"Makanan sudah siap." Ucap Sekar.
"Silahkan." Sambung Sekar dengan meletakkan makanannya di meja.
"Hari ini kamu harus belajar dengan Prita sampai mengerti." Jelas Alan.
"Baiklah."
"Kamu tidak menolak?" tanya Alan terheran.
"Kenapa harus menolak?"
"Hmm tidak."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
"Tidak makan?"
"Belum mau."
"Oh."
...
Sekar belajar dengan serius, ia selalu memperhatikan dan mempelajari dengan sangat baik. Bahkan, Prita yang mengajarinya merasa takjub, ia merasa senang karena tidak perlu mengulang lagi. Sekar belajar dengan cepat. Ia memahami dari setiap yang di ajarkan oleh Prita.
Waktu berjalan begitu cepat tak terasa sudah menunjukan pukul tiga sore. Prita merasa senang, karena Sekar belajar dengan cepat, jadi ia masih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri.
"Cukup melelahkan. Terimakasih Prita, senang bisa belajar bersamamu." Ucap Sekar lalu sedikit menundukan kepalanya.
"Sama-sama. Senang juga bisa belajar bersamamu." Jawab Prita lalu membalas bungkukan Sekar.
"Saya pamit dulu." Ucap Sekar lalu melangkah keluar.
"Memang belajar dengan cepat." Gumam Prita.
Sekar melangkahkan kakinya menuju pantai dengan memakan satu buah apel. Seperti biasa Sekar melihat Alan sedang berdiri menatap kosong luasnya lautan.
Sekar mulai berfikir, kenapa lelaki itu sangat suka sekali seperti itu.
Tiba-tiba Alan berjalan lurus dengan tatapan kosong, tentu saja Sekar yang melihatnya langsung berfikir bahwa dia akan bunuh diri. Dengan cepat Sekar melempar apelnya lalu berlari memeluk Alan.
"Jangan. Jangan bunuh diri. Meskipun bapak menyebalkan wajah tanpa ekspresi seperti kura-kura. Tapi bapak tidak boleh mati di laut yang indah ini." Ucap Sekar dengan memeluk sangat erat.
"Apa kau bilang? Lepaskan!" bentak Alan dan sedikit menggoyangkan tubuhnya.
"Tidak saya tidak mau." Ucap Sekar yang semakin erat.
"Lepaskan!" nada Alan yang sudah naik satu oktaf.
Karena merasa nyawanya akan terancam, akhirnya Sekar memilih melepaskannya.
Alan berbalik dengan wajah yang sangat kesal. Tangan kirinya memegang pinggang nya, dan tangan kananya menunjuk-nunjuk ke arah Sekar.
"Kamu!!! untuk apa kamu memeluk saya?"
"Mmmm ... saya kira Bapak mau bunuh diri."
"Bapak? memangnya saya sudah setua itu?"
"Tapi tadi kak Prita mengajariku seperti itu."
"Pritaa Awas kau." Gumam Alan kesal
"Apa Bapak tidak papa?"
"Tidak. Berani sekali kamu tadi memelukku."
"Maaf Pak, saya hanya takut bapak bunuh diri."
"Sudahlah. Lain kali jangan lakukan lagi. "
"Memangnya siapa juga yang mau memeluk Bapak yang wajah tanpa ekspresi alias datar." Ucap Sekar pelan namun tetap terdengar oleh Alan.
"Apa kamu bilang?!"
"Ti-tidak Pak. Pak apakah itu yang namanya Jet Ski ? , apa boleh kita naik?" ucap Sekar mengalihkan pembicaraan.
"Kita? Kamu aja sendiri." Balas Alan.
Tapi, jika Aku mengajak Sekar menaiki Jet Ski, lalu mengerjainya, sepertinya akan menyenangkan. Pikiran jahil Alan yang sudah jauh kemana-mana.
Tidak lama terbentuklah sebuah sunggingan dibibir, Alan tersenyum kepada Sekar. Namun senyumnya kali ini berbeda, seolah akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bagi Sekar.
"Kenapa dia tersenyum seperti itu?" gumam hati Sekar.
"Baiklah. Aku akan mengajakmu, ayo." Ucap Alan dengan senyum yang tidak dapat diartikan.
"Ti-tidak perlu. Aku akan kembali saja ke kamar untuk makan." Balas Sekar yang ketakutan melihat wajah Alan.
Kenapa jadi seram begini. Pikir Sekar lalu memutar badannya dan hendak berlari.
"Ayo." Ucap Alan lalu meraih tangan Sekar dengan paksa untuk menaiki Jet Sky.
"Tidak saya tidak mau." Berontak Sekar.
"Sudah diam." Ucap Alan dengan semangat.
"Jangan sampai terjadi apa-apa. Saya tidak bisa berenang pak." Ucap Sekar sedikit hawatir ketika duduk di belakang Alan.
(Apa? Dia tidak bisa berenang. Wahh makin seru nih. Sudah lama aku tidak bermain-main. Siapa suruh dia berani memelukku) pikir Alan dengan memasang wajah mematikan.
(Aduh.. ada apa ini. Pirasatku mengatakan tidak baik) pikir Sekar dengan wajah cemas.
"Lepaskan pelampungmu." Ucap Alan tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Sudah lepaskan."
"Tapii.."
Alan membuka pelampung Sekar dan pelampung miliknya.
Alan mulai menancapkan gas nya, Sekar yang ketakutan memeluk Alan dengan erat. Alan yang merasakan pelukan Sekar, tersenyum puas. Ia merasa telah berhasil membuat wanita itu ketakutan.
"Kenapa berhenti?" tanya Sekar dengan mata yang masih tertutup.
"Tanganmu membuatku kesulitan bernafas."
"Oh maaf." Ucap Sekar lalu melepaskan tangannya.
Alan tersenyum, lalu dengan sengaja melaju dengan cepat sehingga Sekar yang belum siap malah terpental jatuh kedalam laut. Sekar berusaha berenang, tetapi ia tidak bisa berenang. Apalagi kakinya yang tiba-tiba keram.
"Tolonggg...." ucap Sekar yang sudah mulai tenggelam.
Alan yang menyadari ada sebuah teriakan ia berbalik, namun betapa kagetnya ketika ia melihat Sekar tidak ada dibelakangnya. Ia memang ingin mengerjai Sekar. Tetapi tidak sampai membuatnya jatuh.
Alan cukup panik melihat tubuh sekar yang sudah mulai tenggelam.
Akhirnya Alan memilih untuk melompat menyelamatkan Sekar.
Sekar sudah tidak bisa lagi bernafas dadanya terasa sesak, dinginnya Air laut terasa mulai menusuk kedalam tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erlinda
jahil sih jahil tapi klo udah menyangkut nyawa keterlaluan nama nya. ga dewasa banget kelakuan alan..
2022-09-20
2
Bagus Effendik
keren jempol sudah
2021-02-10
1
Ruang Rindu
jejak dulu thor smpai sini
2021-02-10
1