"Kamu ingat jalan yang sudah bapak katakan padamu?"
"Iya pak, Sekar ingat. Kenapa bapak dan ibu tidak ikut sekar?" tanya Sekar yang dijawab pelukan bapak Agis kepada bu Mirna.
"Cahyu, kami senang bisa bersamamu.. sangat senang sekali. Kami merasakan bagaimana mempunyai seorang anak perempuan. Bukannya kami tidak mau ikut denganmu, hanya saja ada sesuatu hal yang tidak bisa bapak tinggalkan disini. Lagi pula, kami berdua sudah berjanji akan selalu bersama sehidup semati." Jelas pak Agis lalu mencium kening bu Mirna dan memeluknya.
Sekar yang mendengar dan melihat itu meneteskan air matanya, betapa terharu dia mendengar pernyataan dari pak Agis. Sekar merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan mereka berdua. Ajaran dan didikan mereka sangatlah berarti bagi Sekar.
Sekar melangkah lalu memeluk mereka. Rasanya sangat berat meninggalkan mereka, tetapi ada hal penting yang harus Sekar lakukan yaitu mencari orang tua kandungnya. Sekar berpamitan lalu melangkah pergi.
"Tunggu cahyu." Ucap bu Mirna
"Iya bu."
"Ambil ini, ini adalah liontin berharga kami, jika kamu sudah sampai disana jual dan gunakan uangnya untuk mencari pekerjaan. Setelah itu, cari orang tuamu." Jelas bu Mirna yang lalu berbalik badan dan memeluk suaminya. Seolah tidak rela melihat anak kesayangannya harus pergi.
Air matanya terus mengalir, bagaimana tidak? Sekar adalah anak yang dibesarkannya dengan penuh kasih sayang. Meskipun Sekar bukan anak kandungnya, tetapi bu Mirna sangat menyayanginya.
"Bu, Pak saya pamit. Terimakasih." Ucap Sekar lalu berlari menahan tangisnya. Sekar tidak sanggup jika harus melihat bu Mirna dan pak Agis menangis. Hatinya terasa seakan tersayat-sayat sangat perih.
Sebenarnya, bu Mirna dan pak Agis adalah orang luar seperti biasa. Namun entah dengan alasan apa membuat mereka memilih untuk tinggal disebuah hutan. Bu Mirna selalu menceritakan seperti apa keadaan luar untuk membantu pengetahuan Sekar, karena mereka tahu pada umur 20th mereka harus melepas Sekar. Setidaknya ia bisa bertahan hidup diluar sana dengan sedikit bimbingan dari mereka.
Sekar terus berjalan menuruti perkataan bu Mirna dan pak Agis untuk keluar dari hutan itu.
"Gambar apa ini? " Sekar terus memandangi saputangan itu.
"Seperti huruf R&S. Kenapa ibu baru memberi saputangan ini sekarang?" Sekar terus berpikir dan memandangi saputangan itu hingga ia lupa kalau didepannya terdapat dua jalur. Yaitu, kanan dan kiri. Tanpa disengaja Sekar berjalan ke arah kanan, yang harusnya ia berjalan ke arah kiri.
Setelah berjalan cukup lama, Sekar memasukan kembali saputangannya tanpa menyadari kalau ia sudah berjalan di arah yang salah.
.
.
.
2 Jam sudah berlalu, akhirnya rombongan itu sampai di sebuah pantai. Semua karyawan bersuka ria berlarian menuju pesisir pantai. Banyak sekali kegiatan disana dan terbagi menjadi beberapa kubu. Ada yang sedang berfoto, bermain air, bermain pasir, berduaan, bahkan ada yang sedang memainkan kameranya untuk vlog you*tube mereka. Ada-ada saja. Ya, itu yang ada dipikiran Alan. Semua terlihat senang kecuali Alan. Seperti biasa, Alan tidak menunjukan ekspresi apapun, ia hanya memandang lurus jauhnya lautan.
Alan memutar tangannya untuk melihat jam yang ada di tangannya.
"Masih pukul satu siang. Ramon?"
"Iya tuan muda?"
"Kamu pantau terus situasi disini. Dan Prita suruh dia untuk mengatur semua karyawan. Saya pergi dulu." Jelas Alan.
"Baik tuan. Tuan hendak kemana?"
"Saya hanya berkeliling menikmati suasana pantai ini. Jika pukul 5 sore saya belum kembali. Kamu bisa mencari saya."
"Baik tuan."
Alan mulai melangkahkan kakinya, berjalan menyusuri pesisir pantai. Alan menarik napas dalam lalu mengeluarkannya pelan. Suasana inilah yang Alan sukai, tidak ramai. Deburan ombak yang menghantam bebatuan membuat ia semakin larut dalam pikirannya. Entah sampai kapan ia terus mengingat wanita itu. Sudah 3 tahun Alan berusaha untuk melupakannya, tetapi tetap Wanita itu selalu terlintas dipikiran Alan.
Namun tiba-tiba suara gonggongan an*jing membuyarkan pikirnnya, an*jing itu mulai mendekat. Tanpa berlama-lama Alan berlari secepat mungkin dengan tak tentu arah hingga menggiringnya masuk kedalam hutan.
Brukk!!
"Aww."
Alan menabrak seseorang.
"Tolong, cepat usir an*jing itu." Ucap Alan lalu diam di belakang orang itu.
Dengan cepat orang itu mengambil sebuah ranting yang ada disekitarnya. Lalu ia menggerakan ranting itu hingga membuat an*jing itu berfokus pada rantingnya. Dengan pelan ia menggerakan rantingnya lalu melemparnya sejauh mungkin.
Orang itu menarik tangan Alan lalu mengajaknya berlari. Hingga mereka sampai di tempat yang cukup aman untuk mereka berhenti.
"Hahahaha... kamu takut sama an*jing?" ucapnya dengan tak berhenti tertawa.
"Cihh" balas Alan yang tidak terima lalu pergi meninggalkan orang itu.
"Ehh ... mau kemana kamu. Dasar tidak tahu terimakasih!"
"Pergi. untuk apa juga saya disini."
"Memangnya tau jalannya? Nanti ketemu an*jing itu lagi baru tahu rasa lohhh....mppttt." Ucap orang itu menahan tawa.
Alan sejenak berpikir, benar juga perkataan orang ini. Bagaimana jika ia bertemu lagi dengan an*jing sialan itu.
"Sini ikut aku." Ucap orang itu lalu menarik tangan Alan.
"Lepas. Gak usah pegang tangan. Bisa jalan sendiri. Dasar, cari-cari kesempatan." Jawab Alan ketus.
"Ka-kamu ya.. ditolongin juga. Yaudah terserah." Ucap orang itu kesal lalu meninggalkan Alan.
"Ehh.. tunggu!" jelas Alan lalu mengikutinya dari belakang.
Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka keluar dari hutan itu. Alan yang merasa sudah tidak terancam memilih meninggalkan orang itu.
"Ehhhh.. kamu! Mau kemana? Tunggu.. aw." Ucap orang itu lalu terjatuh.
Sebenarnya Alan tidak ingin memperdulikannya, tapi mengingat dia sudah menolongnya akhirnya Alan membalikkan badannya. Ia tidak mau berhutang budi sedikitpun dan pada siapapun.
"Kamu-" ucapan Alan terpotong ketika matanya tertuju pada bola mata yang berwarna biru. Ya benar, dia adalah Sekar.
Pikiran Alan berhenti sejenak.
(Mata yang indah)
Hanya kalimat itu yang ada dipikrannya.
"Apaa!!!"
"Ti-tidak apa-apa. Ngapain disitu."
"Lagi tiduran."
"Ngapain tiduran disana."
"Ya ampun..orang ini. sudahlah." Ucap Sekar kesal lalu berdiri hendak pergi.
"Mau kemana kamu?" tanya Alan
"Pergilah. Ngapain disini dengan orang aneh."
"Apa katamu?"
"Anehhhhhh Wleee..." jawab sekar dengan ledeknnya menjulurkan lidah.
"Ka-kamu!! Awas kamu! Cih."
Sekar berbalik dan kembali berjalan. Sedangkan Alan masih menahan emosinya.
Namun setelah beberapa langkah tiba-tiba sekar berhenti dan memegang kepalanya, beberapa detik kemudian dia tidak ingat apa yang terjadi setelah itu.
"Hey, kenapa lagi? jangan tiduran disana." Ucap Alan.
"Hey, sudahlah jangan bersandiwara. Aku tidak akan menolongmu." Tambah Alan lalu berbalik dan mulai melangkah pergi. Sesekali Alan melihat kebelakang.
"Masih pura-pura juga dia. Atau-" Alan berpikir sejenak lalu kembali dan berlari menuju Sekar.
"Hey, hey, bangun!" Ucap Alan dengan menepuk-nepuk pipi Sekar.
Karena tidak kunjung sadar, akhirnya mau tidak mau Alan menggendong Sekar menuju tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
Aku juga udh kasih rate bintang 5 lho 🌟🌟🌟🌟🌟...
2021-02-17
2
R_armylove ❤❤❤❤
like
2021-02-12
1
Bagus Effendik
semangat
2021-02-10
1