"Keadilan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Derel menatap lekat adik keduanya.
"Harusnya toko ibu dan seluruh isinya jadi milik aku dong,kan selama ini aku yang urus ini dan itu." ujar Gani pede.
"Lalu isinya itu datang dari mana? terbang gitu aja." tanya Derel menyindir.
"Ya ga tau lah. Pokoknya segala hutang piutang ibu kalau sudah meninggal dianggap lunas dong. Masa abang ga rela sebagai anaknya." ujar Gani seenaknya saja.
"Itu kata siapa?" tanya Derel berusah tetap tenang.
"Kata akulah,bang." Gani sebenarnya sudah mulai ketakutan menghadapi abangnya tapi demi istrinya ia tidak mau mengalah.
"Mercy mana cacatan dagangan ,ibu?" pinta Derel.
"Ini bang." Mercy menyerahkan sebuah buku catatan kepada abangnya.
Derel juga mengeluarkan buku catatan yang sama dan meletakkannya di tengah.
"Abang mau tanya jika ada yang datang menangis hutang ibu kepada kalian apa kalian mau bayar?" tanya Derel mengeraskan intonasi suaranya.
"Jawab." teriak Derel tapi tidak ada yang menjawab.
"Tadinya abang mau diskusi masalah warisan ibu tidak sekarang. Tapi karan semuanya sudah terbuka kepalang tanggung kita selesaikan hari ini juga." tegas Derel.
Derel mulai mencocokkan pembukaan ibu dengan catatannya dibantu oleh Rafi.
"Gani lihat ini." Derel menunjukan buku hasil yang tadi ia Rafi kerjakan.
Gani gelagapan karna hampir semua uang dagangan ibu ia pakai untuk membangun rumah barunya. Padahal sudah diperingati Rafi tapi ia tetap bersikeras memakainya.
Mira tidak mau tau dari mana uang itu berasal yang penting uang itu harus ada. Ia terus menekan suaminya, karna kepepet Gani terpaksa memakai sebagian uang hasil dagangan ibu.
"Keluarkan bagian abang dulu,baru setelah itu kita bagi rata." ucap Derel kemudian.
"Tapi,bang. Uangnya ga ada." jawab Gani gagap.
"Ga ada gimana?" tanya Derel.
"Uangnya aku pakai buat bangun rumah kami. " jawab Gani lemes tidak berani menatap abangnya.
"Abang ga mau tau,pokoknya uang itu harus ada . Setelah pembagian yang lain nanti abang potong bagian kamu . Selanjutnya tabungan ibu sisa berapa Mercy?" tanya Derel pada adik perempuannya.
"Lebih kurang delapan jutaan bang."
"Catat semua pengeluaran yang menggunaka uang ibu di sini ." Derel memberikan bukti dan pulpen pada Mercy. Dengan tangan bergetar Mercy muali menghitung semua pengeluaran. Semau menu hgu dengan wajah tegang.
"Ini,bang." Mercy kembali menyerahkan buku itu kepada Derel. Derel melihat sekilas lalu kembali bicara.
"Sisanya kita bagi empat. Abang dua juta,Gani dua juta,Mercy dua juta dan Rafi dua juta. Selanjutnya emas ibu,berapa total semua?" tanya Derel.
"Lebih kurang seratus dua puluh gram bang?" jawab Mercy.
"Seratus dua puluh gram dibagi dua jadi enam puluh gram. Enam puluh gram dibagi empat jadi berapa?"
"Lima belas,bang." Sahut Rafi.
"Kita - kira kalu di uangkan jadi berapa?" tanya Derel.
"Tergantung toko tempat ibu membeli emasnya bang." jawab Mercy.
"Maksud abang pasaranya kira - kira berapa?"
"Paling - paling saru juta ada kali bang,soalnya itu emas tua." ujar Mercy.
"Berarti lima belas juta per orang. Ruamh ini kira - kira harga berapa lakunya?" Terakhir Derel bertanya harga kerumah peninggalan ibunya.
"Kemungkinannya delapan sampai satu M ,bang. Ada kali." celetuk Rafi.
Derel tidak bicara nampak berpikir apa yang akan dilakukan dengan rumah peninggalan almarhum ibunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Aisyah Putri Angel
lanjut
2024-11-06
1
Liswati Angelina
pintar derel, dengan begitu jadi adil.....
2024-11-06
2