Flashback...
"Kalian mau membawa aku kemana?" Tanya Zefara dengan air mata yang terus mengalir deras di pipinya.
"Diam Lo! Dari tadi nge bacot mulu, gak cape apa tuh mulut!" Bentak Lili geram, sembari mencubit lengan Zefara yang duduk disampingnya.
"Awwws." Ringisnya, gadis itu hanya bisa terdiam.
"Kenapa badanku panas" batin Zefara merasakan ada hal aneh yang di dalam tubuhnya.
Tasya menyuruh Nana dan Lili untuk segera membawa Zefara turun dari mobil. Mereka berdua memegang tangan kanan dan kiri Zefara, gadis itu terus memberontak.
"Diam gak! Atau ibu Lo gue siksa sampai mampus!" Bisik Tasya kesal saat Zefara memberontak terus menerus.
Mendengar ibunya ingin di lukai oleh Tasya, membuat tubuh Zefara semakin menegang. Kepalanya menggeleng dan memohon untuk tak membawa nama ibunya.
"Jangan lakukan itu kak, jangan bawa ibuku." Lirihnya.
Tasya mengangkat bibirnya sinis, dan masuk ke dalam lift hotel.
"Apa yang kalian berikan padaku?" Tanya Zefara meraung seperti ulat.
"Kayaknya obat itu sudah beraksi." Nana tersenyum licik, diikuti oleh Tasya dan Lili.
Untung saja lift ini hanya mengisahkan mereka bertiga saja.
"Obat apa? Obat apa yang kalian berikan padaku." Teriak Zefara dengan mata melebar.
"Memangnya apa yang Lo rasakan?" Tanya lili sumringah.
"Panas, sesak dan a-aku ingin di sentuh." Jawabnya jujur membuat ketiga Dajjal itu tertawa terbahak-bahak.
"Sabar Zefara, sebentar lagi Lo akan di sentuh." Sahut Tasya.
Ting..
Pintu lift terbuka lebar Nana dan Lili yang masih memegang kedua tangan Zefara menyuruhnya untuk berjalan ke salah satu kamar hotel VVIP.
"Lepaskan! Kalian mau apain aku" jerit Zefara lagi.
Plak..
"Gue bilang diam diam!" Tasya menampar Zefara lagi matanya sudah melotot menatap geram ke gadis itu.
Tok.. tok.. tok..
"Ubi kayu." Ucap Tasya sambil mengetuk salah satu kamar hotel itu.
Ceklek..
Pintu langsung terbuka Tasya menyuruh kedua temannya untuk melepaskan Zefara.
"Lo berdua tunggu sini, gue masuk masuk sebentar jangan kemana mana." Titah Tasya pada kedua temannya.
"Oke!" Jawab mereka serempak.
Tasya menarik kasar tangan Zefara dan masuk ke dalam kamar hotel itu pintunya langsung tertutup. Ruangan itu tampak gelap, Tasya dan Zefara kesusahan melihat apa yang ada disana.
"Kak Tasya, jangan tinggalin aku." Lirih Zefara pelan, tangannya meraba raba.
Tubuh Zefara sudah gemetar hebat akibat menahan gejolak yang ada di tubuhnya.
Lampu menyala dan tampaklah tirai hitam, ada seorang pria duduk di kursi di balik tirai tersebut. Tasya dan Zefara tak melihat wajah pria itu.
"Lo sudah datang." Ucap seorang pria tampan dengan jas hitam baru saja keluar dari kamar mandi hotel.
Pria itu duduk di sofa sambil menatap Tasya dan Zefara bergantian.
"Siapa yang Lo bawa?" Tanya pria itu.
"Teman gue kak." Jawab Tasya pelan.
"Untuk apa? Bukannya bokap Lo yang malam ini akan tidur dengan tuan?" Alis pria itu terangkat satu.
"Kak Lucas, Lo tau kan kalau gue gak mau tidur dengan siapapun selain suami gue."
"CK! Bilang saja jika Lo gak mau tidur sama tuan gue." Ucapnya sinis.
Tasya memutar matanya malas. Lalu matanya menatap pria di balik tirai hitam.
"Kak Zevan, dia teman gue namanya Zefara. Kak Zevan bisa tidur dengannya. Dia bisa gantiin gue, malam ini." Ucap Tasya sedikit berani.
Zefara menatap Tasya tak percaya. "Kak, kamu jual aku?"
Lucas tertawa melihat wajah panik Zefara. Kepalanya menggeleng pelan.
"Dimana Lo ngambilnya?" Tanya Lucas sedikit penasaran.
"Bukan urusan Lo." Sahut Tasya sinis.
Brak..
Tasya mendorong kuat Zefara hingga tersungkur ke bawah kaki Lucas.
"Urusan gue sudah selesai, dan jangan lupa harga dia mahal." Tukas Tasya, lalu keluar dari kamar hotel itu.
Zefara yang melihat itu berusaha untuk bangkit, dan mengejar Tasya, tetapi terlambat pintunya tertutup rapat dan terkunci.
Zefara meraung dan menjambak rambut frustasi.
"Kak Tasya, jangan tinggalin aku. Kak!" Teriak gadis itu menggedor-gedor pintu kamar hotel.
"Lucas!" Suara berat itu membuat tubuh Zefara membeku.
Lucas yang di panggil berdiri dan menatap ke arah tirai hitam itu.
"Tinggalkan kami." Perintahnya.
Lucas mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Tidak, jangan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku disini." Zefara terus berteriak meminta tolong dengan Lucas.
"Hiks hiks ibu, tolong Fara." Zefara memeluk kakinya sendiri.
Tubuhnya kembali bereaksi ia ingin segera di sentuh. Tubuhnya merasakan panas yang luar biasa. Zefara berusaha bangkit dan menuju ke toilet, dan mencari sosok Lucas. Tetapi harapannya pupus, saat tahu toilet itu tak ada seorang pun.
Zefara membuka shower dan membasuh tubuhnya sendiri. Dirinya tak kuat lagi, ia ingin di sentuh.
"Tolong aku, arghh!" Teriaknya menjambak rambutnya sendiri.
Zevan pria yang berada di balik tirai itu tersenyum tipis. Zevan mengambil remot dan seketika itu tirai naik ke atas. Pria tampan, tinggi, dengan rahang tegas mendekati toilet yang masih ada Zefara disana.
Zevan membuka pintu tersebut, pria itu melihat jika Zefara kembali meringkuk kepanasan.
"Pak, lepaskan aku." Lirih Zefara mendongak menatap pria itu.
Zevan menatap dingin ke arah Zefara.
"Tak bisa, teman Lo jual diri Lo ke gue." Jawab Zevan datar.
Zevan baru berusia 23 tahun, pria itu memiliki perusahaan yang berpengaruh dari dalam kota dan luar negri. Tak banyak orang tahu bahwa Zevan adalah pria tampan. Rumor mengatakan kalau Zevan itu buruk rupa dan cacat.
"Bangun lah, gue bisa membantu Lo buat lepas dari kepanasan itu." Bibirnya tersenyum licik.
Zefara hanya diam dan menunduk takut.
"Lo ingin di sentuh kan?"
Zefara tanpa sadar mengangguk.
"Gue bantu." Ucap Zevan lembut, tetapi wajahnya menatap dingin ke arah Zefara.
"Dengan cara apa?"
"Tidur dengan gue."
Deg..
Jantung Zefara berdetak kencang.
"Gak, aku gak mau!" Tolak gadis itu.
Zevan mendengus kesal, ia tak suka di tolak apa lagi di bantah. Zevan menarik kasar tangan Zefara membuat tubuh gadis itu seperti terkena listrik, tubuhnya meremang saat tangan kekar Zevan menyentuh kulit lengannya.
"Tolong lepaskan aku." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca, kedua matanya itu sudah bengkak karena terus menangis.
"Jangan harap!" Ucap pria itu dingin.
Zevan langsung mencium Zefara tepat di bibirnya. Kedua tangan gadis itu memukul dada bidang Zevan. Zefara terus memberontak dan menolak ciuman dengan pria kejam itu.
Zevan melepaskan ciumannya dan tersenyum tipis, walaupun gadis itu tak membalas tapi dirinya tau bibir Zefara sangat manis membuatnya kecanduan.
Zefara melangkah mundur dan menjauh dari Zevan. Pria itu dengan langkah berat terus berusaha untuk menggapai Zefara.
Zefara semakin ketakutan dan mengambil barang asal di toilet hotel tersebut. Ia melemparkan gelas kaca pada Zevan, pria itu langsung menunduk dan membuat gelas itu menabrak dinding hingga pecah.
"Gue bisa bantu Lo, mendekat lah." Bujuk Zevan tersenyum manis, tetapi menyeramkan bagi Zefara.
"Gak! Aku gak mau. Tolong lepaskan aku. Arghh!" Zefara mengacak rambutnya frustasi, saat tubuhnya benar benar ingin di sentuh.
Hap..
Zevan berhasil menangkap Zefara dan masuk ke dalam dekapannya, bibir pria itu tersenyum tipis.
Gadis itu terus memberontak dan memukul lengan Zevan.
"Arghhh!" Teriak Zevan saat Zefara menggigit lengannya.
Zefara langsung berlari dan mengambil pecahan gelas itu, keluar dari toilet hotel.
"Jangan mendekatiku, atau aku akan melukai kamu!" Teriak Zefara sambil menodongkan pecahan kaca itu.
Zevan tak perduli kalau dirinya terluka, justru pria itu tertantang dengan kelakuan Zefara. Biasanya gadis liar akan bertekuk lutut dihadapannya. Seperti dirinya menyewa gadis murahan. Tetapi tidak dengan Zefara.
"Sampai kapan Lo akan bertahan, gue tau tubuh Lo gak kuat. Jadi mendekat lah." Bujuk Zevan tersenyum manis.
Zefara mengarahkan pecahan kaca itu pada lengannya.
"Aku bilang jangan mendekat, atau aku akan menyakiti diriku sendiri." Ucap Zefara sudah kehilangan akal.
"Lakukanlah!" Zevan tersenyum smirk, pria itu pikir kalau Zefara hanya mengancam saja.
Tetapi detik kemudian matanya langsung membulat saat Zefara dengan santai melukai lengannya sendiri.
"Lo gila hah!" Bentak Zevan emosi, dan menarik kasar tangan Zefara serta membuang pecahan kaca itu ke arah lain.
Zevan kalang kabut, ia membuka jas mahalnya dan membungkus lengan Zefara yang keluar banyak darah.
Tangan Zevan meraih remot kontrol di atas meja dekat ranjangnya.
"LUCAS, CEPAT BAWA KOTAK P3K!"
"Lo gila tau gak!" Entah kenapa Zevan sangat panik.
Zefara hanya diam dengan wajah pucat, tubuhnya sudah sangat lemas.
Tak selang berapa lama Lucas kembali melalui pintu toilet dan menaruh kotak obat itu di dekat Zevan.
"Kok dia bisa gini?" Lucas bertanya pada Zevan.
"Jangan banyak bacot! Cepat bantuin gue." Sentak Zevan kesal.
Lucas mendengus dan membantu Zevan untuk menghentikan darah Zefara.
Dua menit kemudian, darah itu sudah berhenti Zevan menyuruh Lucas untuk pergi lagi.
"Kalau ada apa apa panggil gue." Ucap Lucas sebelum pergi dari sana.
Zevan mengangguk dan mengangkat tubuh Zefara memindahkan ke ranjang miliknya.
"Lepaskan aku pak. Tolong lepaskan aku" Zefara terus meracau pada Zevan.
"Lo tau gak apa yang ada di tubuh Lo itu."
Zefara menggeleng.
"Tasya, teman Lo udah ngasih Lo obat perangsang mangkanya tubuh Lo panas."
"Gue bisa bantu Lo, dengan cara Lo tidur sama gue. Setelah itu Lo akan kembali baik seperti semula, kalau Lo gak mau lama lama Lo akan mati dengan perlahan." Jelas Zevan.
Zefara menarik nafas panjang. Dirinya bingung harus melakukan apa.
"Baiklah!" Lirihnya, membuat senyum Zevan mengembang.
5 jam kemudian, Zevan turun dari ranjangnya dengan hati gembira riang. Pria itu melakukan hal tersebut lebih dari 3 kali, membuat Zefara kewalahan dan tak sadarkan diri.
Zevan melirik ke arah jam tangannya sudah menunjukan pukul setengah tiga dini hari.
Zevan menghubungi Lucas dan menyuruhnya untuk datang ke kamar hotelnya.
"Lo udah transfer ke rekening Tasya?" Tanya Zevan, sambil menyemburkan asap rokoknya.
"Belum!"
"Kita harus bikin dia pelajaran, beraninya dia nipu kita." Tambah Lucas geram.
"Gak perlu! Lo transfer aja uang yang dia minta." Titah Zevan.
"Kenapa?" Lucas menatap Zevan lekat.
"Lo gak perlu tahu alasannya, kerjakan apa yang gue suruh!"
"Ayo siap siap." Perintah Zevan sambil memakai jas hitamnya.
"Mau kemana malam begini?" Lucas tampak tak suka, karena ia masih butuh tidur.
"Kita antar dia kerumahnya." Ucap Zevan, sembari menatap Zefara yang pingsan.
Lucas menarik nafas panjang, ia hanya mengangguk patuh pada Zevan.
••••
"Rumahnya, terbuka. Kayaknya itu ibu nya deh." Tunjuk Lucas saat mereka baru sampai tak jauh dari rumah Zefara.
Zevan melirik, dan menatap tajam ke arah wanita paruh baya yang duduk lesehan dengan kaki memajang menatap ke arah luar rumahnya.
"Kita tunggu sebentar." Ujar Zevan datar.
Dan benar saja tak lama dari situ, pintu rumah Zefara tertutup rapat.
"Kenapa ibunya gak berdiri." Lucas menatap bingung ke arah ibu Zefara itu.
"Gue gak peduli, cepat Lo angkat dia dan tidurkan di depan rumahnya. Setelah itu kita pergi." Perintah Zevan datar.
Lagi lagi Lucas pasrah dan menaruh Zefara di depan rumahnya. Kemudian mereka berdua pergi dari sana.
Flashback off..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments