Di depan meja kerjanya, Donner mondar-mandir tak menentu. Bunyi sepatunya menggema di ruangan. Nampak kegelisahan di raut wajahnya. Sampai dua orang berbadan tegap memasuki ruangannya. Kedatangan mereka membuat wajah Donner langsung berubah. Yang awalnya resah jadi sumringah.
“Selamat datang, Kerto dan Kerti,” gumam Donner, merentangkan tangan lebar-lebar.
“Menir, tugas apa yang harus kami lakukan?” tanya Kerto bersuara parau. Tangannya bersidekap dan kakinya mengangkang. “Kira-kira siapa yang harus aku habisi?”
“Gini aku menyukai seorang putri Adipati Raden Bayu,” ucap Donner. Dia mengeluarkan cerutu dari saku jasnya. Korek api klasik ia nyalakan lalu disulutkan pada cerutu. Asap mengepul ke udara ketika mulutnya menyembur.
“Aku ingin Rossea menjadi istriku. Kau menyusuplah menjadi prajurit kadipaten. Selidikilah siapa calon suami Rossea!” seru Donner. Tangannya kembali mengantarkan cerutu pada mulutnya. Ia menghisapnya lagi.
“Lalu soal ini?” tanya kerti sambil memberi isyarat uang dengan jarinya.
Donner menghampiri Kerti. Cerutunya diselipkan di bibir. Sedangkan tangannya mengambil amplop coklat yang isinya cukup tebal dari balik jas putihnya. Dibukanya tangan Kerti lalu amplop itu diberikan padanya.
“Ini sebagai uang muka,” tukas Donner. Diambilnya cerutu lalu disemburkan asapnya ke muka Kerti. “Nanti kalau kau berhasil membunuh kekasih Rossea, akan aku tambahkan dua kali lipat dari ini.”
Kerti menatap punggung Donner, saat pria Belanda itu berjalan menjauhi.
“Nah begitu dong, Menir,” gumam Kerti dengan suaranya yang besar memenuhi ruangan.
“Oke, sekarang kalian boleh langsung menjalankan tugas itu sekarang!” perintah Donner. Tangannya memberi isyarat kepada bandit kembar untuk segera meninggalkan ruangan.
...*****...
Dua bandit kembar mulai menjalankan tugas. Dengan menggunakan ilmu halimun, ia berhasil menembus tembok kadipaten tanpa terlihat siapapun. Mereka juga telah merubah diri menjadi prajurit kadipaten. Keduanya dapat meniru persis pakaian dan atribut yang dikenakan prajurit Kadipaten Madiun.
“Hai prajurit, kau prajurit baru ya?” tegur pandega. Nampak pakaiannya yang berbeda dari pakaian yang dipakai Kerto dan Kerti.
Keduanya terkejut mendengar teguran itu. Kerto menyikut Kerti. Mereka berusaha agar tidak terlihat mencurigakan lalu perlahan berbalik badan.
“I-Iya, Ki Sanak,” jawab Kerti.
Pandega sedikit melihat keanehan pada mereka. Tapi ia menganggapnya sebagai hal yang maklum, mungkin sebagai prajurit baru, mereka masih canggung. Pemimpin prajurit itu kemudian tak terlalu mencurigai mereka.
“Ya sudah, jaga kadipaten ini dengan baik!”
“Ba-Baik,” jawab kedua bandit itu dengan kompak.
Pandega pun berlalu. Kerto dan Kerti menghela napas. Hampir saja ketahuan.
“Ojo sampe ono sing curiga,” bisik Kerto dengan bahasa jawanya yang masih kental. “Ati-ati, Adipati Raden Bayu itu orang yang berilmu tinggi kalau kita salah langkah, bisa-bisa kita ketahuan.”
Mereka pun kembali melangkah menuju kediaman Raden Bayu. Di sana mereka melihat sebuah keramaian prajurit yang berkasak-kusuk.
“Mereka membicarakan apa ya Kerti?”
“Aku tidak tahu, Kang. Lebih baik kita mendekat.”
Begitu mereka mendekat dan ada prajurit yang hendak keluar dari gerombolan itu, Kerto menghentikannya untuk mencari tahu.
“Ada apa ya, Ki Sanak. Kok sepertinya ribut sekali?”
“Oh itu. Mau ada sayembara prajurit yang nantinya akan diangkat menjadi pengawal pribadi Gusti Adipati Raden Bayu yang akan menemaninya ke Yogyakarta,” terang prajurit.
“Oh ... begitu.” Bandit kembar itu meresponnya dengan manggut-manggut.
“Ya sudah terimakasih ya, Kang,” ucap Kerti dan prajurit itu pergi.
“Wah ... kesempatan emas nih, Kang,” ucap kerto lirih. “Kita harus ikut. Kalau kita jadi pengawal pribadinya, kita bisa dengan mudah mencari tahu calon suami Rossea.”
“Ya betul itu.”
...*****...
Rakyat Kadipaten Madiun berduyun-duyun begitu mendengar ada sayembara pencarian pengawal pribadi Adipati Raden Bayu. Banyak warga sudah mengerumuni arena adu tanding. Riuh rendah mereka membicarakan kehebatan pandega utama. Banyak orang mengira bahwa pandega utamalah yang akan jadi pengawal pribadi Raden Bayu.
Kerto dan Kerti juga sudah ada di sana. Kerto melirik di atas panggung ada Adipati Raden Bayu yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Di sampingnya ada Rossea. Mereka pasti menunggu-nunggu untuk tahu siapa prajurit yang layak menjadi pengawal pribadi.
“Kerti, kita harus menang,” bisik Kerto.
"Tentu, Kang.”
Ketika semua sudah berkumpul, seorang pandega berdiri di tengah arena. Ada pengumuman yang harus disampaikan kepada para peserta.
“Perhatikan semua peserta. Namaku Wirosongko. Aku prajurit senior di sini. Siapa saja yang bisa mengalahkan aku, dia layak jadi pengawal pribadi Tuan Adipati. Kalian boleh menggunakan ilmu apa saja untuk melawanku. Dan ingat aku juga akan bersungguh-sungguh melawan para peserta,” seru Wirosongko, pandega utama Kadipaten Madiun.
“Ayo siapa yang akan maju lebih dulu.” Raden Bayu bangkit dari singgasananya.
Tanpa berlama-lama, Kerto dan Kerti naik arena. Raden Bayu tersenyum simpul. Dua prajurit itu sepertinya punya nyali besar untuk melawan Wirosongko.
“Saya bersama kembaran saya akan coba melawan Wirosongko, Gusti Adipati,” cetus Kerto yang berjalan ke tengah arena bersama kerti.
Wirosongko takjub dengan keberanian mereka. Badan mereka tinggi besar. Sepertinya mereka sangat kuat.
“Wirosongko, apa kau tak masalah melawan mereka berdua? Kalau kau keberatan, kau bisa melawan mereka satu per satu,” tukas Raden Bayu.
“Tidak masalah, Gusti,” seru Wirosongko penuh keyakinan.
“Baik. Kalau begitu mulailah!” perintah Raden Bayu.
Para warga yang menyaksikan pun bersorak. Wirosongko memasang kuda-kuda. Kerto dan Kerti berlari menyerang. Begitu Kerto melayangkan tinjunya, Wirosongko menangkisnya. Dengan cepat Kerti menendang dari sisi lain, pandega itu berhasil juga menangkisnya.
“Mereka sangat cepat,” gumam Wirosongko dalam hati.
“Lumayan juga pertahananmu,” puji Kerti.
Wirosongko menyungging senyum.
Kerti dengan kecepatan kilat menendang punggung Wirosongko hingga ia terdorong ke depan. Kerto tak kalah cepat, ia melancarkan tendangan mengarah ke dada. Namun, sang pandega berhasil menangkap kakinya. Dengan tenaga yang besar, ia melemparkan Kerto ke arah saudara kembarnya.
“Aduh, gawat.”
Kerti tak punya waktu untuk menghindar. Sehingga ia terkena tumbukan saudara kembarnya. Mereka ambruk bersamaan.
“Boleh juga kau. Tak salah jika Tuan Adipati menunjukmu sebagai pandega utama,” puji Kerti.
Kerto dan Kerti bangkit perlahan.
“Ayo Kakang, kita akhiri ini segera!” ajak Kerti. Ia menyerang Wirosongko lagi.
Melayangkan jurus seribu pukulan. Kerto pun melakukan gerakan tak terduga. Wirosongko tak sempat melihat Kerto, tiba-tiba saja dia menendang perut sekuatnya, membuat Wirosongko terpental keluar arena pertandingan. Pandega utama itu akhirnya kalah.
Dari atas panggung Raden Bayu dan Rossea berdiri dan bertepuk tangan. Diikuti seluruh warganya yang menyaksikan. Gemuruh sorak sorai terdengar menggaungkan nama bandit kembar yang tengah menyamar itu.
“Kerto ... Kerti ....”
Selang beberapa lama sorakan itu bergemuruh, Raden Bayu memberi isyarat warganya untuk tenang karena beliau ingin bicara.
“Saya ucapkan selamat untuk prajurit kembar bernama Kerto dan Kerti. Mulai hari ini kalian adalah pengawal pribadiku,” gumam Raden Bayu yang diiringi sorakan warganya.
Sementara Wirosongko yang telah lemah, dibantu prajuritnya naik kembali ke atas arena untuk mengucapkan selamat.
“Selamat dan sukses ya. Semoga kalian bisa menjalankan tugas ini dengan baik,” ucap Wirosongko. Menepuk bahu Kerto dan berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Nany Manessa
keren😍
2021-01-16
0
Calvien Arby
woww
2020-09-13
0
Calvien Arby
waaah
2020-09-13
0