Ke kantor

Hari ini Tifara sudah lebih baik dari sebelumnya dan perban yang mengikat dikepalanya sudah di ganti dengan perban tempel dengan plaster.

"Sayang, bagaimana jika ke kantor dan kita makan siang bareng? Sudah lama sekali kamu tidak ke kantor." Istrinya itu sangat sibuk dengan permodelan, dan sama sekali tidak peduli dengannya.

"Tapi aku-

"Jika tidak bisa tidak apa, mungkin kamu akan ke tempat foto shoot atau apa."

"Aku bahkan tidak ada keinginan untuk itu, aku sangat nervous di depan kamera. Nanti siang aku akan ke kantor kamu, tapi masalahnya aku tidak tau dimana." Nervous? Aryan mengernyit bingung, namun istrinya itu lupa ingatan dan mencoba saja belum.

"Untuk masalah kantor biar nanti supir yang antar, tapi untuk foto shoot memangnya tidak ada yang menghubungi kamu?" Tanya Aryan dan saat ini malah Tifara yang bingung.

"Aku kira ponselku rusak saat kecelakaan, makanya aku tidak pegang benda itu sama sekali." Tifara sejak siuman hingga sekarang tidak sekalipun menggunakan ponselnya dan tidak tau kemana.

Aryan mengingat lagi ponsel istrinya, ia sepertinya melupakan itu.

"Kenapa kamu tidak memintanya padaku, aku lupa memberikan nya. Saat kecelakaan itu terjadi tas kamu ditemukan orang disana dan diberikan padaku."

"Untuk apa aku memintanya, keluarga ku ada disini." Tidak ada lagi keluarga yang Tifara miliki selain suami dan anaknya, ia tidak mungkin kembali sebagai Kaluna dengan wajah seorang model. Tifara tiba-tiba teringat dengan keluarga nya, apakah keluarga dan temannya bersedih atau tidak.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Aku ingat keluarga ku"

"Jadi kamu sudah ingat?" Aryan ingin tau jika istrinya sudah ingat apakah akan kembali seperti sebelumnya atau tidak.

Tifara menggelengkan kepalanya, "aku hanya ingat beberapa ingatan tentang kamu dengan Elzan, itu saja." Banyak yang ingin ia pecahkan tentang keluarga Tifara.

Aryan menarik tubuh istrinya agar masuk ke dalam pelukannya, Tifara memang sejak dulu berada di lingkungan keluarga yang berada, namun ia bisa menggapai cita-citanya dari kemampuan yang ia miliki sendiri bukan karena sogokan keluarga nya. Kakak tirinya juga seorang model, namun tidak sebesar dan terkenal seperti Tifara.

Aryan menceritakan keluarga istrinya, ayahnya mempunyai perusahaan juga seperti papa Aryan. Namun entah kenapa Tifara sering kali masih memberikan pendapatan nya untuk keluarga nya, sedangkan kakaknya juga seorang model.

"Aku akan mencari tau sendiri, aku yakin kecelakaan yang aku alami bukan karena kesalahan mesin, pasti ada sesuatu atau bahkan seseorang dibalik itu." Tifara menatap suaminya, ia sangat yakin jika Tifara tidak akan kecelakaan secara tiba-tiba.

"Aku selalu mengawasi mu, tapi aku tidak tau bisa kecolongan seperti ini. Aku akan membantu kamu untuk mencari tau tentang dalang dibalik kecelakaan yang terjadi."

"Terima kasih, karena selama ini mungkin yang mama katakan benar, aku tidak pernah peduli padamu, tapi kamu selalu peduli pada semua kehidupan ku."

"Kamu segalanya untukku, apapun tentangmu bahagia ataupun kesedihan itu yang akan aku rasakan." Lagi-lagi hanya air mata yang bisa menjawab semua, suaminya itu benar-benar begitu mencintai Tifara.

"Mama, papa." Panggil Elzan yang baru masuk ke dalam kamar, mereka melerai pelukan nya karena Elzan datang.

"Mama kenapa nangis, pa? Mama sakit?" Tanya nya sangat pintar membuat Tifara terharu, bagaimana anak sepintar dan selucu ini disia-siakan olehnya.

"Mama nangis bahagia sayang, Terima kasih sudah peduli dengan mama."

Aryan mengangkat tubuh mungil itu sambil mengelus lembut kepala Tifara.

Sekitar pukul 11:00 wib, Tifara menyiapkan makanan untuk ia bawa ke kantor suaminya, karena Aryan sudah menyuruh untuk siap-siap agar tidak kesiangan ke kantor.

"Sudah semuanya bik? Siang ini Ara sama Elzan mau makan siang di kantor mas Aryan, jadi bibik istirahat saja ya."

"Sudah semuanya nyonya, Terima kasih dan hati-hati dijalan." Tifara mengangguk tersenyum, ia sudah menyiapkan jaket yang akan Elzan kenakan.

Tidak terlalu jauh dari rumah jaraknya menuju kantor, Tifara dan Elzan telah sampai di luar kantor dengan makanan yang ditenteng sebelah kiri dan Elzan sebelah kanan.

"Papa dimana ya sayang, mama tidak tau masuk kemana."

"Elzan juga tidak tau, tidak pernah sama sekali ke kantor papa."

"Waduhh mereka kenal aku istrinya Aryan gak ya, soalnya Elzan aja kesini gak pernah." Ia masih berdiri di luar dan tidak tau untuk masuk dan cara menyampaikan nya bahwa dirinya istri Aryan.

"Mama hubungi papa dulu ya," Elzan mengangguk duduk di luar, Tifara mencari nomor Aryan untuk ia hubungi dan tertera nama PAPANYA ELZAN.

"Gila nih orang, gak ngakuin Elzan anaknya atau gak ngakuin kalau dia istrinya."

Ponsel hanya ringing dan tidak diangkat sama sekali sampai tiga kali, Tifara melihat Elzan juga seperti mengantuk.

"Sayang, mau mama gendong?" Tanya Tifara, anaknya memang lumayan berat, namun dirinya tidak tega membiarkan anaknya mengantuk seperti itu. Elzan hanya mengangguk melihat mama nya.

"Tapi jangan tidur dulu ya, kita masuk tanya dulu ruangan papa dimana."

"Iya ma."

Mereka masuk untuk bertanya pada resepsionis, Tifara melihat dan sedikit ragu untuk bertanya.

"Maaf permisi," Tifara sudah berada di depan resepsionis.

Resepsionis tersebut sedikit terkejut karena melihat seorang model terkenal Tifara glenna berada di hadapan nya, dengan menggendong seorang anak pula. Namun yang paling mengejutkan lagi Tifara berpenampilan sangat sederhana dengan baju dan celana pendek santai.

"Mbak, permisi."

"I-iya, maaf saya melamun. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya ramah.

"Saya ingin bertemu dengan bapak Mikael aryan, saya juga sudah membuat janji."

"Tapi untuk apa ya bu? Maaf, karena bapak Aryan juga tidak memberitahu akan ada tamu seorang model apalagi membawa anak." Tifara hanya tersenyum, apa Tifara tidak dikenal sebagai istrinya atau mereka juga tidak tau jika Aryan sudah memiliki anak.

"Anak saya sudah mengantuk, boleh langsung di hubungi keruangan nya saja, atau sekretaris nya? Soalnya saya hubungi tidak diangkat."

"Sebentar ya bu, saya akan menghubungi sekretaris nya." Tifara mengangguk, ia sangat pegal jika menggendong Elzan terus sambil berdiri, karena bobot tubuh anaknya yang lumayan.

Tifara mendengar jika resepsionis itu mengatakan bahwa seorang model sambil menggendong anak ingin bertemu dengan Aryan. Sekretaris Aryan sudah tau jika itu adalah istrinya dan langsung mengatakan pada Aryan dan menyuruh Tifara menunggu sebentar lagi.

"Sekretaris nya mengatakan agar ibu menunggu sebentar lagi." Tifara mengangguk, Elzan sudah tertidur dalam gendongannya membuat nya benar-benar lelah.

Seseorang berlari dari pintu lift kearahnya, ia melihat jika Tifara masih berdiri di depan resepsionis.

"Sayang, kenapa tidak meminta mereka untuk mengantar kamu keruangan ku." Cepat mengambil alih Elzan, ia yakin istrinya sangat sengal.

"Aku lupa, aku hanya meminta mereka menghubungi sekretaris kamu karena aku hubungi kamu tidak diangkat."

"Yasudah, ayo kita keatas." Aryan menggandeng tangan Tifara menuju lift, beberapa karyawan yang tidak tau menatap bingung mereka termasuk resepsionis tadi.

"Kenapa pak Aryan dengan Tifara? Apakah mereka suami istri? Aku merasa tidak pernah mendengar pernikahan mereka." Tanya nya pada teman nya yang baru datang.

"Kamu tinggal dimana? Sudah lama mereka menikah, aku juga lupa berapa tahun. Anak yang di gendong adalah anak mereka."

"Biasanya orang akan langsung bilang mau ketemu suaminya, ini suruh hubungi sekretaris nya."

"Kamu aja gak tau dia siapanya pak Aryan, emang kamu akan percaya?"

"Gak sih." Jawabnya sambil garuk-garuk kepalanya, ia juga tidak akan percaya begitu saja tapi apakah seorang Tifara glenna akan berbohong?

Aryan dan Tifara sudah sampai di ruangan nya, Aryan langsung merebahkan tubuh anaknya di sofa.

"Kamu capek? Mau istirahat dulu?"

"Gak, kita kan mau makan siang bareng walaupun Elzan tidur nanti biar aku suapin dirumah." Tifara menyiapkan makan siang untuk dirinya dan Aryan. Aryan menatap istrinya yang tampil sederhana tidak seperti biasanya yang selalu berdandan wah, namun kali ini ia melihat lagi Tifara berdandan natural.

"Kenapa?" Tifara kembali duduk saat makanan nya sudah tersaji.

"Terima kasih karena sudah mau datang untuk makan siang bareng, aku tidak pernah sebahagia ini apalagi dengan kamu menyajikan makanan untuk ku." Rasa bahagia itu sangat banyak sampai menyelimuti Aryan, ia semakin mencintai istrinya sangat dalam.

"Sama-sama, makanlah. Aku tidak akan kenyang dengan kata-kata manismu." Tiara tersenyum sambil menyendokkan makanan ke mulutnya, tentu saja ia sudah merona.

Aryan tertawa dan itu membuat Tifara semakin terpesona dengan suaminya.

Mereka berdua makan sambil sesekali mengobrol, ia juga membawa makanan untuk papa mertuanya. Elzan tidak terusik sama sekali dengan candaan mereka, ia justru semakin lelap dalam tidurnya, sepertinya sebagai musik penenang untuk nya.

Selalu dukung othor bebu sayang, annyeong love...

Baca juga cerita bebu yang lain.

IG : @istimariellaahmad98

See you...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!