Lintang segera menyiapkan segala keperluan Rahma untuk dibawa ke dokter, suhu tubuh Rahma kembali panas seperti semalam. Lintang masih menunggu Derry yang sedang mengantar Putri ke sekolah.
Derry memang sering diminta tolong oleh Lintang untuk mengantar dirinya atau anak-anak jika dia tidak bisa berangkat sendiri dan membutuhkan bantuan, karena hanya Derry yang punya waktu luang. Derry baru lulus sekolah dan ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, namun dia harus menunggu hasil tes penerimaan mahasiswa baru terlebih dahulu.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Derry masuk ke rumah Lintang setelah memarkirkan motornya di teras rumah. "Kak, jadi kita ke dokter?" tanya Derry pada Lintang.
"Iya, tapi masih satu jam lagi klinik dokter baru buka," jawab Lintang pada sepupunya itu.
"Ya sudah kalau begitu sambil menunggu waktu, aku sarapan sebentar ya kak," Derry minta ijin pada Lintang.
"Iya, sarapan dulu sana. Dari pada kamu kelaparan di jalan, kakak malah makin panik nanti," ujar Lintang sambil tersenyum menggoda Derry.
"Bisa saja kak Lintang ini," ucap Derry sambil terkekeh.
"Wah, kakak masak nasi goreng ya. Buat aku ya kak," kata Derry lagi.
"Iya, habiskan Der nasi gorengnya. Tadi kakak sudah makan kok," jawab Lintang sambil menggendong Rahma yang agak rewel.
Derry langsung melahap nasi goreng yang masih ada di atas meja hingga habis tak tersisa.
"Bagaimana kak, apakah kita berangkat sekarang?" tanya Derry.
"Baiklah, sebaiknya kita berangkat sekarang saja. Kamu masih ingat kan jalan ke kliniknya?" ucap Lintang pada Derry.
"Iya, masih dong kak. Yuk !" seru Derry sambil menunggu Lintang naik ke atas motor.
Akhirnya mereka berangkat menuju ke klinik dokter spesialis anak langganan Lintang jika memeriksakan anak-anaknya jika sakit.
Jarak rumah ke klinik tidak terlalu jauh, hanya dengan waktu 10 menit saja mereka sudah tiba di klinik. Dan saat itu klinik masih sepi pasien, baru ada satu pasien anak-anak yang antri kemudian Lintang antrian kedua.
Lintang mendaftar lebih dulu ke loket pendaftaran dan kemudian menunggu di kursi tunggu pasien untuk dipanggil.
Sepuluh menit kemudian pasien pertama sudah keluar dari ruang periksa dan nampak petugas memanggil nama Rahma untuk giliran berikutnya.
Lintang segera masuk sambil menggendong Rahma. Dokter menanyakan keluhan yang dialami Rahma pada Lintang, dan kemudian diperiksa oleh dokter.
Suhu tubuh Rahma tiba-tiba meningkat lagi dan setelah diukur ternyata mencapai 38°C. Lintang sudah terlihat panik dengan kondisi Rahma, apalagi Rahma menangis terus menerus.
Akhirnya dokter memberikan saran untuk segera diperiksa lebih lanjut di rumah sakit, karena klinik tersebut tidak memiliki ruang laboratorium. Sedangkan Rahma perlu cek darah lengkap untuk mengetahui penyakitnya yang menyebabkan suhu tubuhnya menjadi panas dan belum turun juga panasnya.
Lintang pun menyetujui saran dari dokter, kemudian dokter memberikan surat rujukan untuk keperluan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Setelah mendapatkan surat rujukan dari dokter klinik, akhirnya Lintang langsung membawa Rahma ke rumah sakit diantar oleh Derry yang dari tadi masih menunggu di klinik.
Sesampai di rumah sakit, Lintang membawa Rahma ke ruang gawat darurat karena tubuh Rahma masih panas. Tidak lupa Lintang menyerahkan surat rujukan dari dokter klinik, kemudian Rahma langsung dibawa oleh perawat masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan segera ditangani oleh dokter melalui observasi terlebih dahulu.
Lintang menunggu di luar ruangan bersama Derry, dokter melarang masuk karena dokter dan tim masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tidak lupa Derry juga memberikan kabar pada kedua orang tuanya tentang kondisi Rahma saat ini. Tidak berapa lama kemudian Paman Ramli dan Bi Rosma datang ke rumah sakit menjenguk Rahma.
"Lintang, bagaimana kondisi Rahma?" tanya Bi Rosma dengan wajah panik.
"Paman, bibi, terima kasih kalian sudah datang. Rahma masih ditangani oleh dokter di dalam ruangan. Panasnya tinggi lagi Bi," jawab Lintang tentang kondisi anaknya sambil terisak-isak.
"Semoga Rahma baik-baik saja," ujar Paman Ramli menenangkan diri Lintang.
"Iya paman, semoga dia baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan dia menangis di dalam, tapi dokter melarang aku untuk masuk karena dokter masih melakukan observasi terhadap kondisi Rahma," ucap Lintang masih dengan uraian air mata.
"Iya Lin, kamu yang sabar ya," kata bi Rosma sambil mengusap bahu keponakannya itu.
Tidak berapa lama kemudian dokter nampak keluar dari ruangan pemeriksaan. "Keluarga pasien ananda Rahma?" tanya dokter Heni, dokter yang menangani kondisi Rahma.
"Saya ibunya dok, bagaimana kondisi anak saya dok?" Lintang segera mendekati dokter Heni menanyakan kondisi Rahma.
"Anak ibu sudah melalui beberapa observasi, dan kami sudah mengambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium. Untuk itu ananda Rahma harus opname untuk memudahkan kami menangani penyakitnya. Hasil laboratorium akan selesai nanti sore ya Bu," tutur dokter Heni memberikan informasi pada Lintang.
"Baiklah dok kalau memang anak saya harus dirawat saat ini juga, saya ingin anak saya bisa sembuh dok," jawab Lintang.
"Ibu jangan khawatir, kami akan memberikan pertolongan yang terbaik untuk pasien. Kalau begitu silakan ibu segera ke ruang administrasi untuk mendaftar ruang inap bagi pasien ananda Rahma," dokter Heni memberikan arahan pada Lintang.
"Dok, apakah saya sudah bisa menemani anak saya?" tanya Lintang.
"Iya Bu, anaknya sudah bisa didampingi sekarang. Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu," ucap dokter Heni dengan ramah.
"Baik dokter, terima kasih banyak," jawab Lintang penuh hormat.
Kemudian Paman Ramli menyuruh Lintang segera menemui anaknya, sedang dia dan bi Rosma pergi ke bagian administrasi untuk menyelesaikan keperluan administrasi rawat inap Rahma.
Lintang pun segera membuka pintu ruangan tempat Rahma tadi diperiksa oleh dokter. Lintang duduk di bangku sebelah brankar Rahma, tangannya mengusap kepala anaknya yang sedang tidur pulas karena pengaruh dari obat.
Beberapa menit kemudian Rahma dipindah ke ruang inap anak-anak oleh petugas rumah sakit. Lintang, paman Ramli, bi Rosma dan Derry mengikuti petugas tersebut mendampingi Rahma.
Kabar tentang Rahma opname sudah sampai juga di telinga Sari, atasan Lintang. Tadi Lintang sudah mengajukan cuti beberapa hari karena harus menjaga Rahma di rumah sakit.
"Lintang, kamu makan siang dulu. Tadi bibi beli makanan buat kita makan siang bersama. Jangan sampai kamu tidak makan," tutur Bi Rosma sambil membuka nasi bungkus yang tadi sempat dibeli di kantin rumah sakit.
"Baik bi, maafkan Lintang sudah merepotkan bibi dan paman," kata Lintang pada bibinya.
"Bicara apa kamu ini, kami sama sekali tidak merasa direpotkan," jawab Bi Rosma.
Akhirnya mereka berempat makan bersama mumpung Rahma masih tidur pulas. Lintang merasa terharu karena bibinya begitu sayang padanya seperti anak mereka sendiri. Apalagi dia adalah anak tunggal, jadi hanya pada bibi dan pamannya itu dia selalu minta bantuan apapun selama tidak merepotkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mike Shrye❀∂я
jadi lintang ini single parent ya kak😢, semngat buat lintang dalam menjalani hidup ini ya.
2025-01-07
2
🔵 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
semoga adek Rahma gak parah sakitnya gak bikin mama lintang tambah sedih..
2024-10-24
2
Reogkhentir
Sungguh kesah yang mengharu birukan perasan.........
2024-10-21
1