Setelah berkeliling kerumah saudara - saudaranya,Derel memutuskan pulang kerumah. Lelah membuatnya malas narik hari ini.
"Lho kok udah pulang jam segini,bang?" tanyanya keget mendapati suaminya pulang cepat dari biasanya.
"Abang lelah dek,oh iya ini ada titipan dari tante Ila." Derel memberikan kantong kresek yang berisi sembako dan amplop yang belum ia buka sama sekali.
Sinta menerimanya ,ada perasan terharu saat melihat isi kantong. Apalagi saat membuka amplop yang ternyata berisi uang pecahan lima puluh ribu rupiah sebanyak sepuluh lembar.
"Bang." Suara Sinta bergetar dan gemetaran.
"Alhamdulillah, dek." Derel memeluk istrinya.
"Tante Ila baik ya,mas." ujar Sinta.
"Ya, dek. Abang ga nyangka juga." malam itu mereka bisa makan lebih enak dari sebelumnya.
"Sudah lama kita ga makan rendang ma. Adek boleh nambah lagi ga?" tanya Dhani.
"Boleh sayang. Makan yang banyak ya." ujar Sinta sembari tersenyum melihat binar bahagia di kedua mata anaknya.
Anak - anak tidur dengan perut kekenyangan. Sinta dan Derel sebelum tidur ngobrol sebentar.
"Kapan kita pulang,bang?" tanya Sinta yang sudah dulu naik ke ranjang.
"Jum'at malam aja,dek biar ga macet." jawab Derel yang ikut naik ranjang.
"Abang udah kasih tau adik - adik abang belum?" tanya Sinta.
" Belum. Abang kok kayanya malas ngasih tau mereka. Biarlah mereka kaget saat kita datang dek." ucap Derel dengan wajah sendu.
" Bagaimana dengan saudara - saudara abang yang lain? Apakah mereka akan menghadiri tahlilan seratus hari ibu?" tanya Sinta.
"Abang juga ga tau ,dek. Tapi kalaupun mereka ga datang juga ga masalah buat abang. Toh selama ini mereka juga ga ada yang datangkan."
Cukup lama mereka berdua bertukar pikiran hingga rasa kantuk itu menyerang. Mereka berdua tertidur saling berpelukan.
Hari yang sudah di tentukan Derel bersama istri dan anaknya kembali kerumah ibunya. Derel meminjam mobil dari salah seorang temanya.
"Ini mobil siapa, bang?" Tanya Sinta.
"Punya teman,abang. Semua sudah siap? Anak - anak ayo naik kita berangkat sekarang." Semua menaiki mobil dan perjalanan pun di mulai.
Tiga jam lumayan melelahkan, akhirnya mereka sampai juga. Derel kembali terbayang kenangan saat ibu masih ada. Saat dirinya pulang pasti ibu sudah menunggu dirinya di pintu rumah. Tak terasa sudut matanya mengembun.
"Tok....."
"Tok....."
"Tok....."
"Assalamualaikum, Mer...Mercy. Rafi....." Derel memanggil nama adiknya tapi tak kunjung di respon. Cukup lama Derel menunggu akhirnya Mercy membukakan pintu.
"Eh abang,kok ga ngabari?" ujar Mercy dengan wajah bantal.
"Dadakan. " kekeh Derel mengakut barang bawaannya.
Mercy dengan wajah cemberut menyapa kakak iparnya,Sinta.
"Teh." Mercy mencium tangan Sinta.
"Maaf ganggu tidurnya." ujar Sinta tidak enak hati.
"Ga apa - apa teh." senyum yang dipaksakan melengkung seperti seringai.
Dafa dan Dhani juga sudah turun dari mobil. Mereka berdua memilih makan karna lapar. Untung mamanya sudah membawa bekal buat mereka. Sinta yang sudah hapal kebiasaan adik iparnya selalu sudh punya persiapan.
"Maaf ga ada apa - apa,habisnya abang ga ngabari." ujar Mercy malu tapi dihati ngedumel.
Derel dan Sinta juga ikut makan karna mereka juga lapar. Sementara itu Mercy sudah kembali masuk ke kamarnya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Selamat malam kk,up lagi ya.
Maaf menunggu,terimaksih atas like dan komen serta votenya kk😘😘🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments