Jam sudah menunjukan pukul 16.58 WIB, tetapi Alan belum juga kembali. Ramon menghawatirkan tuan mudanya, ia terus berjalan mondar-mandir bolak-balik.
"Aduh, Ramon. Diamlah, kau membuatku pusing." Ucap Prita dengan posisi tangan memegang kepalanya.
"Saya sangat cemas, kenapa tuan muda belum juga kembali."
"Kalau begitu ayo kita mencarinya."
"Tidak bisa. Masih ada waktu dua menit lagi. Tuan hanya memperbolehkanku mencarinya ketika sudah pukul 5 sore."
"Yasudah kita tunggu 2 menit lagi. " Ucap Prita dijawab anggukan oleh Ramon.
Ramon terus melihat jam tangannya, hingga saatnya tiba yaitu dua menit telah berlalu. Mengetahuinya Ramon bergegas melangkah hendak mencari Alan bersama Prita.
Baru beberapa langkah Ramon akhirnya melihat tuan mudanya. Tetapi ada yang berbeda, kenapa tuan mudanya tidak sendirian.
"Tuan muda." Ucap Ramon lalu memberi hormat dan diikuti oleh Prita.
"Cepat bantu saya. Prita kamu ambilkan obat P3k."
"Baik pak."
Alan memasuki ruangan kamarnya dan meletakkan Sekar diatas sofanya.
"Merepotkan." Lirih Alan.
"Prita tolong kamu urus dia, pinjamkan bajumu. Apa-apaan dia memakai baju aneh seperti itu." Lanjut Alan lalu pergi meninggalkannya.
"Baik pak."
...
Tak terasa hari sudah malam, Alan terus memandang luasnya lautan, sekali-kali ia menghembuskan nafas beratnya. Dan lagi-lagi pikirannya dipenuhi dengan wanita itu. Wanita yang meninggalkannya disaat Alan akan menikah dengannya satu bulan lagi. Wanita itu tiba-tiba menghilang entah kemana, dan hanya meninggalkan sebuah surat yang berisi.
'Maaf. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir.'
Sampai sekarang tidak ada kabar lagi tentangnya. Bagaikan lenyap ditelan bumi.
"Weyy Broo." Ucap Gilang mengagetkan Alan.
"Apaansi lo. Gak bisa pelan-pelan apa." Jawab Alan.
"Eitss tenang bro." Jelas Gilang.
"Sedang apa kalian disini." Tanya Alan dingin.
"Yaelah gitu amat sama sahabat lo sendiri. Kita sengaja kesini, eh lo kenapa gak ajak gue , Gilang sama Reyhan? Tega amat lu." Ucap Bagas.
"Males. Oh ya, si Reyhan kemana? Gak ikut kalian?" tanya Alan.
"Masih banyak urusan dia diperusahaannya. Sok sibuk." Jawab Bagas.
"Lo kenapa lagi, lo pasti lagi mikirin cewe itu. Udah lah, gue tau perasaan lo. Tapi lo juga gak bisa terus begini Al." Ucap Gilang.
"Tapi gue juga gak bisa lupain dia. Gue udah berusaha mengalihkan perhatian gue pada Melisa. Tapi percuma, itu sia-sia semakin gue berusaha semakin sulit untuk melupakan. Dan tentang Melisa, gue akan segera putusin dia. Gue udah gak tahan dengan sikapnya yang selalu mengatasnamakan nama gue." Jelas Alan.
"Gila lo." Ucap Gilang.
...
Bagas, Gilang dan Rey adalah sahabat Alan. Mereka tumbuh bersama dari kecil sampai saat ini. Persahabatan mereka sangat erat.
Mereka berempat adalah pria-pria tampan yang banyak diincar wanita.
Bagas, banyak digilai wanita dan paling pintar merayu.
Sedangkan Gilang, paling banyak digemari wanita dengan ketampanannya dan mudah bergaul.
Lalu Reyhan, orang yang paling kalem dan dewasa diantara mereka berempat. Meski banyak wanita yang mendekatinya Reyhan belum pernah jatuh cinta atau memacarinya.
Dan Alan, paling sempurna diantara mereka. Hanya saja sikapnya yang terlalu dingin,cuek, dan belum bisa move on dari kenangannya. Tetapi dia adalah orang yang paling peduli kepada orang terdekatnya.
...
"Kenapa nona ini belum bangun?" ucap Prita.
"Nona, permisi, bangun non." Sambung Prita berusaha membangunkan Sekar.
"Mmm.. dimana aku?" ucap Sekar yang masih merasa lemas.
"Akhirnya bangun juga ... Matanya-" pekik Prita terkejut.
"Kamu siapa?"
"Saya sekretrisnya Pak Alan."
"Sekretaris? "
"Iyaa.. mata nona sangat indah."
"Terimakasih."
"Sama-sama nona."
"Oh ya, dimana barang barang saya?"
"Ini nona. Saya memasukannya kedalam tas. Ambilah aku berikan untukmu."
"Wahh.. terimakasih.. kamu baik sekali. Aku terima ya." Ucap Sekar senang dan dijawab anggukan oleh Prita.
"Hmm.. boleh aku membersihkan badanku dulu? Ini sangat tidak nyaman."
"Baiklah nona."
"Dimana jambannya?"
"Jam-******?" jawab Prita bingung.
"Ohh itu mm... toilet ya toilet.. kamar mandi." Jelas Sekar malu.
"Oh .. kamar mandinya ada disana. Dan ini pakaian untukmu."
"Terimakasih."
Sekar berjalan menuju kamar mandi. Sekar mulai membuka pintu, Sekar cukup kaget apakah ini yang dinamakan kamar mandi? Kenapa sangat bagus. Itu yang ada dipikirannya saat ini. Sekar dengan pelan memasukinya dan melihat lihat. Disana terdapat sabun, sikat gigi, dan shampo. Sekar sudah tidak asing dengan benda itu. Sekar terus mengotak ngatik apapun yang ada didalam sana, bagaimanapun juga Sekar harus belajar sedikit demi sedikit yang ada diluaran sini.
"Apa ini?" pikir Sekar lalu memutar benda itu.
"Aaaaaaaa-" teriak sekar kaget.
Prita yang mendengar jeritan Sekar bergegas mendekat pintu.
"Ada apa nona?" teriak Prita dibelakang pintu.
"tidak tidak ada apa-apa." Balas Sekar.
"Yaampun ternyata bisa ada hujan didalam sini. Mesin ini cukup canggih juga." Ucap Sekar pelan diiringi tawa lecilnya ... (Shower)
Beberapa menit kemudian....
"Nona? Apa nona tidak apa-apa? kenapa lama sekali."
"Tidak apa-apa sebentar lagi. Oh ya apa kamu bisa masuk?"
"Baiklah. Tapi buka dulu kuncinya nona."
"Oh ya baik-baik." Balas Sekar lalu membuka kuncinya.
"Ada apa nona?"
"Eumm.. bagaimana cara memakai ini? Kenapa celana dan bajunya terhubung?" tanya Sekar polos dengan masih memakai handuk.
"Yaampun saya kira ada apa. Begini nona." Prita menjelaskan bagaimana cara memakainya.
"Baiklah kamu keluar akan saya coba." Balas Sekar.
Prita melangkah keluar dengan kebingungan. Apa yang terjadi sebenarnya?
Sekar telah selesai, Sekar keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut basah yang masih acak-acakan.
"Kemari nona biar saya rapihkan."
"Baik terimakasih. Jangan panggil aku nona, panggil saja Sekar."
Prita dengan telaten menyisir rambut Sekar yang indah itu. Rambutnya berwarna hitam sedikit kecoklatan, sangat cocok dengan wajahnya. Wajahnya semakin terlihat sangat putih dengan rambut berwarna itu. Apalagi matanya, matanya yang biru seakan membuat tenang yang melihat.
"Ehh mau kamu apakan rambutku?" tanya Sekar.
"Saya akan mengeringkan rambut nona, eh Sekar.. dengan hair dryer ini."
"Ohmm.. iya. Mesin yang bagus." Balas Sekar membuat Prita kebingungan.
Prita merapikan rambut Sekar, Prita membuat gaya rambut cepol pada Sekar dengan bagian depan yang sengaja tidak terlaru rapih agar terlihat lebih Natural.. Sangat cocok sekali dengan memakai baju overoll jeans dan kaos pendek putih polos.
"Sempurna." Ucap Prita dengan terkagum.
"Wahh kamu pintar sekali ... saya suka. Terimakasih."
"Sama-sama."
"Boleh aku keluar jalan-jalan?"
"Silahkan."
Sekar berjalan menyusuri pantai, ia berpikir tentang bagaimana hidupnya selanjutnya.
Namun pikirannya teralihkan, dan langkah sekar terhenti ketika melihat kunang-kunang yang begitu banyak dan terlihat indah.
"Kenapa ada banyak kunang-kunang disini? Aku harus menangkapnya." Ucap Sekar dengan senyum jailnya.
Sekar sangat suka menangkap kunang-kunang dan mengumpulkannya lalu melepaskannya kembali secara bersamaan, menurutnya itu sangatlah menyenangkan dan terlihat sangat indah.
Ketika sekar sudah menangkap cukup bayak, ia akan melepaskannya lalu menari membayangkan seperti seorang putri. Di hutan yang begitu lebat, ada sebuah tempat yang indah seperti sebuah taman. Disana terdapat banyak sekali bunga, kupu-kupu dan kunang-kunang . Itulah sebabnya ia ingin menangkap kunang-kunang itu karena ini sangat menyenangkaan baginya.
Sekar berlari dan melompat seperti anak kecil dan itu terlihat sangat imut. Tawanya lalu cara melompatnya dan sikap kesalnya sangat unik dan indah dipandang. Hingga ia tidak menyadari bahwa ada 3 orang laki-laki disana yang sedang memperhatikan Sekar. Semuanya terpana melihat Sekar.
"Siapa dia? Apakah bidadari yang turun dari langit?" ucap Gilang.
"Aku harus mendapatkannya." Ucap Bagas.
"Apa kau bilang?" tanya Gilang tak terima.
"Aku bilang, aku harus mendapatkannya!" jawab Bagas dengan nada menekan.
"Tidak. Dia akan menjadi milikku." Tukas Gilang.
"Milikku." Ucap Bagas.
"Alan?" panggil Bagas dan Gilang bersamaan.
Namun tidak ada respon, ketika mereka berdua melihat ke arah Alan, Alan sudah tidak ada disana.
Sekar terus melompat menangkap kunang-kunang itu, sampai-sampai ia tidak memperhatikan langkahnya, lalu kakinya sedikit tergelincir yang membuat dirinya terjatuh dan merintih kesakitan.
Sekar hendak berdiri, tiba-tiba ada sebuah uluran tangan. Sekar mengernyitkan dahi, lalu ia melihat asal dari tangan itu, betapa terkejutnya ketika ia melihat ternyata laki-laki itu lagi.
"Kemana Alan?" tanya Gilang.
"Sial. Kenapa dia selalu melangkah lebih cepat." Ucap Bagas.
"Apa maksud lo?" tanya Gilang heran.
"Lihat saja sana." Jawab Bagas dengan gerakan dagunya.
"Cih." Hanya dengkusan kesal yang keluar dari Gilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
Hay ka...aku balik lagi
2021-02-18
2
Mei Shin Manalu
Wahhh diksinya baguss... Tulisannya juga rapi
2021-02-17
1
Cahaya mata
Mulai membaca cerita mu Thor
2021-02-12
1