Setelah terdiam cukup lama Derel kembali bicara " Bagaimana pendapat kalian mengenai rumah ini? Abang mau mendengar pendapat kalian juga." Derel mempersilahkan adik - adiknya mengutarakan pendapatnya sendiri.
"Menurut aku sih sayang, bang kalau di jual. Rumah ini banyak meninggalkan kenangan yang tak ternilai harganya. Di sini kita dilahir dan di besarkan,rasanya sayang aja." Rafi menemukannya pendapatnya.
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Derel pada kedua adiknya yang lain.
"Aku setuju aja apa yang Rafi katakan bang. Rumah ini satu - satunya harta ibu yang begitu sayang jika di jual." Mercy mengutarakan pendapatnya.
"Kamu bagaiman Gani?" tanya Derel pada adik keduanya yang sedang duduk termenung.
"Kalau aku sih maunya di jual,bang. Biar jelas dan tidak ada perdebatan nantinya. Kalau di bialng sayang, memang sih sayang. Tapi untuk jaga - jaga aja supaya tidak ada perdebatan hak waris." pendapat Gani be4neda dengan pendapat kedua adiknya.
"Ide kamu bagus juga. Tapi abang lebih setuju pada pendapat Mercy dan Rafi. Tapi sudut rumah ada memorinya. Banyak kenangan ayah dan ibu di rumah ini." Derel merasa sedih kembali teringat saat kedua orang tuanya masih ada.
Rasanya tawa ayah dan ibunya terdengar kembali di telinganya.
"Lalu apa yang akan abang lakukan?" tanya Gani.
Derel menarik nafas kasar beberapa kali dan menghembuskannya. Ia bangun dari duduknya dan berdiri di sudut pintu masuk ruamh. Matanya menyapu sekeliling.
"Abang ga tega menjual rumah ini." satu tetes air mata jatuh membasahi pipi Derel dan buru.- buru di hapusnya.
"Tapi,bang. Aku minta haknya aku." ujar Gani tiba - tiba. Semua mata memandang serempak ke arah Gani.
"Loh kok pada ngeliatin aku, wajar dong aku meminta apa yang seharusnya jadi milik aku." ujar Gani gugup.
"Baiklah jika itu maunya kamu." jawab Derel dengan nafas berat.
"Bang...." Mercy dan Rafi serempak menatap kakak tertua mereka.
"Kamu akan mendapatkan bagian kamu." ujar Derel membuat Gani dan istrinya saling melempar senyum.
"Bang." panggil Rafi.
"Apa?"
"Pokoknya aku dan teh Mercy tidak mau rumah ini di jual." kilatan amarah terpancar di mata Rafi.
"Eh Rafi udah terima sajalah,toh kamu bisa membeli rumah yang baru buat calon istrimu nanti." dengan entengnya Gani berucap membuat adiknya tersulut emosi.
"Dasar ga punya perasaan,aa. Rumah ini satu - satunya kenanga ibu dan bapak. Dulu kita semua di lahirkan dan di besarkan disini, apa abang ga iba mengubur kenangan itu." hardik Rafi.
Derel mendekati adik bungsunya. Ia mengelus punggung Rafi sambil tersenyum mencoba meredam emosi adiknya itu.
"Bang."
"Iya kamu tenang saja, kendalikan emosimu. Semuanya akan baik - baik saja. Ok! " Rafi memejamkan matanya untuk meredam amarah yang sudah sampai di ubun - ubun dan siap untuk di tumpahkan.
Derel kembali duduk di tempatnya semula. Semua mata tertuju pada dirinya. Semua menunggu kata - kata yang akan ia ucapkan. Apakah akan mengabulkan permintaan Gani adik keduanya atau tetap mempertahankan rumah peninggalan orang tuanya seperti keinginan Rafi dan Mercy dan juga dirinya?.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Terimaksih sudah menunggu kelanjutan novel ini. Lahir ucapkan banyak - banyak terima kasih untuk suportnya. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta vote yang banyak agar thor makin menyala melanjutkan bab berikutnya 😊😘🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Yuliana Tunru
kira2 gmn ya mau x darel lbh baik harga x di bagi 4 trus siapa yg tinggal byr hak gani ..gani gila harta jgn kupa pitong harga barang dagangan ibu yg milik darel dan jika sdh gani tak.punya gak apa2 lg dgn tmh peninggalan ortu
2024-11-06
2