya.

 "Ya baguslah kalau begitu, kamu harus sekolah dan belajar yang rajin ya, sebentar lagi kelulusan bukan?", tanya ayahku lagi.

 "Iya yah” jawab adikku dengan lirih.

 “Ada apa A?” tanya ayahku karena mendengar jawaban anak lelakinya dengan lirih.

 “Hmm, yah sepatu aku sudah robek, kalau ayah punya uang, boleh gak aku minta dibeliin sepatu baru??", tutur adikku sambil terbata-bata kala mengucapkannya.

Sebenarnya adikku ragu untuk mengutarakan inginnya itu, tapi ia tetap harus mengatakannya, karena satu-satunya sepatu sekolah miliknya sudah tak layak pakai.

Ragu untuk mengatakan kepada ayah, karena ia tahu jika penghasilan ayah tidak cukup besar. Dan ia tidak ingin hal itu menjadi beban untuk ayah, sementara ia enggan untuk meminta kepadaku.

Aku yang mendengar percakapan ayah dan anak itu hanya terdiam sambil menundukan wajah, selama ini aku dan adikku memang tidak terlalu dekat, apalagi menghabiskan waktu untuk mengobrol, jadi waktu yang dihabiskan untuk kami berinteraksi tidaklah banyak.

Terlebih karena kala itu adikku sudah kelas 3 SMP, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar kerja kelompok bersama teman-temannya dan jarang dirumah, sedangkan aku sudah bekerja, karena terkadang seperti hari libur saja aku bangun siang dan tidur lebih cepat karena harus bangun pagi lagi untuk memulai kerja besok.

 "Iya nanti kita beli ya, doakan saja bulan depan ayah ada uang lebih dan bisa belikan kamu sepatu baru", jawab ayahku.

Lalu adikku pun tersenyum sambil menjawab, " Iya makasih yah".

Aku melamun disela-sela makanku, merenungkan semua yang terjadi belakangan ini, ternyata aku banyak menghabiskan uangku untuk seorang pria modus, sedangkan adikku yang jelas-jelas lebih membutuhkannya, aku justru tidak tahu, mengapa aku bodoh sekali, gumamku dalam hati.

Kesalahan terbesarku adalah memprioritaskan orang lain tanpa menyadari bahwa orang-orang terdekatku lebih membutuhkannya, padahal merekalah yang selalu ada untukku, dan mereka jugalah yang memprioritaskanku dibandingkan yang lainnya.

Akupun tersadar dari lamunan ketika ayah bertanya padaku, "Bagaimana dengan Rahman? apa dia memberi penjelasan dengan kejadian semalam?", tanya ayahku sambil memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Teteh sudah putus dengan Rahman yah, semalam teteh putuskan dia dan sudah memblokirnya!" jawabku sambil menundukan wajah, tak berani aku menatap wajah ayahku.

"Hmm (sambil mengangguk-anggukkan kepala) jika menurutmu itu yang terbaik, ayah mendukung, karena ayah tahu putri ayah itu cerdas, dia pasti berpikir dulu sebelum mengambil sebuah keputusan".

Mendengar kata-kata ayah barusan, aku seperti tersentil, pasalnya dulu ketika aku memutuskan untuk berpacaran dengan Rahman, aku begitu gegabah dan tidak berpikir bahwa pria itu hanya memanfaatkan uangku saja, dan tentunya keluargaku tidak pernah tahu soal itu.

Sesak rasanya menahan air mata ini agar tidak lolos dari mataku, menahan gemuruh yang ada di dada, cinta yang membuatku buta hingga mengabaikan mereka, orang-orang yang ada dihadapanku ini.

Mereka yang dengan tulus memberiku kasih sayang, mereka yang tanpa pamrih memberiku rasa nyaman, dan ya.. aku benar.. keputusanku kali ini benar, aku tidak menyesal karena sudah memutuskan Rahman dan lebih memilih kembali pada keluargaku.

"Iya yah, teteh pengen fokus kerja dulu, dan sepertinya menghabiskan waktu dengan keluarga seperti dulu, jauh lebih menyenangkan" ucapku dengan mantap sambil tersenyum.

Semenjak berpacaran dengan Rahman, aku memang jarang ada waktu dengan keluarga, dihari libur kerja pun aku selalu pergi hang-out dengan Rahman dan teman-teman maupun saudarinya.

Bersama Rahman, aku memang banyak bertemu dengan orang-orang baru, tapi aku tidak pernah merasa nyaman berada di lingkungan hedon itu, berada ditengah orang-orang yang selalu menghambur-hamburkan uang orang tua mereka, berbanding terbalik sekali denganku yang sudah menghasilkan uang sendri, ditambah karena aku juga terlahir dari keluarga sederhana, hingga aku terbiasa hidup hemat.

Lelah nya bekerja membuatku semakin bijak mengeluarkan pundi-pundi rupiah hasil kerja kerasku tersebut, namun karena cinta buta kepada Rahman, hasil kerja kerasku 1 bulan bisa habis hanya dalam 1 minggu.

"Baguslah kalau begitu, ayah lebih suka kalau kamu fokus pada pekerjaanmu dulu, daripada berhubungan dengan pria yang tidak baik seperti itu".

Seketika aku terkejut mendengarkan perkataan ayah barusan, apa yang ayah katakan memang benar, tapi apa sebenarnya maksud perkataan ayah? apa ayah tau tentang apa yang terjadi antara aku dan Rahman? Apa ayah tahu jika selama ini aku mengeluarkan uang untuk menyokong pria itu?

Aku hanya terdiam tak bergeming, dan dengan susah payah aku menelan makananku yang hampir tersedak, karena mendengar ucapan ayah.

"Nih minum dulu, pelan-pelan makannya teh", mamahku memberikanku minum sambil menepuk2kan punggungku. Kemudian aku meminum air yang diberikan mamah dan menaruh gelas itu disamping piringku.

Setelah selesai makan, aku membantu mamah mencuci piring kotor, kemudian mengambil hp ku yang ku simpan dikamar seharian ini, ada banyak panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal, membuatku mengerutkan dahi bertanya-tanya, siapa yang menelponku sebanyak ini dengan no baru??

Memang aku selalu mengaktifkan mode silent bila sedang dirumah karena aku tidak mau waktuku beristirahat dan bersantai dengan orang rumah terganggu.

Tanpa ambil pusing ku abaikan panggilan tak terjawab tadi karena dipikirku mungkin yang menelponku berkali-kali itu adalah Rahman, karena no nya sudah aku blokir sehingga dia tidak bisa menghubungiku, lalu mencoba menggunakan nomor yg lain..

Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, dan rencananya malam ini kami ingin makan nasi goreng saja di pedagang keliling langganan kami. Aku berinisiatif mentraktir keluargaku, karena rasanya sudah lama aku tidak menyenangkan mereka walau hanya dengan membuat perut mereka kenyang.

Setelah makan malam berlalu, aku memutuskan menyiapkan pakaian kerjaku untuk ku pakai besok pagi. Aku siap-siap naik ke ranjangku, dan ketika aku hendak mencharge hp ku, ku lihat ada notifikasi masuk, 3 panggilan tak terjawab dan 2 pesan dari nomor yang tidak dikenal tersebut.

Karena penasaran lalu ku buka isi pesan itu. Dan benar saja ternyata Rahman yang berusaha menghubungiku dengan nomor baru, dia tidak terima aku memutuskannya begitu saja dan memblokir nomornya.

"Yank ini Rahman, kamu kenapa blokir nomor aku sih? aku minta maaf, waktu itu gak jadi jemput kamu karena aku lagi ada acara dan gak bisa ninggalin acaranya gitu aja, kamu jangan marah maafin aku. Angkat telponnya aku ingin bicara". Begitu isi pesan yang pertama.

"Yank aku gak mau kita putus, aku cinta sama kamu yank maafin aku, aku janji gak bakalan ingkar janji lagi, tolong angkat telpon aku yank atau minimal kamu balas pesan ini, aku gak mau kehilangan kamu yank". Begitu isi pesan yang kedua.

Aku adalah orang yang paling benci ketika orang yang aku percaya ingkar berkali-kali. sekali dua kali aku masih bisa memaafkan, tapi yang terakhir kemarin sudah benar-benar keterlaluan.

Kemudian aku men-setting panggilan di hp ku agar nomor tidak dikenal ataupun pesan dari no yang tidak aku kenal bisa terblokir otomatis. Aku memang masih menyimpan rasa terhadap Rahman, tapi aku juga tidak ingin melakukan hal bodoh lagi, sudah cukup selama ini kesabaranku menghadapi sikapnya yang semaunya sendiri. Kini lebih baik aku fokus pada pekerjaanku, dan fokus pada keluargaku saja.

Sekarang sudah jam 9 malam, waktunya aku tidur agar besok pagi badanku berasa lebih segar untuk memulai aktivitasku seperti hari-hari sebelumnya. Setelah aku mencharge hp,kemudian aku berbaring menuju alam mimpi tidak lupa berdoa terlebih dahulu.

Keesokan harinya saat ditempat kerja, Rahman menyusulku kesana, ia meminta izin untuk berbicara sebentar denganku. Saat itu aku hanya menengok kearah Wulan, dan ia mengangguk seraya mengizinkan. Kamipun keluar karena tidak ingin percakapan kami didengar oleh teman-temanku.

Rahman meminta maaf dan ia ingin kembali lagi kepadaku, sayangnya aku sudah tidak peduli, dan mau bagaimanapun ia memohon aku sungguh tidak akan pernah kembali kepadanya.

Kemudian akupun mengatakan 1 hal kepadanya yang akhirnya membuatnya diam dan pergi, aku mengatakan jika aku sudah memiliki kekasih baru, yang lebih baik darinya, dan yang pasti tidak memanfaatkanku seperti Rahman.

Mendengar hal itu Rahman hanya terdiam dan pergi, pastinya ia merasa tersentil dengan ucapanku, sehingga ia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Aku kembali ke tempat kerja, dan ternyata Wulan sudah menungguku dengan gelisah, Wulan takut jika aku luluh dan kembali lagi kepada Rahman. Namun aku menjelaskan semuanya, termasuk kebohonganku yang mengatakan jika aku sudah mempunyai kekasih baru adalah agar Rahman kecewa.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Epidode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Epidode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!