"Sudah biarkan saja, lebih baik kita bergabung dengan yang lainnya." Ucap Bagas sedikit kecewa.
"Ya." Jawab singkat Gilang yang masih kesal.
...
"Ka-kamu?" pikir Sekar.
"Ada apa kamu disini?" sambung Sekar.
"Mau bangun tidak? Tanganku sudah pegal." Ucap Alan yang membuat Sekar lebih baik tidak bangun dari pada harus bangun dengan bantuannya.
Sekar memalingkan wajahnya dengan kesal lalu memperbaiki posisi duduknya. Jika tidak mau membantu tidak perlu memberikan bantuan. Apalagi berkata seperti itu, membuat orang kesal saja. Kalimat itulah yang ada dipikiran Sekar.
Alan yang melihat sikapnya merasa lucu, Alan sedikit tersenyum tipis melihat ekspresi yang di buat Sekar.
"Malam yang indah bukan?" ucap Alan yang tiba-tiba sudah berada tepat disamping Sekar.
Sontak mendengar suara yang cukup dekat, ia menengok ke arah suara itu. Ternyata Alan sudah berada disampingnya dan membuat hatinya tak karuan.
Kenapa dia tiba-tiba duduk disini? pikirnya.
"Ada apa?" tanya Alan memecahkan pikiran Sekar.
"Ti-tidak apa apa. Apa kamu yang membawaku kemari?" tanya Sekar berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Ya." Jawab Alan seadanya dengan pandangan tetap lurus menelusuri luasnya lautan.
"Oh. Terimakasih." Ucap Sekar lalu menatap kembali lautan.
30menit sudah berlalu, deburan ombak semakin terdengar sangat jelas. Kini hanya ada mereka berdua disana, para karyawan dan yang lainnya sudah lembali ke penginapan masing-masing.
"Siapa namamu?" akhirnya sebuah kalimat terlontar dari mulut Alan yang memecahkan keheningan.
"Sekar Ayu."
"Nama yang bagus. Alan Mahendra. Biasa di panggil Alan."
"ohh...."
"Boleh ku tanya sesuatu?" tanya Alan.
"Silahkan."
"Kenapa kamu berada di hutan?"
Lagi-lagi Sekar berpikir, apa dia harus jujur atau menyembunyikannya? Bagaimana kalau dia bisa membantuku? Tapi ... ibu mengatakan....
"Hey? Kalau tidak mau jawab tidak apa-apa."
"Iya iya, aku jawab." Ucap Sekar lalu menceritakan tujuannya semuanya dari awal.
"Apa kau punya tanda atau peninggalan orang tua kandungmu?"
"Tidak"
Untuk saat ini, Sekar tidak bisa menceritakan saputangan dan kalungnya, karna Sekar belum sangat mengenal Alan. Jadi lebih baik ia tidak menceritakan kepadanya.
"Oh ya, kenapa kamu takut dengan an*jing?" ucap Sekar mengalihkan pembicaraan.
"Tidak. Aku tidak takut. Siapa yang takut."
"Mppptttt... masa??? Terus siapa yang waktu siang minta tolong buat usirin tuh." Ledek Sekar yang langsung berdiri.
"Itu hanya kaget!" balas Alan yang juga langsung berdiri.
"Kaget apa kaget.. hayoooo" ucap Sekar diiringi dengan tawa kecilnya.
Alan yang melihatnya merasa tidak tahan, baru kali ini ada yang berani padanya. Alan hendak menangkap Sekar namun Sekar dengan cepat berlari.
Terjadilah kejar-kejaran seperti anak kecil. Ketika Alan sudah menangkap Sekar, ia menggelitik pinggang Sekar, lalu Sekar ingin membalas namun Alan dengan cepat menghindar. Begitulah seterusnya.
Malam yang begitu indah, ditemani dengan bintang-bintang yang gemerlapan, bulan purnama yang bulat penuh dengan sempurna, juga deburan ombak yang membuat mereka terhanyut dalam perasaan. Setelah 3 tahun membeku, akhirnya hati dari seorang Alan Mahendra mulai mencair, senyumnya yang dulu sempat hilang kini telah kembali.
...
"Apa kau lelah? Nih." Ucap Alan lalu memberikan botol minuman pada Sekar.
"Terimakasih." Balas Sekar lalu mengambil air itu.
"Apa aku boleh bertanya?" tambah Sekar yang di jawab anggukan oleh Alan.
"Karyawan itu apa?"
"Kenapa kamu menanyakan ini? Hahaha.. aku kira kamu mau bertanya apa. Itu, teman-temanku di kantor/bisnisku."
"Ohh.. ya maaf. Namanya juga 20th hidup di hutan. Kalau-"
Sekar dan Alan kembali duduk dipinggir pantai, Sekar banyak bertanya tentang apa yang ada diluar sana, dan Alan dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaan Sekar. Alan juga bercerita tentang kehidupannya disana, hingga tidak sadar Sekar mulai mengantuk dan tak sengaja kepalanya berada di bahu Alan.
Awalnya Alan ingin membangunkannya, namun ketika melihatnya ia sedikit tidak tega. Jadi ia membiarkan Sekar tidur berada di bahu kanannya yang gagah.
Mereka terus berada disana, hingga pada suatu saat Sekar sedikit mengusap lengannya yang kedinginan, melihatnya Alan memilih untuk membawa Sekar kembali ke penginapan. Alan menggendongnya dengan sangat hati-hati.
Sendari tadi, tanpa mereka sadari ada orang yang melihatnya dengan sebuah senyuman. Ya, itu adalah Gilang, meskipun Gilang terbilang nakal dan sedikit menyukai Sekar, tetapi ia sangat menyayangi sahabatnya, Gilang merasa senang melihat Alan bisa tersenyum dan bersikap seperti itu. Akhirnya Alan bisa kembali meneruskan hidupnya tanpa harus memikirkan wanita yang dulu.
Karna hatinya sudah merasa senang dan tenang, akhirnya Gilang juga memilih untuk kembali ke penginapan.
"Ahhh.. senang sekali melihatnya." Ucap Gilang setiba di kamarnya lalu merebahkan badannya di atas kasur.
"Ada apa?" Tanya Bagas.
"Kalo gue ceritain lo pasti gak akan percaya." Jawab Gilang.
"Ayooo, ceritakan ada apa? Lo bikin gue penasaran aja."
"Tadi si Alan sama...." ucap Gilang yang menceritakan dari awal sampai akhir.
"Serius lo?? Yang bener ? " tanya Bagas tidak percaya.
"Ngapain gue boong."
"Syukurlah, kalo begitu. Dengan begini gue ngerasa senang."
"Dahlah yok tidur."
"Duluan aja. Gue lagi mau maen game dulu bro."
"Yaudah terserah."
...
Dengan sinarnya sang mentari yang begitu hangat menerobos dengan lembut kedalam jendel kaca membuat seorang gadis cantik dengan bola mata berwarna biru terbangun.
"Kenapa disini? bukannya tadi malam?"
Sekar langsung melihat sekeliling, ternyata masih aman. Dimana lelaki itu? pikir Sekar.
Ternyata Alan tidur di atas sofa panjang disana, sedangkan Sekar tidur di atas kasur.
"Kasian sekali dia, mungkin harusnya aku yang tidur disana. Hmm.. sudahlah. Sebagai permintaan maafku, akan ku buatkan makanan untuknya." Ucap Sekar lalu beranjak pergi.
Sekar memasuki ruangan dapur, menurutnya sedikit berbeda. Tentu saja berbeda tidak seperti di hutan.
"Kenapa seperti ini? Sepertinya aku harus belajar mengenai tempatnya dulu. Benar-benar sangat sulit." Gerutu Sekar.
"Kenapa di sini tidak ada kayu bakar? terus masaknya gimana dong?" sambung Sekar.
"Ada kompor disana." Ucap Alan.
"Ehh,, sudah bangun ya...."
"Mau masak?" tanya Alan.
"Iya, tapi-"
"Akan kuberitahu semuanya."
"Baiklah terimakasih."
"Kemari, ini namanya kompor. Jika kamu memutar ini akan keluar api untuk memasak, seperti ini. Lalu untuk mematikannya seperti ini." Jelas Alan.
"Ohhh.. iya. Bagus sekali, tidak perlu lagi mencari kayu bakar." Ucap Sekar polos dengan senang yang mengundang tawa Alan. Namun Alan berusaha menahan tawanya.
"Kenapa?" tanya Sekar.
"Tidak papa." Jawab Alan lalu melanjutkan menjelaskan alat-alat yang ada disana.
Daya ingat Sekar sangatlah bagus, cukup dijelaskan satu kali Sekar sudah paham. Dan itu membuat Alan sedikit kagum.
"Baiklah aku akan mulai memasak." Ucap Sekar lalu memasang celemeknya.
"Ya. Aku akan bersih-bersih dulu."
"Silahkan."
Alan kembali berjalan menuju kamar mandi. Alan sedikit berpikir nampaknya ia memang harus membantunya sedikit mengenai dunia luar. Jika tidak, itu akan sangat berbahaya baginya.
Selesai bersih-bersih Alan duduk disebuah kursi ditemani oleh Ramon. Alan mengangkat ponselnya lalu memanggil prita.
"Ada apa pak?" tanya Prita.
"Tolong ajarkan Sekar dengan baik mengenai keadaan diluar sana dan apa saja perilaku yang boleh dan tidak boleh di lakukan di luar sana. Dan juga beritahu Alat-alat modern padanya. Lalu beritahu dia sedikit mengenai bisnis."
"Baik pak."
"Tenang saja. Gajimu akan saya naikkan."
"Terimakasih pak."
"Oh ya. Juga beritahu dia mengenai Fashion. Agar dia sedikit lebih modis."
"Baik tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
maaf ya baru sempet ❤️❤️
2021-02-18
1
Mei Shin Manalu
Likee
2021-02-17
0
Bagus Effendik
nitip like ya
2021-02-10
0