Zefara hilang?

"Zefara." Panggil seorang gadis mendekati Zefara yang sedang membawa tumpukan buku.

Zefara menoleh dan menatap bingung ke arah gadis yang bernama Nana itu. Nana adalah gadis yang sombong dan selalu membully dirinya, Nana berteman dengan Tasya wakil ketua osis sekaligus mantan pacar Alex ketua osis dan kapten basket.

"Ada apa kak?" Tanya Zefara sedikit ketakutan menatap ke arah Nana.

Sementara Nana tampak tersenyum menatapnya, membuat Zefara makin ketakutan. Zefara takut jika Nana dan Tasya akan membully nya kembali seperti kemarin. Membuat Zefara tak bekerja dan gajinya di potong oleh bos.

"Alex manggil Lo dan nyuruh Lo ke rumah yang ada di belakang sekolah." Jawab Nana, matanya berputar malas, Zefara melihat hal itu.

"T-tapi aku disuruh sama Bu Reni untuk mengantarkan buku ini ke ruang guru kak." Zefara berharap bahwa Nana akan mengizinkannya untuk membawa buku buku itu pada Bu Reni, supaya Tasya dan anteknya tak jadi membully nya.

"Lo tau kan gimana Alex marah? Lo mau di cekek nya? Buruan, jangan pake lama. Kalau gak dia akan marah sama Lo!" Desak Nana memberi peringatan pada Zefara.

Zefara menelan ludahnya kasar, ia tahu betul bagaimana tempramen kakak tingkatnya itu jika sedang marah. Apa lagi banyak murid bilang kalau Alex itu psikopat dan bisa membunuh siapa saja tanpa menyentuh.

Zefara pun sempat bingung kenapa bisa Alex menjadi ketua osis?

"Heh, malah bengong!" Nana kembali berucap membuat Zefara terkejut.

Dengan gerakan malas Nana mengambil alih buku buku itu dan memberikannya pada murid lain untuk menaruh buku itu di ruang guru. Kemudian Nana menarik kasar tangan Zefara membuat gadis itu hanya diam dan meringis.

"Kak sakit, bisa pelan tidak." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Diam!" Bentak Nana menatap Zefara dengan mata melotot.

Zefara merapatkan bibirnya dan diam membisu saat tangan Nana terus mencengkram tangannya, langkah kakinya mengikuti jejak Nana.

Saat sampai disana sudah ada Tasya dan Lili yang tersenyum menyeramkan bagi Zefara. Keduanya duduk dengan tenang yang entah dari mana sudah ada kursi disana.

"Suruh dia duduk Na." Titah Tasya bangkit dari duduknya dan menyuruh Nana untuk mendudukkan Zefara di bangku bekasnya.

"Lili, ikat." Perintah Tasya lagi.

Lili langsung mengikat Zefara gadis itu memberontak tetapi tangannya di pegang oleh Tasya dan Nana. Zefara hanya bisa berteriak dan meminta tolong pada siapapun yang ada diruangan itu.

Tasya mencengkram kuat dagu gadis itu. "Ngapain Lo deketin Alex?"

Zefara menggelengkan kepalanya pelan, mana mungkin ia berani mendekati lelaki itu.

"Jawab! Bisu Lo?"

"Aku gak deketin kak Alex."

"Bohong!" Sahut Nana. "Gue lihat sendiri kalau Lo deketin Alex pas Lo di hukum sama Tasya buat bersihin lapangan basket. Ngaku deh Lo!" Nana menatap Zefara geram.

"Gak kak, kalian salah paham. Kak Alex deketin aku karena dia nanya aku sudah sarapan belum." Jawab Zefara dengan air mata berlinang.

Plak..

Tasya langsung menampar Zefara, membuat wajah gadis itu menoleh ke samping. Pipinya memerah, menahan sakit yang luar biasa.

"Alex gak mungkin kayak gitu! Dia itu orangnya cuek dan gak peduli dengan siapapun. Termasuk Lo cupu! Berapa Alex beri Lo uang hah? Berapa!!"

"Jawab, malah diam aja!" Celetuk Lili sambil tersenyum sinis.

"Minggir!" Ucap Lili yang sudah memegang baskom berisi air.

Nana dan Tasya tersenyum dan menyingkir.

Byur..

Lili dengan sengaja menyiram Zefara dengan air bekas pel yang memang mereka bawa dengan sengaja.

Zefara menarik nafas panjang saat air itu masuk ke dalam lubang hidungnya. Ketiganya tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan yang menurutnya sangat bagus.

"Ngaku gak Lo, ngapain Lo deketin Alex? Lo tau kan kalau dia itu masih pacar gue." Teriak Tasya menatap Zefara jijik.

"Aku minta maaf kak!" Lirih Zefara hanya bisa menunduk dalam.

Tasya mengajak kedua temannya untuk menjauh dari Zefara. Zefara hanya diam dan menatap ketiganya dengan ketakutan.

"Lo bawa kan Li air itu?" Bisik Tasya sesekali matanya menatap ke arah Zefara yang tak jauh dari mereka.

Lili mengangguk dan mengeluarkan air mineral berukuran kecil di sakunya.

"Lo yakin sya?" Tanya Nana sedikit cemas.

Tasya terdiam dengan tatapan sulit di artikan menatap ke arah Zefara.

"Gimana kalau kita ketahuan sama bokap Lo?" Lili pun juga ikut cemas.

"Gak bakal! Kalian berdua harus tutup mulut, jangan sampe bokap gue tahu." Ucap Tasya menatap kedua temannya tajam.

"Tapi gimana kalau kak Zevan gak mau?" Tanya Nana.

"Pasti mau lah! Lo gak inget gimana tubuh seksi Zefara?" Tasya tersenyum culas.

Tasya dan kedua temannya pernah mengintip Zefara saat ganti pakaian di toilet, saat itu di kelas Zefara sedang olahraga.

Ketiganya saling pandang, dan tersenyum menyeringai. Tasya mengambil air minum itu di tangan Lili, dan mendekati Zefara.

"Na, pegang kepalanya dan suruh dia buka mulut." Titah Tasya.

Nana langsung memegang kepala Zefara membuat gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Apa yang ingin kalian lakukan?" Teriak Zefara terus memberontak.

"Diam!" Bentak Lili yang juga ikut membantu Nana.

"Buka mulut Lo!"

Zefara merapatkan mulutnya, dan tak mau mendengarkan perkataan Tasya.

Plak..

Tasya kembali menampar pipi Zefara, membuat gadis itu menangis tersedu-sedu. Nana mencengkram kuat rambut Zefara membuat gadis itu berteriak.

Tasya dengan cepat memasukan minuman itu ke dalam mulut Zefara hingga Zefara menelan air itu.

"Uhuhukkk." Zefara terbatuk batuk saat air itu masuk ke dalam tenggorokannya.

Tasya menyuruh kedua temannya untuk membuka ikatan tali yang melilit Zefara.

"Jam pelajaran udah selesai, mending Lo pulang sama kita." Ucap Tasya saat mendengar suara lonceng dari sekolah mereka.

Zefara hanya diam dengan tatapan kosong. Ia tak tahu apa yang Tasya berikan untuknya.

"Air apa tadi?" Tanya Zefara memberanikan dirinya.

"Air biasa kok." Jawab Lili.

"Ayo, bawa dia ke mobil." Titah Tasya pada kedua temannya.

"Kak kita mau kemana? Aku ingin pulang." Ucap Zefara memberontak.

Ketiga manusia Dajjal itu tak memperdulikan Zefara yang menjerit, mereka memasukkan Zefara ke dalam mobil milik Tasya.

•••••

"Ibu, kok kak Fara belum pulang yah." Ucap Salma, bocah itu baru berumur 7 tahun.

Marni pun ikut gelisah seperti anak keduanya. Tak biasanya Zefara pulang terlambat seperti ini. Jika pulang terlambat Zefara pasti akan mengabari dirinya melalui tetangga.

Marni tak mempunyai ponsel, jika Zefara telat pulang gadis itu akan mengirim pesan lewat tetangganya. Tapi jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tetangga nya itu tak datang kerumah mereka.

"Ibu kok diem aja. Aku takut kak Fara kenapa kenapa Bu." Ucap Salma lagi dengan mata berkaca-kaca.

Marni menghela nafas seberat dan memeluk Salma. "Kita tunggu sebentar lagi yah, mungkin saja jalanan macet."

"Tapi biasanya bude kesini Bu kalau kak Fara pulang terlambat, tapi kenapa bude gak kesini yah Bu."

Pikiran Marni berkecamuk, ia takut putri sulungnya kenapa kenapa.

"Sal, kamu berani gak kerumah bude?" Tanya Marni.

"Berani Bu."

"Coba kamu tanya ada kabar gak dari kakakmu"

Salma mengangguk dan keluar dari rumahnya menuju kerumah bude Narti. Rumah bude Narti tak jauh dari rumah mereka.

Marni menatap gelisah ke arah pintu rumah. Hatinya was was dengan perasaan tak enak.

Tak selang lama Salma kembali dengan kabar yang membuat Marni semakin tak karuan.

"Kak Fara gak kirim pesan sama bude Bu."

"Ya Allah, kemana kamu nak?" Batin Marni bertanya tanya.

Salma memeluk ibunya erat. "Kak Fara baik baik saja kan Bu?"

"Iya, kakakmu itu wanita yang hebat."

Jam sudah menunjukan pukul 3 dini hari, Marni duduk di depan pintu rumahnya yang terbuka lebar, wanita paruh baya itu berharap kalau anaknya pulang kerumah dengan keadaan sehat. Kakinya memanjang dan tak bisa di tekuk, punggung bersandar di dekat pintu.

"Fara, kamu dimana?" Marni berucap pelan dengan mata berkaca-kaca.

Salma dan adik kecilnya sudah lebih dulu tidur.

Marni memejamkan matanya saat angin malam masuk ke dalam rumahnya.

"Semoga kamu baik baik saja sayang, dimanapun kamu berada." Hanya panjatkan doa yang Marni berikan untuk putri sulungnya.

Marni bersusah payah mengangkat bokongnya sendiri dan menggeser kannya untuk menutup pintu. Dirinya yakin kalau Zefara akan pulang dengan selamat.

Marni berbaring di samping Salma dan anak ketiganya, ia memeluk erat tubuh keduanya dengan perasaan campur aduk memikirkan keberadaan Zefara.

Terpopuler

Comments

Siti Fatonah

Siti Fatonah

bguss

2025-01-10

0

emi_sunflower_skr

emi_sunflower_skr

Keren banget nih cerita, semangat terus author!

2024-10-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!